Seperti biasa Gavin berjalan memasuki kelasnya dengan menenteng tas di sebelah pundak. Beberapa teman kelasnya yang sudah lebih dulu datang bertanya-tanya tentang wajahnya yang lebam. Begitupun kedua temannya yang sudah siap melayangkan pertanyaan beruntun.
"Muka lo kenapa bisa gitu, Gav? Apa yang terjadi sama lo? Lo berantem sama siapa? Masalah lo apa? Lo kalah atau menang?"
Dan benar saja, Gavin yang belum duduk sudah disuguhi pertanyaan dari mulut Farel yang cerewetnya minta ampun.
"He bocah, teman kalau lagi sakit, ditanyain dulu kabarnya gimana." Ucap Aska.
"Lo udah liat sendiri gimana kondisi Gavin, ya gak baik-baik lah."
"Masih pagi udah bacot!" Sahut Gavin.
"Tumben marah-marah, biasanya fine aja kalau kita bacot. Masalah lo jangan dilampiaskan ke kita dong, Gav." Balas Farel agak dramatis.
"Serius nih. Lo kenapa bisa kayak gini? Lo berantem sama siapa?" Tanya Aska.
"Si bocah, satu-satu dong lo nanya."
"Cuma dua doang. Lo gak ngaca, Gavin belum duduk lo udah kasih pertanyaan beruntun."
"Sama aja kali. Kalau lebih dari satu, itu udah banyak."
"Konsep dari mana kayak gituan. Beda kali."
"Gue lampiasin beneran nih ke lo berdua!" Jengah Gavin.
"Sorry, Gav." Kompak mereka berdua.
"Kita tuh saking khawatirnya sama lo." Ucap Farel.
"Bener, Gav." Tambah Aska.
"Gue berantem sama Esa."
"Esa siapa?" Tanya Aska dan Farel kompak.
"Si cowok brengsek yang berani sentuh tangannya Ayna pas di lampu merah. Gue gak terima dan hajar dia pas ketemu kemarin di kafe."
"Lo gak kenal sama tuh cowok?" Tanya Aska.
"Gak kenal. Pertama kali ketemu dia di warung sate, dia udah gangguin Ayna."
"Gangguin Ayna gimana?" Tanya Farel.
"Tuh cowok modus."
"Terus dia gimana?"
"Gue makin kesal sama dia. Udah babak belur dan sempat-sempatnya goda Ayna dengan tengilnya pas gue mau pulang dari kafe."
"Lebih babak belur mana, lo apa dia?" Tanya Farel.
"Dia lah. Muka gue gak seberapa sebenarnya."
"Iya sih, muka lo cuma luka diujung bibir doang, sama dagu lo."
"Ayna disentuh tangannya doang sama cowok lain udah bikin lo gini, gimana kalau dia lakuin hal yang lebih dari itu." Ucap Aska.
"Makanya gue kasih dia peringatan sebelum dia bertingkah lebih dari kemarin. Kalau sampai itu terjadi gue bakal hajar dia habis habisan."
Obrolan mereka terhenti ketika suara bel berbunyi menandakan jam pertama segera dimulai.
***
Lain halnya di kelas sebelah, yang sudah memasuki jam pertama, tapi seluruh murid masih santai dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang masih bergosip, ada yang tiktokan, ada yang baca buku, ada yang selfi, ada yang bermain game, dan ada yang terjebak friendzone di ambang pintu sedang mengobrol.
Sudah lima menit berlalu, belum ada tanda-tanda guru akan datang. Sepertinya kelas mereka free. Jika guru sudah melebihi sepuluh menit belum juga datang, maka guru tersebut sudah dipastikan tidak hadir untuk mengajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVNA [Perjodohan] END
Teen FictionAyna tidak pernah menyangka akan menjadi seorang istri dari cowok yang akan dijodohkan dengannya, teman kelasnya waktu smp yang bernama Gavin. Gavin sendiri juga tak menyangka adanya perjodohan dari orangtuanya. Apalagi disuruh menikah di umur yang...