Tiga bulan berlalu. Banyak perubahan yang telah dilalui, termasuk asya, banyak perubahan yang terjadi padanya. Contohnya sifatnya yang semakin dingin dan semakin irit dalam berbicara. Menuruti permintaan seyra dahulu untuk berpindah sekolah ke sekolah-annya. Bahkan dirinya sudah mendapatkan kembali hati orang tua seyra. Dirinya teringat ketika dirinya setiap hari mendatangi rumah seyra hanya untuk meminta maaf dan berharap seyra mau bertemu dengannya. Sedikit demi sedikit orang tua seyra mulai memaafkannya dan kembali menerimanya. Contohnya saat ini dirinya tengah berada di rumah keluarga seyra, lebih tepatnya di dalam kamar milik seyra. Menginap di kamar milik seyra Ketika hatinya tak kuat menahan rasa rindu pada orang yang entah dia tidak ketahui keberadaan nya dimana.
"Gue kangen sama lo sey..." Ucap asya memandang langit diluaran sana yang sekali-kali dibarengi kilat.
Seseorang menutup pintu kamar perlahan, Merasa iba pada keadaan asya. Dirinya melangkah menuju kamar, mencari ponselnya kemudian menghubungi seseorang. Melakukan video call.
"Hallo sayang." Sapanya pada orang di sebrang sana.
"Hallo mah." Jawab orang di sebrang sana ceria.
"Gimana kabarnya?."
"Seyra sehat kok. Mamah gimana?."
"Mamah juga sehat. Gimana disana lancar?."
"Lancar. Kan papah sesekali kesini nemuin seyra."
"Kamu gak kangen rumah sayang?" Tanyanya membuat seyra terdiam. "Kamu gak kangen mamah? Ibu? Sama asya?."
"Seyra ....."
"Kamu masih butuh waktu?"
Seyra berdehem pelan. "Seyra takut ngusik kebahagiaan asya kalo seyra pulang. Hati seyra belum sepenuhnya kuat liat dan terima asya sama orang lain."
"Kalo ternyata ucapan kamu itu salah gimana?"
Seyra menatap sang mamah bingung.
"Asya gak bahagia setelah kamu pergi dan hilang dari hidupnya, Bahkan sifat dia makin dingin dan makin irit buat bicara." Jelasnya membuat seyra terdiam. "Dia sering menyendiri sey, dan nangis diem-diem dan itu cuma karena kamu." Sambungnya.
"Mamah lagi bohongin seyra kan?, Asya gak mungkin berubah cuma karena gak ada aku."
"Itu terserah kamu sey mau percaya atau nggak. Kalo gak percaya kamu bisa tanya temen kamu siapa itu namanya si m-moza itu."
"Y-yaudah nanti seyra tanya deh. Seyra tutup telponnya."
Tut
Panggilan berakhir. Wanita paruh baya itu menghela nafas, memijit keningnya pusing dengan masalah diantara kedua gadis yang sangat amat disayanginya itu.
.....
"ASYA!"
Teriakan tersebut mengalihkan perhatian asya dari novel yang tengah di bacanya. Pandangan datarnya beralih pada moza yang tengah menampilkan cengirannya.
"Hehe maaf." Cengir moza. Jarinya membentuk tanda peace. "Daritadi dipanggil juga." Sambungnya.
Asya mengangguk. Menatap moza yang tiga bulan terakhir ini menjadi temannya di sekolah yang baru ditempatinya ini. "Kenapa?"
Moza mengangkat dagunya, mengarah pada seseorang yang tengah berdiri di sisi mereka.
Asya mengalihkan pandangannya ke arah yang dimaksud moza.
"Kenapa?." Tanya asya pada adik kelas tersebut.
"Kak Asya disuruh ke perpustakaan, tadi kakak minjem novel dari sana kan?" Ucapnya membuat asya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You [END]
Teen FictionHanya kisah tentang dua orang sahabat yang salah satunya menaruh rasa pada sahabatnya sendiri. "mencintai dalam diam" Mungkin itu cocok buat di definisikan untuk seorang seyra. ⚠️ GXG