"Bunda kamu sakit, meriang gitu. Tapi inget kamu terus. Nanti pulang kerja bisa langsung pulang ke sini, nggak? Besok juga, kan, sabtu."
Perkataan sang ayah masih terngiang-ngiang sampai sekarang. Amanda bahkan tidak fokus saat berada di jalan, hampir membuatnya diserempet truk. Bagaimana tidak, dia mendapatkan kabar jika Bundanya sakit.
Amanda sangat mengenal wanita itu, Bundanya orang yang jarang sakit bahkan jika sedang musim pancaroba. Namun, sekalinya sakit, bakal lama sembuhnya.
Untuk itu dia bergegas pulang, walaupun pekerjaannya di kantor sedang banyak. Bahkan tadi Refal sempat menahannya untuk tidak pulang dulu, tetapi untung saja masih bisa dibujuk.
Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam, akhirnya Amanda sampai di daerahnya tinggal. Di kanan dan kiri, gadis itu menjumpai kebun strawberry milik orang tuanya. Juga bertemu beberapa pekerja yang menyapa.
Gadis itu menghentikan motor sesampainya di rumah berwarna kream itu. Dari luar tampak sepi, biasanya banyak tetangga yang mampir sekedar bercengkrama dengan sang Bunda.
"Ayah? Bunda? Ini Anda pulang," katanya saat masuk dalam rumah. Amanda berniat melihat bundanya di kamar, tetapi dalam perjalanan malah melihat kedua orang tuanya di taman belakang.
Budi dan Dania, kompak menoleh saat mendengar Amanda yang memanggil mereka. Ekspresi gadis itu berubah datar, belum lagi rambutnya yang mengembangkan karena membawa motor.
"Kamu kok kucel gitu, sih?" cecar Dania melihat penampilan putri tunggalnya itu.
"Gimana nggak kucel? Anda langsung ke sini pas Ayah bilang kalo Bunda sakit." Amanda mendekati keduanya, mencium tangan dan duduk di tengah-tengah mereka.
"Bunda cuma meriang, kok," cicit Dania merasa bersalah. "Ayah kamu aja, tuh, yang lebay."
"Kok ayah, sih, Bun? Tadi, kan, Bunda ngambek kalo ayah nggak telpon Anda," balas Ayahnya tidak mau disalahkan.
Amanda mengerang kesal karena kelakuan orang tuanya yang kadang seperti anak kecil. "Udahlah, Anda mau masuk ke kamar. Mau tidur, capek!"
"Jangan langsung tidur, ganti baju dulu. Itu kamu bawa kuman dari jalan, entar sakit, siapa yang repot?" Dania mengikuti langkah Amanda yang sudah berjalan duluan. Wanita itu terus saja mengomel di belakangnya karena membantah.
●○●○●○●○
Amanda duduk di belakang rumah, memperhatikan Budi yang sedang membakar ikan hasil budidaya sendiri. Pria itu memang memiliki banyak usaha selain mengurus kebun strawberry.
"Amanda, bantuin Bunda bersihin lalapan!" Teriakan Dania membuat gadis itu mencebik. Mau tidak mau dia harus masuk ke dapur, tempat yang sangat dihindari terutama jika ada sang Bunda.
"Jangan kasar-kasar nanti rusak!"
Amanda baru memeganginya, tetapi Dania sudah berteriak. "Sini, sini, kamu masukin bumbu ini aja ke wajan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amanda [TAMAT]
Chick-Litwomen's series #2 Amanda, sarjana Manajemen yang lulus dengan predikat cumlaude. Namun, malah luntang-lantung tidak mendapatkan pekerjaan. Sampai suami sepupunya menawarkan pekerjaan di perusahaan temannya, sebagai staff di divisi keuangan. Awalnya...