34. Bertemu Devan

2.4K 75 0
                                    

Seminggu setelah kematian orang tuanya, Gavin mulai baik-baik saja dan menjalani hari-harinya seperti hari biasanya sebelum kejadian. Meskipun Gavin sempat tidak nafsu makan dan Ayna selalu berusaha membujuk Gavin untuk makan.

Masih pagi sepasang suami istri muda itu sudah romantis. Ayna yang sedang memasukkan beberapa buku pelajaran di tasnya sedikit kewalahan karena Gavin yang memeluknya dari belakang.

"Masih pagi kamu udah manja gini." Ucap Ayna.

"Pengen peluk istri aku aja. Nyaman. Soalnya kamu kalau tidur gak mau dipeluk."

Selama menikah Gavin memang belum pernah memeluk istrinya saat tidur. Padahal ia juga ingin seperti pasangan suami istri lainnya yang jika tidur kadang suami memeluk istrinya dijadikan pengganti guling. Tapi Gavin harus menahan dulu demi keinginan istrinya. Alasannya Ayna takut jika keseringan berpelukan saat tidur akan menghasilkan sesuatu yang Ayna belum siap. Tapi, mereka kadang saling berpegangan tangan saat tidur.

"Nanti juga kamu bakal puas peluk aku kalau tidur."

"Kapan?"

"Tunggu aja waktunya ya."

"Iya sayang."

"Yaudah lepasin."

"Gak mau. Masih nyaman."

"Gav, nanti kita telat."

"Oke." Gavin pun melepas tangannya dari pinggang Ayna. Setelah itu mereka turun ke bawah untuk segera sarapan lalu berangkat sekolah.

**

Sesampainya di kelas, Ayna melihat hanya ada beberapa orang yang sudah datang. Memang ia berangkat sangat pagi dari biasanya. Tampak Laras mengambil sapu ijuk dan mulai menyapu lantai.

"Mending gue aja yang ngepel." Ucap Salma yang bertugas hari ini.

Laras mengangguk mengiyakan.

"Woi, Keron buang sampah dulu lo." Ucap Salma pada cowok yang baru saja muncul di ambang pintu.

"Baru juga gue nyampe, belum duduk naroh tas udah disuruh."

"Yaudah cepatan taroh tas lo."

Salma di kelas terkenal kadang galak, kadang ramah. Tapi di depan crush agak kalem.

Setelah dua teman piket Salma selesai menyapu, kini giliran Salma yang bertugas yaitu mengepel lantai agar lebih bersih.

Sementara di lain kelas, Gavin, Aska dan Farel sedang nongkrong di ambang pintu dan melihat suasana kelas sebelah.

"Ayna, lo ngapain sama teman kelas lo antri di depan pintu?" Tanya Farel sedikit berteriak saat melihat Ayna dan beberapa teman kelasnya yang masih menenteng tas sedang berdiri di depan kelas.

"Nunggu sembako ya?" Tanya Aska bercanda.

"Salma lagi ngepel dan kita dilarang masuk dulu sebelum selesai. Tunggu agak kering dulu." Jawab Ayna.

"Kalau gue ya, gue terobos aja deh. Ngapain tunggu sampai kering. Ujung-ujungnya bakal kotor juga." Balas Aska.

"Kalau gue sih hargai teman yang lagi piket. Udah capek bersih bersih, langsung dikotori gitu aja. Kan teman laknat. Kelas bersih kita juga yang nyaman." Ucap Farel.

"Ujung-ujungnya bakal kotor juga kali."

"Setidaknya sempat bersih."

"Lo kayak gitu karena bela gebetan lo. Coba orang lain, palingan lo setuju sama pendapat gue."

"Ya emang harus gitu bro. Kita kelihatan baik di depan gebetan."

Sementara Gavin tidak memperdulikan ocehan dua temanya. Ia lebih fokus menatap Ayna yang sedang mengikat ulang rambutnya karena sempat sedikit kendor. Ayna berpenampilan rambut diikat hari ini. Bagiamana pun penampilan Ayna akan selalu cantik di mata Gavin.

GAVNA [Perjodohan] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang