04. Satu Sekolah

5.3K 159 4
                                    

"Anak dan menantu mami udah siap ke sekolah ya." Ucap Renata sambil menyiapkan makanan.

"Maaf ya mi, Ayna gak bantuin mami siapin ini semua."

"Gak apa-apa. Mami tau kalian telat bangun karena kecapean kan."

"Iya mi."

"Yaudah ayok sarapan."

Mereka berempat mulai sarapan pagi. Setelah itu Gavin dan Ayna hendak berangkat. Sebelum berangkat mereka berdua menyalim tangan Haris dan Renata lebih dulu.

Ayna segera naik ke jok belakang motor Gavin.

"Jangan peluk gue!" Ucap Gavin.

"Iya."

"Pegangan di tas gue aja!"

"Iya. Ayok berangkat, udah hampir telat nih. Awas ya kalau lo balapan."

Gavin segera menjalankan motornya untuk segera berangkat ke sekolah. Di perjalanan seketika Gavin sedikit menaikkan gas motornya.

"Gue bilang jangan balapan Gavin!" Tegur Ayna sedikit berteriak.

"Kita udah hampir telat Ayna."

"Gue takut jatuh."

"Yaudah lo pegang pundak gue. Lo tenang aja, gue ahli soal balapan. Jadi mending lo diam. Nanti gue gak fokus kalau lo bawel."

Ayna pun memilih diam dan memejamkan mata. Tangannya dialihkan berpegang di pundak cowok itu.

Tidak lama motor Gavin berhenti di halte yang cukup jauh dari sekolah. "Buka mata lo." Ucap Gavin saat melihat Ayna yang memejamkan matanya dari kaca spion.

"Kok berhenti di sini?" Tanya Ayna bingung.

"Gak mungkin kita boncengan sampai di sekolah. Nanti orang-orang pasti tau kita ada hubungan."

Ayna yang mengerti pun langsung turun dari motor. "Terus gue gimana?"

"Naik ojek online aja."

"Yaudah."

"Biar gue yang pesenin." Gavin mulai mengotak atik ponselnya.

"Gue bisa sendiri."

"Udah gue pesenin."

"Yaudah."

"Ingat ya. Di sekolah nanti anggap kita gak saling kenal."

"Iya."

Tidak lama ojek online sudah datang. Ayna segera naik dan berangkat. Setelah itu Gavin menyusulnya di belakang.

***

Setelah memperkenalkan diri di depan, Ayna disuruh duduk di bangku yang kosong dekat cewek berambut sepinggang.

"Aynaaaaa."

"Sttt, masih jam pelajaran." Tegur Ayna karena Salma yang langsung heboh. Apalagi ia duduk sebangku dengan Ayna. Ayna sangat senang bisa satu kelas dengan Salma daripada dengan suaminya sendiri.

"Gue seneng banget tau kita bisa satu sekolah lagi dan sebangku lagi. Kayaknya kita berdua sebagai sahabat memang ditakdirkan gak berpisah deh." Ucap Salma dengan hati yang senang.

"Emangnya lo gak duduk sama siapa-siapa?"

"Lima hari yang lalu teman sebangku gue terpaksa berhenti sekolah dan memilih homeschooling."

"Kok bisa?"

"Karena orangnya lebih introvert dari lo. Dan mungkin dia udah gak tahan jadi milih homeschooling aja."

"Lo akrab sama dia?"

"Jangankan akrab, Na. Kita sebangku aja ngobrolnya dalam sehari bisa dihitung pake jari. Pokoknya dia pendiam banget banget. Kalau bukan gue atau yang lain ajak ngobrol gak bakal bisa dia buka mulut."

GAVNA [Perjodohan] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang