Malam Minggu, malam yang ditunggu-tunggu anak muda, malam yang amat cocok untuk berkencan dengan sang pujaan hati. Tapi tidak untuk pasangan yang baru menjalin hubungan itu, asya dan seyra mereka memilih untuk tetap dirumah. Meskipun seyra tadi sempat merengek meminta asya untuk berjalan-jalan keluar.
"Sya...." Seyra masih merengek, mencoba membujuk asya.
"Nggak!. Lagian diluar juga lagi gerimis sayang." Tolak asya. "Mending disini aja itung-itung jaga rumah." Sambungnya.
Seyra mengerucutkan bibirnya kesal. Kenapa juga sang mamah harus pergi mendadak sih dan malah menyuruhnya untuk menjaga rumah.
Asya tertawa Pelan melihat seyra yang tengah terlihat kesal. Tangannya menarik seyra untuk berpindah duduk kepangkuannya, memeluk tubuh seyra dari belakang, mengecup tengkuk seyra berkali-kali.
"Oh iya!, Bukannya om...."
"Papah!. Bukan om." Potong seyra cepat.
Kesal karena asya selalu lupa untuk mengubah panggilannya pada sang papah dan malah selalu mengucapkan panggilan seperti dulu.
Asya tertawa Pelan. Mengangguk cepat ketika seyra terlihat kesal saat dirinya tak sengaja mengatakan panggilan dahulu pada orang yang selalu dipanggil pakai embel-embel om."Iya-iya papah.... Bukan om." Ucap asya terkekeh. "Ps punya papah masih ada kan sey?." Sambungnya, ketika teringat dulu pernah memainkannya.
"Entah. Masih ada dikamar keknya."
"Turun dulu sey." Ucap asya menyuruh seyra beranjak dari pangkuannya. "Ayo ke kamar, terus cari ps-nya." Sambungnya menarik seyra untuk mengikuti nya. Berjalan memasuki kamar.
"Tuh." Tunjuk seyra pada PlayStation milik sang papah. "Emangnya buat apa sih?" Sambungnya bertanya.
"Buat mainlah sayang.... Daripada bosen." Ucap asya. Tangannya mulai menghidupkan ps tersebut. "Eh, kita gapapa di kamar sini?" Tanyanya, meskipun dirinya telah kenal lama, masih terasa tak enak karena kamar yang saat ini tengah diinjaknya kamar milik orang tua seyra, kekasihnya.
Seyra menggeleng. "Gapapa. Mamah papa juga pasti besok pulangnya."
Asya mengangguk. "Yaudah. Sekarang kita main."
Seyra menggeleng. "Gak minat."
"Dih. Cepet sey... Kalo main sendirian gak seru."
"Gak. Nggak. No way. No. Tidak akan."
"Gini aja deh.... Sini duduk dulu" titah asya menepuk pahanya, menyuruh seyra duduk di pangkuannya. "Lama" sambungnya berdecak, kemudian menarik tangan seyra sedikit kencang hingga terduduk di pangkuannya, memunggunginya.
Asya mengambil stik ps satunya lagi dan memberikannya pada seyra. "Pegang..... Kita sekarang main balapan mobil aja, siapa yang menang dia berhak minta satu permintaan dari yang kalah."
Seyra terdiam, menimang-nimang perkataan asya. Boleh juga pikirnya.
"Oke." Ucap seyra, tubuhnya semakin bergerak kebelakang hingga menyandar sempurna pada tubuh bagian depan asya.
Keduanya langsung memainkan game tersebut, fokus saling mengejar demi mendapatkan kemenangan.
"YES... Aku menang sayang." Girang asya. "Sekarang kamu turutin permintaan aku." Sambungnya.
Seyra mengabaikan ucapan asya, dirinya langsung beranjak dari pangkuan asya, berpindah duduk ke atas ranjang.
Asya menyernyit bingung apakah dia melakukan kesalahan?. Kenapa seyra tiba-tiba berpindah.
"Sey..." Ucap asya lembut, ketika dirinya sudah duduk berhadapan, ah bukan lebih tepatnya asya duduk di bawah memegang lutut seyra yang tengah duduk di ranjang. "Kenapa?" Sambungnya sedikit mendongak, menatap wajah seyra.
![](https://img.wattpad.com/cover/328242360-288-k525508.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You [END]
Teen FictionHanya kisah tentang dua orang sahabat yang salah satunya menaruh rasa pada sahabatnya sendiri. "mencintai dalam diam" Mungkin itu cocok buat di definisikan untuk seorang seyra. ⚠️ GXG