Ayna baru saja mengganti seragam sekolahnya menjadi pakaian sehari-hari. Kemudian ia melangkah ke meja mengambil satu paper bag.
"Kemarin gue beliin lo sepatu." Ucapnya dengan menyodorkan paper bag itu.
"Sepatu apa?" Tanya Gavin.
"Lo liat aja!" Pinta Ayna
Gavin pun langsung membukanya.
"Gimana?" Tanya Ayna setelah Gavin memperhatikan sepasang sepatu tersebut.
"Bagus."
"Lo suka?"
"Suka. Tapi, kenapa polos?"
"Gue sengaja. Soalnya gue mau lukis sesuatu di sepatu lo. Supaya gak ada yang samain dan terlihat spesial."
"Lo pintar lukis?"
"Pintar."
"Masa?"
"Remehin gue lo?"
"Coba lo lukis terus gue liat hasilnya gimana."
"Lo liat aja ya. Hasil karya gue bakal lo suka."
"Udah menular ya rasa percaya gue ke istri."
Deg.
"Lo bilang kan harus percaya diri."
"Emang. Kalau gue gak suka sama hasil karya lo gimana?"
"Gak masalah. Gue tinggal kasih ke Devan."
"Enak aja mau ngasih ke cowok itu." Sewot Gavin tanpa sadar.
"Ya kalau pun lo gak suka."
"Gue belum liat hasilnya. Coba lukis!"
"Sabar gue ambil bahannya dulu." Ayna melangkah untuk mengambil paper bag yang terdapat bahan dan alat melukis. Kemarin waktu ke mall, ia juga sempat membelinya.
Setelah semuanya tersedia, ia mengambil sebelah sepatu lalu mulai menggambar suatu gambar di sepatu itu.
Sementara Gavin hanya diam memperhatikan Ayna.
"Gue ambil kue dulu. Gavin pun beranjak. Tidak lama ia kembali dengan sepiring kue brownies yang dibuat oleh maminya.
"Nih." Gavin menyuapi Ayna sontak membuat gadis itu menatapnya.
"Kalau gue suapin mulutnya dibuka bukan malah natap gue kayak gitu."
"Gue cuma heran aja tiba-tiba lo mau suapin gue."
"Gak usah bawel. Buka mulut aja. Pegel nih tangan gue."
"Lo yang bawel." Ayna pun langsung melahap kue itu. Lalu Gavin juga. Mereka makan dengan satu sendok saja.
"Enak banget ya kue buatan mami."
"Lo bisa bikin kue?" Tanya Gavin.
"Lumayan."
"Gue suka kue bolu coklat. Kapan kapan lo buatin gue. Gue mau coba buatan lo."
"Itu kue favorit lo?"
"Iya."
"Gue belum terlalu pintar sih. Tapi nanti gue belajar sama mami deh."
"Udah jadi sebelah deh." Ucap Ayna setelah selesai menggambar sebuah karya di sepatu.
"Cepet juga."
"Kan gue gambar yang simple doang." Ucap Ayna sambil meletakkan sebelah sepatu tersebut.
"Ayna, itu apa?" Gavin menunjuk ke luar balkon dan membuat Ayna menoleh ke arah telunjuk Gavin. Tiba-tiba Gavin mengoles cream ke hidung Ayna.
"Gavin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVNA [Perjodohan] END
Teen FictionAyna tidak pernah menyangka akan menjadi seorang istri dari cowok yang akan dijodohkan dengannya, teman kelasnya waktu smp yang bernama Gavin. Gavin sendiri juga tak menyangka adanya perjodohan dari orangtuanya. Apalagi disuruh menikah di umur yang...