Semua teman kelasnya sudah pulang kecuali dirinya dan tiga temannya masih di kelas karena mereka berempat sedang piket. Setelah semuanya selesai, mereka pun segera pulang.
Ayna berjalan seorang diri di koridor. Seketika ia melihat Aska hanya sendirian, ia pun memanggilnya dan mendekat.
"Kenapa, Na?" Tanya Aska.
"Tolong kasih air ini ke Gavin ya."
"Cie cie." Goda Aska.
"Tapi jangan sampai ada yang tau ini pemberian dari gue, cukup lo sama Gavin aja yang tau."
"Sip. Lo baru mau pulang?"
"Tadi gue lagi piket jadi telat pulang."
Aska mengangguk.
"Yaudah gue duluan ya." Ayna pun kembali melangkah untuk segera pulang. Ia sempat melihat ke arah lapangan yang terlihat Gavin dan timnya yang sedang latihan.
Setelah tiba di halte, ia meraih ponselnya hendak memesan taksi atau ojek online. Seketika Ayna mendengus karena ponselnya ternyata lowbet.
Terpaksa ia harus menunggu taksi yang lewat saja. Sudah hampir setengah jam menunggu, tidak ada satupun taksi yang lewat.
"Taksi kemana semua sih? Tumben banget gak ada yang lewat satupun?"
"Libur kali ya?" Tanya Ayna kesal.
"Atau gue tunggu Gavin aja ya? Tapi Gavin pasti gak mau. Apalagi gue nunggu di halte deket sekolah."
Tiba-tiba seorang cowok berkacamata bulat menghentikan motornya di depan halte.
"Hai." Sapa cowok itu membuat Ayna menoleh.
"Hai." Balas Ayna agak kaku. Ayna tau siapa cowok itu, cowok yang menabraknya tadi waktu di kantin. "Ada apa ya?"
"Aku mau minta maaf sama kejadian di kantin tadi."
"Lo kan udah minta maaf."
"Aku mau minta maaf lagi."
"Gue udah maafin, lagian cuma nabrak gitu doang. Lo juga gak sengaja."
"Tetap aja aku merasa bersalah."
"Lo gak usah ngerasa gitu. Gak ada yang harus dipermasalahin."
"Bagi kamu, tapi bagi aku, aku ngerasa bersalah. Oh iya, aku Adi." Cowok itu mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.
Ayna diam beberapa detik. Lalu ia membalas uluran tangan cowok itu. "Ayna."
"Salam kenal ya."
Ayna hanya tersenyum sebagai balasan.
"Jadi untuk menebus rasa bersalah aku, aku anter kamu pulang ya?"
"Gak usah repot-repot. Gue udah bilang lo gak usah ngerasa bersalah."
"Aku gak repot kok. Please, sekali ini aja. Aku orangnya emang gitu ngerasa bersalah banget sama orang."
"Hm..."
"Kamu tenang aja aku gak ada niat mau modus. Aku antar kamu pulang cuma sebatas hilangin rasa bersalah aku kok."
Ayna berpikir beberapa detik. "Yaudah deh. Setelah ini lo gak usah ngerasa bersalah lagi ya."
"Iya."
Ayna pun naik ke motor matic milik cowok yang bernama Adi itu. Lalu Adi mulai menjalankan motornya.
Tanpa Ayna ketahui, ada Gavin dengan tatapan datar yang memperhatikan gerak-gerik mereka saat mengobrol dan pulang bersama.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVNA [Perjodohan] END
Teen FictionAyna tidak pernah menyangka akan menjadi seorang istri dari cowok yang akan dijodohkan dengannya, teman kelasnya waktu smp yang bernama Gavin. Gavin sendiri juga tak menyangka adanya perjodohan dari orangtuanya. Apalagi disuruh menikah di umur yang...