Senja Dua Warna

3.2K 202 3
                                        

Decitan pagar yang ditarik membuatnya meringis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Decitan pagar yang ditarik membuatnya meringis. Namun, dia buru-buru menghampiri motornya yang masih berada di jalanan agar tidak keburu mati. Lalu memasukkan motor tersebut ke area Kosan yang di parkirannya ada satu motor lainnya.

"Loh? Ini bukannya motor si Amanda?" tanya Ayunda pada dirinya sendiri saat melihat motor berwarna biru langit itu. Tak menunggu lama, gadis itu menutuo kembali pagar dan masuk ke rumah.

Ayunda mencari disetiap sudut ruangan kecuali kamar Amanda. Saat di dorong, pintunya terbuka. "Man? Amanda?" panggilnya yang perlahan-lahan meloloskan tubuhnya melalui pintu.

Tubuh Amanda tertutup seluruhnya dalam balutan selimut. Terdengar isakan kecil saat Ayunda mendekatkan telinganya. Dia pun menggoyang pelan tubuh gadis itu, takut terjadi sesuatu pada teman satu kosannya itu.

Saat berhasil membalikkan tubuh Amanda, dia mendapati wajah gadis itu yang sudah sembab dan memerah. "Kamu kenapa?" tanya Ayunda khawatir.

Amanda hanya sanggup menggeleng. Sudah lebih sejam menangis setelah lelah mengelilingi kota Jakarta. Ayunda langsung masuk menarik gadis itu dalam pelukannya dan berusaha menenangkan.

"Kamu kenapa, Man? Apa si brengsek itu neror kamu lagi?"

Lagi-lagi Amanda menggeleng, sehingga membuat Ayunda bingung harus melakukan apa. Hampir beberapa menit menenangkannya sampai Amanda berhenti menangis juga akhirnya.

"Keluar dulu yuk, pengap di sini," ajak Ayunda. Mereka pun pindah ke dapur dan gadis itu memberikan segelas air ke Amanda.

"Udah mulai enakan?"

"Udah kok," sahut Amanda singkat dengan suara seraknya.

"Kamu kenapa? Apa ada masalah lagi di Bogor?"

"Masalahnya ada di sini," kata Amanda sambil menunjukkan dadanya. Mengisyaratkan ada hal yang tidak beres dengan hati dan perasaannya.

"Mau cerita-cerita? Aku punya tempat bagus buat cerita." Ayunda kembali menarik Amanda untuk ikut dengannya. Sementara yang ditarik masih belum bersemangat, dia hanya berjalan sesuai langkah yang dituntun temannya.

Perlahan keduanya menaiki tangga yang berada di luar bangunan kosan mereka. Ayunda bilang dia menemukan tempat bagus saat membantu Ibu Kos beres-beres kemarin. Entah tempat apa yang akan diperlihatkan oleh gadis itu.

Sampai Amanda menginjakkan kaki terakhir sebelum akhirnya sampai di atas. Lantai dua yang kosong karena penghuninya sudah keluar setahun lalu.

"Liat di sana," tunjuk Ayunda ke arah barat yang menampilkan semburat jingga yang indah. Cahaya matahari yang yang menguning, mengenai wajah mereka.

"Duduk, Man."

Ayunda bahkan sudah menyiapkan dua kursi dengan satu meja di tengahnya. Menghadap langsung ka arah matahari yang perlahan semakin tenggelam, tergantikan dengan mega merah yang memesona.

Amanda [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang