Keadaan hening padahal ruang tamu itu di isi oleh 4 orang manusia. Namun, belum ada yang mulai berbicara. Dania dan Budi menatap sepasang anak manusia di depan mereka. Sementara yang ditatap tak berkutik.
"Nak Refal mari di minum, nanti dingin," kata Dania memecahkan keheningan.
"Nak Refal ada rencana menginap di sini? Kalo ada, nanti biar Ayah lapor ke Pak RT."
Refal, laki-laki yang sejak tadi menunduk itu, kini menegakkan tubuhnya. Setelah mengangguk atas pertanyaan Budi, baru dia membuka mulut untuk berbicara.
"Ayah, Bunda. Sebelumnya maaf kalo saya lancang," jedanya sambil melirik Amanda. "Apa benar Amanda akan dijodohkan?"
Mendengar itu Budi dan Dania langsung berpandangan, sementara Amanda menautkan alisnya. Berpikir bagaimana Refal bisa tahu jika dia akan dijodohkan.
"Memangnya kenapa kalo Anda bakal Ayah jodohkan? Apa nak Refal punya maksud tertentu?" Budi berusaha memancing agar Refal menjelaskan maksud kedatangannya.
Jari Refal saling bertautan di atas paha, tampak laki-laki itu ragu untuk berbicara. Namun, saat melihat ke arah Amanda yang menatapnya penuh harap, dia menjadi lebih yakin.
"Saya menyukai Amanda."
Amanda yang mendengar itu, terpaku di tempatnya. Tak pernah dia sangka jika Refal akan menyatakan perasaannya di depan Budi dan Dania. Gadis itu masih mematung sampai ucapan Refal selanjutnya.
"Tapi saya belum bisa untuk menikah sekarang."
"Kenapa begitu?" Dania langsung bertanya.
"Jujur saja saya masih menyelesaikan kuliah. Tahun ini adik saya juga masuk kuliah, dan saya yang membiayainya. Untuk modal nikah, saya masih harus menabung. Itulah alasannya saya menjauh dulu kemarin," jelas Refal yang di kalimat terakhir menoleh pada Amanda.
"Tapi kamu ada niatan untuk nikahin Anda, kan?" Dania bersikap seperti calon mertua kejam di televisi. Membuat Amanda yang duduk di sampingnya kesal.
"Tentu. Tapi saya meminta waktu."
Budi yang melihat kesungguhan Refal pun akhirnya turun tangan. Kali ini dia tidak akan bersikap lunak dan membiarkan istrinya mengacaukannya lagi seperti tadi siang.
"Sebelum kami kasih waktu buat Nak Refal, kami harus tanya Anda dulu. Apa dia juga mau dan setuju."
Ketiga orang tersebut menatap ke satu objek yang tampak tegang di sana. Gadis itu bahkan tidak berani menatap ke arah Refal, padahal duduk bersebelahan.
"Anda ... setuju buat nggak nikah sekarang. Anda juga masih mau kerja dan ingin mengenal lebih jauh."
Refal tersenyum karena Amanda juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Kini tinggal menunggu persetujuan dari Budi dan Dania yang masih diam.
"Sampai kapan kamu perlu waktu?"
"Sampai tahun depan," sahut Refal atas pertanyaan Dania.
"Boleh itu, ayah setuj—aw." Budi meringis karena cubitan yang berasal dari Dania.
"Anda gimana? Sanggup nunggu sampai tahun depan?"
"Anda, mah, sampai dua tahun juga sanggup. Kan, yang maksa Anda nikah itu Bunda," kata gadis itu yang langsung mendapatkan pelototan dari Dania. Budi sudah was-was di samping istrinya karena pasti akan terjadi perang lagi.
"Kamu ini bukannya bersyukur ada yang mau. Nggak perlu capek-capek Bunda jodohin."
"Sudah, sudah. Sebaiknya kita makan. Nak Refal juga pasti capek jauh-jauh ke sini dari Jakarta. Ayo Nak Refal, ayah anterin ke kamar biar kamu bisa istirahat sebentar, sebelum makan malam."

KAMU SEDANG MEMBACA
Amanda [TAMAT]
ChickLitwomen's series #2 Amanda, sarjana Manajemen yang lulus dengan predikat cumlaude. Namun, malah luntang-lantung tidak mendapatkan pekerjaan. Sampai suami sepupunya menawarkan pekerjaan di perusahaan temannya, sebagai staff di divisi keuangan. Awalnya...