"Kita ke toko pena dulu." Ucap Gavin.
"Mau beli apa?"
"Besok ada tugas seni budaya disuruh ngelukis. Sepuluh karya terbagus akan dipilih dan dapat nilai bonus."
"Kamu mau masuk ke 10 karya terbagus?"
"Mau dong sayang. Kan ada kamu yang pintar lukis. Jadi kamu ajarin ya."
"Pasti. Yang penting bukan minta bantuan untuk aku yang kerjain."
"Gak kok, Ay. Aku kan udah jadi Gavin yang rajin dan berani kerjain sendiri."
"Bagus."
Ayna dan Gavin memasuki toko pena. Toko yang menjual berbagai peralatan sekolah yang lengkap. Gavin dan Ayna melangkah ke rak bagian peralatan melukis berada. Ayna mulai mengambil kanvas, kuas, cat air, dan palet. Setelah semuanya lengkap, mereka segera ke kasir untuk membayar.
Suara notifikasi terdengar dari ponsel Ayna.
"Gav, Salma mau main ke apartemen, boleh kan?" Tanya Ayna setelah membaca chat dari salma.
"Boleh. Aska sama Farel juga mau ke apartemen ngerjain bareng."
"Tugas kamu kerja kelompok ya?"
"Bukan. Ini tugas individu. Cuma mereka mau bareng-bareng ngerjain."
***
Ayna dan Gavin sedang sibuk menyediakan peralatan lukisnya di meja. Mereka duduk rapat di bawah tikar berbulu dan meja di tengah mereka. Gavin yang baru ingin mulai sontak terhenti saat mendengar bunyi bel unit apartemennya.
"Biar aku aja." Ucap Ayna dan bangkit membukakan pintu untuk ketiga orang itu.
"Assalamualaikum." Salam Mereka kompak setelah pintu terbuka.
"Waalaikumsalam. Ayok masuk."
"Biar pun lo gak nyuruh kita, kita pasti masuk kok, Na." Ucap Farel.
"Biar pun lo belum mau pulang, lo tetap diusir sama pemiliknya, Rel." Balas Aska dengan terkekeh pelan.
"Kita gak ganggu kan, Na?" Tanya Farel.
"Gak kok."
"Lo sama Gavin lagi mesra-mesraan ya?" Tanya Aska.
"Gue lagi ngelakuin kegiatan."
"Kegiatan bikin anak ya, Na?" Tanya Farel dengan menaik turunkan alis.
"Emangnya kenapa, iri lo!" Sahut Gavin.
"Gavin! Gak kok. Bukan kegiatan gitu. Gue lagi ngelakuin kegiatan bantuin ngerjain tugasnya Gavin."
"Gak masalah Ayna. Tapi lebih bagus malam tau." Ucap Farel.
"Kenapa bahas gituan sih?" Kesal Ayna.
"Tau nih cowok-cowok. Gak usah bahas gituan dulu." tambah salma.
"Kita udah 17+ jadi aman aman aja."
"Ayok, Na kita ke dapur aja siapin makanan. Aku laper sampai sini." Salma langsung menarik tangan Ayna pergi ke dapur.
"Kalian ke sini bawa apa?" Tanya Gavin.
"Bawa peralatan lukis lah." Jawab Aska. "Emang bawa apaan selain itu?"
"Martabak, pizza, dll mana?"
"Lo gak bilang tadi di grup." Jawab Farel.
"Sebagai teman yang sadar diri, seharusnya kalian bawa makanan. Biarpun gue gak nyuruh kalian."
"Lo aja gak kasih kita kode, Gav." Sahut Farel.
"Kode apa! Mending lo kodein gebetan lo tuh."
"Tenang aja, Gav. Tapi, masalahnya kalau gue bergerak cepat, kasian sama Aska."
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVNA [Perjodohan] END
Teen FictionAyna tidak pernah menyangka akan menjadi seorang istri dari cowok yang akan dijodohkan dengannya, teman kelasnya waktu smp yang bernama Gavin. Gavin sendiri juga tak menyangka adanya perjodohan dari orangtuanya. Apalagi disuruh menikah di umur yang...