Tes tes tes..
"Panggilan kepada Ayna Ayunda untuk segera ke lapangan!" Suara milik seorang cowok menggunakan speaker terdengar nyaring dari arah lapangan.
Ayna yang baru saja selesai memakan mie ayamnya dan langsung mendengar suara speaker tersebut.
"Itu suara Gavin, Na." Ucap Salma setelah lebih teliti mendengar suara orang itu.
"Gavin kenapa coba manggil gue pake gituan terus nyuruh ke lapangan?"
"Gak tau. Mending ke sana aja deh."
Ayna meneguk es tehnya lebih dulu sebelum beranjak.
Sesampainya di lapangan sudah terlihat banyak siswa siswi yang berkerumun. Entah cowok itu ingin berbicara apa sehingga menarik perhatian beberapa siswa.
Gavin melihat si pemilik nama yang dipanggil sudah tiba dan kembali bersuara. "Sekali lagi kepada Ayna Ayunda untuk maju ke tengah lapangan!"
"Gavin apaansih nyuruh gue ke tengah lapangan?" Tanya Ayna sedikit mengeluh.
"Udah, Na ikutin aja perintah suami lo." Ucap Salma berbisik.
Ayna pun melangkah ke tengah lapangan dengan berusaha setenang mungkin. Padahal, dirinya sudah gugup setengah mati. Jika bukan Gavin, sudah dipastikan Ayna akan memilih bersembunyi saja daripada berdiri di tengah keramaian di antara beberapa siswa.
Setelah melihat Ayna berdiri di tengah, Gavin pun melangkah masuk dan berdiri di hadapan gadis itu. Speaker didekatkan di mulut dan berucap. "Jadi pacar aku ya!" Itu bukan sebuah pertanyaan melainkan sebuah kalimat perintah.
Ayna sendiri bingung dengan apa yang dilakukan Gavin sekarang. Ia semakin gugup. Tapi tetap menampilkan wajah setenang mungkin.
"Aku gak butuh jawaban, tapi aku butuh balasan kamu."
Tentu saja Ayna akan menerimanya. Dan ia akan menjawab cepat agar bisa keluar dari keramaian yang sudah terdengar sorakan dari mereka semua.
Detik berikutnya Ayna langsung menganggukkan kepala membuat Gavin tersenyum.
Gavin menggengam tangan Ayna, dan kembali bersuara. "Untuk kalian semua. Mulai hari ini Ayna Ayunda adalah pacar dari Gavin Araska Sanjaya. Jadi, kalau sampai ada yang gangguin pacar gue, kalian berurusan sama gue!"
"Gav." Keluh Ayna mulai tidak nyaman, apalagi beberapa di antara mereka terdengar suara yang menjudge dirinya.
"Gavin kok cepet banget move on ya?"
"Tipe cewek Gavin menurun ih."
"Sebelumnya dapat yang cantik banget, eh sekarang malah dapat yang cantik juga sih tapi kurang gimana gitu."
"Jangan jangan dia penyebab Laura putus sama Gavin."
Mereka memang tidak ada yang tahu alasan Gavin dan Laura putus. Sehingga banyak di antaranya hanya menduga-duga suatu berita yang belum tentu sesuai apa yang mereka pikir.
Ayna mengeratkan genggaman tangannya pada Gavin membuat cowok itu menyadari hal tersebut. Gavin yang paham langsung bersuara kembali. "Kalian jangan pernah berpikir kalau Ayna penyebab gue putus sama Laura. Gue dan Laura putus karena masalah yang gak perlu kalian tau!" Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Gavin langsung membawa Ayna ke pinggir lapangan. Semua siswa pun ikut bubar.
Tampak Laura yang berada di tingkat dua memandang ke bawah kejadian itu. Ia sebenarnya bodoh amat karena perasaannya kepada Gavin tidak ada sedikitpun. Dari awal berteman ia hanya menganggap Gavin sebatas teman, hingga saat Gavin menyatakan cinta padanya membuat Laura hanya berniat ingin bermain dengan Gavin untuk menjadikan selingkuhan sementara karena Laura yang sedang LDR dengan pacarnya waktu itu. Setelah itu Laura melangkah pergi.
Lain halnya dengan seseorang yang berdiri di pojok lapangan, ia tersenyum miring dengan memperbaiki kacamatanya yang sedikit merosot.
Gavin, Ayna, Salma, Aska, dan Farel kini berada di taman belakang sekolah.
"Kamu tadi kenapa sih pake nembak aku kayak gitu di tengah lapangan?" Tanya Ayna pada Gavin.
"Gimana menurut kamu?"
"Sejujurnya aku gak suka ditembak di kerumunan kayak tadi, Gav. Kalau cuma ada aku sama kamu itu aku mau."
"Tapi tadi romantis loh, Na." Sahut Salma.
"Lo kan tau gue. Gue gak suka jadi pusat perhatian. Apalagi banyak bisik-bisikan yang kurang mengenakan."
"Kamu gak usah pikirin omongan merek sayang. Cuekin aja. Mereka gak tau apa apa soal kita."
"Bener, Na. Anggap angin lalu aja." Tambah Aska.
"Lagian tadi banyak juga kok yang mendukung hubungan kalian." Ucap Farel.
"Bener, mereka bilang kalian cocok juga. Terus siapapun pasangan Gavin mereka dukung kok." Tambah Salma.
Yah, Ayna juga memang sempat mendengar beberapa dari mereka yang mendukungnya.
***
Ayna berjalan seorang diri dari perpustakaan dan tiba-tiba seseorang menyapanya.
"Hai Ayna."
Ayna menoleh. "Hai."
Cowok itu melempar senyum dan Ayna membalasnya dengan senyuman kecil.
"Selamat ya." Adi mengulurkan tangannya.
"Selamat apa?" Ayna bingung tiba-tiba Adi memberikannya ucapan selamat.
"Selamat atas jadiannya sama Gavin. Ngomong-ngomong kamu gak mau balas uluran tangan aku?"
"Eh...sorry." Ayna langsung membalas jabatan tangan Adi. "Makasih atas ucapannya. Tapi menurut gue gak usah ucapin selamat."
"Cuma mau ucapin selamat ke kamu. Gavin beruntung ya dapatin hati kamu."
"Kayaknya gue yang lebih beruntung dapatin hatinya."
Adi hanya tersenyum. "Sayangnya gue gak seberani Gavin untuk mengungkapkan perasaan."
"Ungkapin ke siapa?"
"Ke cewek yang aku suka."
"Kenapa gak berani?"
"Aku takut di tolak."
"Seharusnya lo ungkapin aja perasaan lo ke dia kalau lo suka. Soal ditolak atau gimana itu urusan belakang. Yang penting lo udah ungkapin dan merasa lega. Tapi, lo juga sebagai cowok harus bisa ngerti kalau cewek juga bisa menolak, dan perasaan gak bisa dipaksa."
"Khem!" Suara deheman milik seseorang yang tak lain adalah Gavin. Cowok itu langsung merangkul Ayna. "Kalian ngobrolin apa?"
"Adi cuma sedikit curhat kok."
"Lo curhat apa sama pacar gue?"
"Adi bilang dia gak seberani kamu buat nembak ke cewek yang dia suka karena takut ditolak."
"Emang cewek yang lo suka kayak gimana?"
"Cantik, senyumnya menarik dan introvert." Jawab Adi.
"Gue bukan remehin lo ya, tapi penampilan lo yang kayak gini kayaknya tuh cewek cukup mikir buat nerima lo."
"Makanya itu aku gak berani."
"Yang paling penting tuh cewek belum punya pacar."
"Iya. Yaudah aku duluan ya, Na." Pamit Adi, namun sebelum itu ia mengatakan sesuatu. "Tapi sayang, Na, Gue udah di duluangin sama seseorang."**GavNa**
Vote & Komen ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVNA [Perjodohan] END
Teen FictionAyna tidak pernah menyangka akan menjadi seorang istri dari cowok yang akan dijodohkan dengannya, teman kelasnya waktu smp yang bernama Gavin. Gavin sendiri juga tak menyangka adanya perjodohan dari orangtuanya. Apalagi disuruh menikah di umur yang...