Happy🕊️ Reading
Malam ini, Mia mengadakan pesta kecil-kecilan dirumahnya untuk merayakan omzet bisnisnya yang mencapai target bulanan.
Sila datang dengan Hoodie putih dan celana jeans, tidak perlu terlalu formal karena isinya hanya mereka-mereka saja. Siapa lagi kalau bukan Keynan, Daman, Brandon dan.... Rio.
"Eh, btw gue undang satu temen cewek nih. Kayaknya dia bakalan dateng deh," suara Mia menginterupsi.
"Tumben punya temen," sahut Daman.
Sila yang tengah membakar barbeque berdiri mengamati mereka.
"Dia duluan sih yang deketin gue. Pasti ada maksudnya."
Sila berdecak, "udah tau di deketin karena sesuatu, masih aja di ladenin."
"Gue penasaran aja, mau dia tuh apa," Mia menatap Keynan sengit, "jangan ngambil soda gue!"
"Cukup, Mia. Lo udah abis tiga, masih kurang?"
"Usus lo tremor baru tau rasa!"
Brandon dari arah dapur datang dengan sekotak mentega menghampiri Sila, "segini cukup?"
"Kebanyakan," Sila terkekeh, "but, thanks."
Interaksi Sila dan Brandon sejak tadi tidak luput dari pengawasan Rio yang tampak cuek menyibukkan diri dengan Ipad-nya.
"Gue mau coba balik dagingnya dong," pinta Brandon.
Sila memberikan sumpit, "boleh nih."
"Susah juga ya," pada percobaan ketiga barulah lelaki itu berhasil membalik daging.
"Karena lo belum terbiasa."
"Emang lo biasa masak?" Brandon menguaskan mentega di atas daging.
Sila mengangguk.
"Sejak kapan?"
"Lupa persisnya kapan, SMP mungkin."
"Belaj— Argh!!" Brandon merintih saat tangannya terkena besi pembakar.
"Nah, kan!" Dengan sigap Sila segera meraih kepingan es membungkusnya dengan kain lalu menempelkan pada luka Brandon.
Brandon mendongak, jarak mereka sangat dekat sampai Ia dapat mencium wangi vanilla dari rambut Sila.
"Ck, ini panas banget, Lo harus hati-hati."
Brandon tersenyum tipis, "thanks."
"Ada yang membara, tapi bukan api," sindir Daman melirik Rio.
Lelaki itu menggosok hidungnya, berusaha acuh namun tidak bisa, "sini bagi sumpitnya, lo duduk aja." Ujarnya pada Brandon.
Dengan ragu Brandon memberikan sumpit itu pada Rio.
"Sil, olesin sausnya."
Sila mengernyit, "gue?"
"Harus gue juga gitu?"
Sila berdecak sambil berjalan mendekati Rio dan berdiri di sisi lelaki itu. Mereka memasak barbeque bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny
Romantizm[Sequel of RIO-STAY WITH ME] Dapat dibaca terpisah. Move on bukan perkara yang mudah. Perlu mendaki gunung, menuruni lembah, menyebrangi samudra, mencairkan es di Antartika dan masih banyak lagi rintangan yang harus di lewati. Rencananya, Sila akan...