Bagian 39

3.6K 249 15
                                    



Hari kembali berganti. Asya dan seyra mereka masih diselimuti kesedihan dan kekecewaan.

Saat ini seyra tengah berbaring di sofa ruang tamu, dirinya menghela nafas pelan menatap kosong ke arah langit rumahnya. Jujur hatinya merasakan amat rindu pada asya, dirinya rindu memeluk tubuh asya, rindu saat berbicara random, dan rindu saat tertidur bersama. Tapi?, Hatinya masih kecewa dan marah pada perbuatan asya.

Tak jauh dari ruang tamu, seseorang memandang iba sang putri. Dirinya teringat ketika memasuki rumahnya dan melewati kamar putrinya terdengar tangisan, walaupun suaranya sangat pelan dirinya tau betul itu suara tangisan. Saat makan malam, dirinya bisa melihat mata putrinya yang sembab, dengan hidung yang memerah. Dirinya sempat bertanya pada putrinya, tapi nihil putrinya hanya menjawab dengan senyuman, dan mengatakan tidak terjadi apa-apa. Dirinya beralih bertanya pada sang bibi, dan mengetahui kalo putrinya bertengkar dengan asya, karena sang bibi sempat berkata dia melihat raut wajah asya yang terlihat sendu setelah keluar dari kamar milik putrinya.

....

Asya menghela nafas, dirinya memandang televisi di depannya dengan tatapan kosong. Ini sudah seminggu sejak terakhir dirinya berkunjung ke rumah seyra. Hatinya diselimuti rasa sepi dan rindu karena seminggu ini dirinya tak bertemu dengan seyra.

"Sya...."

Asya tersadar, dirinya tersenyum ketika mendengar suara lembut sang ibu.

"Kenapa bu?." Tanya asya. Tubuhnya seketika terdiam ketika matanya mendapati seseorang di samping sang ibu.

"Kira mau bicara sama kamu katanya." Ucap sang ibu.

Asya masih terdiam, dirinya tak menyangka orang yang saat ini tengah dijauhinya berada di rumahnya.

"Kok malah diem?." Heran sang ibu. "Kamu juga sayang daritadi ngelamun mulu sampe-sampe gak nyadar ada yang ngetok pintu. Yaudah kalian ngobrol aja, ibu tinggal dulu.."

Asya menatap sang ibu. "Ibu mau kemana?."

"Ibu mau ke minimarket depan dulu, ada keperluan yang harus dibeli."

"Asya ikut."

"Lah, kalo kamu ikut nanti kira sama siapa?, Mau disuruh pulang gitu?."

Asya mengangguk. "Ngadi-ngadi kamu. Mending kamu disini sama kira, bukannya tadi ada yang mau diobrolin." Ucap sang ibu.

"Tapi...."

"Ibu cuma sebentar, bye sayang." Ucap ibu asya kemudian pergi meninggalkan dua orang yang tengah saling diam itu.

Hening menyelimuti keduanya, bahkan kira masih tak beranjak dari posisinya tadi, berdiri memandang asya sendu.

"Sya..." Lirih kira pelan. Kakinya perlahan melangkah mendekati asya yang tengah duduk di sofa. "Maaf...." Sambungnya terisak.

"Ada perlu apa kesini?." Tanya asya.

"Aku... Udah tau semuanya. Dan aku mau perbaiki hubungan kita"

Asya tertegun kemudian menggeleng cepat. "Kamu terlalu egois raa." Kira terdiam, asya benar dirinya terlalu egois. "Kamu cuma mikirin perasaan kamu, tanpa tau perasaan aku. Harusnya dari awal kalo kamu gak yakin, jangan pernah kasih kesempatan buat aku dan ngebuat aku berharap lebih sama kamu." Ucap asya meluapkan emosinya. "Aku nyerah sama perasaan  aku raa, hati aku terlanjur sakit, terlebih pas aku ngeliat kamu ciuman di dalam mobil secara langsung ngebuat aku yakin kalo perasaan ini harus aku buang sejauh mungkin."

Kira terkejut, dan semakin terisak. Dirinya kemudian melangkah mendekati asya, mengaitkan kedua tangannya di tengkuk milik asya, mencium bibir asya secara kasar. Asya berusaha berontak, mendorong tubuh kira, tapi kira semakin mengeratkan tangannya di tengkuk milik asya, kira memperdalam ciumannya dan mengigit bibir asya ketika asya menolak dan terus menutup mulutnya.

Just You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang