30. Menolong Laura

3.2K 90 0
                                    

"Tadi lo teriak-teriak di depan kelas gue, kenapa?" Tanya Farel penasaran..

"Pake ngomong harus tanggung jawab segala." Tambah Aska.

"Gue suruh Ilham tanggung jawab buat bersihin seperti gue. Gara-gara dia buang sembarangan permen karetnya dan sialnya malah sepatu gue yang injak. Terus gue gak terimalah, apalagi gue sepatu baru."

"Parah sih, kelas lo rusuh bener."

"Udah jadi kebiasaan kalau kelas kosong, bakal rusuh. Bebas gitu." Balas Salma.

"Tapi, tadi emang rusuh banget. Si ini kejaran sama itu, si itu kejaran sama ini. Pokoknya pusing deh." Ucap Ayna.

"Kenapa gak keluar aja dari kelas?" Tanya Gavin.

"Niatnya emang gitu sebelum kejadian Salma ngejar Ilham."

"Terus sepatu lo udah bersih?" Tanya Farel.

"Udah."

Bruk!

Bunyi dobrakan meja membuat semua atensi murid menoleh ke arah bunyi berasal.

"Lo budek ya?!" Gertak Laura setelah mendobrak meja. Ia berdiri menghadap cowok itu.

"Kali ini aja."

"Gue udah bilang, gue gak mau! Gue udah punya pacar! Masih gak ngerti lo!"

"Tapi, pacar lo lagi di luar negeri."

"Gue gak mau lagi ngelakuin hal yang bodoh untuk kedua kalinya."

"Ayok lah, Lau. Hari ini doang kok."

"Gak ada kesempatan sekali pun buat lo. Mending lo pergi. Gue mau makan."

"Yaudah makan bareng gue."

"Jangan pancing emosi gue, Ndra."

"Siapa sih yang pancing emosi lo. Gue cuma mau kita dinner. Lo mungkin gak bisa balas perasaan gue. Tapi cukup rasain dinner bareng doang. Cukup itu Laura."

"Gue bilang gak mau ya gak mau!" Detik berikutnya Laura menyiram es teh ke rambut Rendra saking emosinya. "Gue gak mau dinner sama cowok brengsek kayak lo yang suka bawa cewek ke kamar. Gue gak semurah itu Rendra."

Plak.

Reflek Rendra menampar pipi Laura. "Lo bisa emosi, gue juga bisa."

Semua penghuni kantin yang menyaksikan hanya terdiam tidak bisa membantu. Suara bisik bisik mulai terdengar. Ada beberapa yang memang sudah tahu jika Rendra adalah cowok yang suka ke club. Suara bisik semakin menjadi ketika seseorang bangkit dari posisinya berniat membantu gadis itu.

Bugh!

"Jangan sekali kali main fisik sama cewek di depan gue!"

"Ini bukan urusan lo."

"Emang bukan. Tapi gue gak akan tinggal diam gitu aja liat cewek ditampar sama cowok brengsek kayak lo."

"Jangan jangan lo masih ada rasa sama Laura ya?"

"Jangan sok tau. Jadi cowok itu harus bisa menerima kenyataan, kalau lo ditolak gak usah maksa. Mending lo pergi. Jangan pernah gangguin Laura lagi, daripada gue bakal aduin lo ke kepala sekolah soal rahasia lo."

"Sialan lo, Gav!" Dengan rasa emosi dan kesal, Rendra pun pergi meninggalkan kantin.

"Gimana pipi lo?" Tanya Gavin.

"Gak apa-apa kok. Makasih banyak, Gav."

"Sama-sama. Gue ngelakuin ini karena gue gak suka liat cowok main fisik sama cewek. Biar bagaimanapun juga kita pernah akrab."

GAVNA [Perjodohan] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang