Bagian 29

3.2K 184 2
                                    

"Biarin aja si safha mah gak usah ditemenin" ujar rendi yang kini tengah duduk di antara asya dan safha.

"Bisa gak sih lo gak usah nyaut" dengus safha.

"Terserah dong. Mulut-mulut gua"

"Monyet ya lo rendi" kesal safha, mengepalkan tangannya.

"Tapi lo monyet aslinya" balas rendi yang membuat shafa langsung mendarat kan pukulan di bahunya berkali-kali.

"Sakit woyyy"

"Biar!."

Asya hanya menggeleng pelan dan memijat keningnya. Seminggu terakhir ini kenapa dua orang yang saat ini bersama nya seperti tom and Jerry yang tak pernah akur.

Asya menghela nafas pelan, "ini kapan ngerjainnya?" Tanya asya pada dua orang dihadapannya. Asya memijat keningnya pelan, kapan tugasnya bisa selesai kalo seperti ini.

Ah iya saat ini asya tengah bekerja kelompok, dan setiap kelompok tersebut terdiri dari tiga orang.

"Bentar sya, gue mau musnahin nih orang dulu" ucap safha yang masih memukuli bahu rendi.

"Stop!" Ucap rendi memegang kedua tangan milik safha yang daritadi tak berhenti memukulinya. Safha tertegun sejenak ketika manik matanya tak sengaja bertemu dengan milik rendi. Safha meneguk ludahnya ketika tatapannya tanpa sadar mengarah pada bibir yang seminggu lalu bertemu dengan bibir miliknya.

Sementara rendi?, Dia juga melakukan hal yang sama. Saling memandang lekat wajah orang didepannya tanpa berkedip. Terlebih ketika matanya tak sengaja mengarah pada bibir safha, dia ingat betul rasa dan lembutnya bibir tersebut.

Bukkk

Suara tersebut menyadarkan safha dan rendi yang tengah bersitatap tersebut, pandangan mereka beralih pada asya yang sedang menatap kearahnya datar.

"Udah?" Tanya asya. Yang tadi memukul meja.

"Salah dia tuh" tunjuk safha menyalahkan rendi.

"Iyadah, gua yang salah" pasrah rendi. "Liat sya tugasnya" sambungnya mengambil tugas selembaran yang harus mereka isi.

"Kelompok kira adem ayem banget keknya" ujar safha melihat ke arah kelompok kira yang agak jauh dari posisi mereka. Asya mengikuti arah pandang safha dan tersenyum getir ketika melihat kira semakin hari semakin dekat dengan juna. Hatinya merasa khawatir dan gelisah, bagaimana kalo kira punya perasaan cinta bukan hanya pada dirinya saja?tapi pada orang lain juga?. Tapi itu takdir bukan? Berarti kira masih berharap pada masa depannya yang dipandang normal dibandingkan harus bersanding dengannya yang mungkin dapat cacian dari orang luar.

Bukannya dirinya sudah berjanji untuk tidak menghalangi kira kalo ternyata dia jatuh cinta pada orang lain. Dan bukankah ini bagian yang paling diharapkan selama ini oleh bunda dari orang yang selama ini dicintainya, hidup normal dan jauh dari hubungan yang dianggap orang-orang sakit dan gila.

"Gampang inimah" ucap rendi membuat atensi safha dan asya mengarah padanya. "Tunggu beberapa menit langsung beres." Sambungnya tersenyum bangga.

"Iyalah. Orang cuma tinggal satu nomor lagi" dengus safha, membuat rendi mendelik.

Rendi mengabaikan orang dihadapannya dan memfokuskan dirinya pada tugas yang ada ditangannya.

Safha? Dia diam-diam mencuri pandang ke arah rendi yang tengah berkutat dengan tugas tersebut.

Sementara asya? Dia kembali terdiam menatap kosong kertas yang berada di  hadapannya. Dirinya tersadar ketika merasakan ponsel disakunya bergetar. Tangannya mengambil ponsel tersebut dan mengecek nya dan terdapat sebuah pesan.

Just You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang