Malam ini Laura merayakan pesta ulang tahunnya yang ke 17 tahun yang sangat meriah di sebuah hotel. Gadis itu tampil dengan penampilan yang sangat cantik. Kue tart yang empat tingkat sudah tersedia di meja. Laura tampak berdiri di depan yang di dampingi kedua orangtuanya dan pacarnya yang tak lain adalah Gavin.
Ayna yang berada di tengah-tengah perkumpulan tamu undangan hanya menyaksikan dengan sabar.
Mereka mulai menyanyikan lagu selamat ulang tahun pada Laura. Setelah itu Laura meniup lilin dan mulai memotong kue. Kue pertama diberikan kepada kedua orangtuanya dan kemudian kepada Gavin.
"Selamat ulang tahun sayang." Ucap Gavin setelah disuap oleh Laura. Tiba-tiba Laura mencium pipi Gavin membuat cowok itu kaget.
Ayna yang memandang momen tersebut langsung terdiam, hatinya terasa sesak. Tidak bisa ditahan ia pun melangkah pergi dari sana.
"Lo mau kemana, Na?" Tanya salma.
"Rooftop."
Kepergian Ayna sempat dilihat oleh Gavin.
Ayna berdiri di dekat pembatas rooftop. Air matanya tidak bisa ditahan untuk tidak keluar. Kini Ayna mulai terisak. Hatinya sangat sakit saat melihat Laura mencium kedua pipi Gavin.
"Ayna."
Ayna tersentak saat Gavin tiba-tiba datang. Sontak Ayna langsung menghapus air matanya. "Kenapa?" Tanya Ayna tanpa menoleh.
"Lo ngapain di atas sini?" Gavin ikut berdiri di samping Ayna.
"Mau liat pemandangan malam dari atas sini. Soalnya bagus banget." Ucap Ayna berusaha tersenyum seakan menikmati pemandangan di bawah sana.
"Di sini sepi. Kenapa harus naik sini?"
"Sejujurnya gue gak terlalu suka keramaian kayak gini."
"Gue pikir udah gak masalah lagi kalau lo pergi ke tempat rame." Gavin ingat waktu SMP, Ayna tidak pernah hadir jika ada teman kelasnya yang mengadakan pesta ulang tahun secara meriah. Alasannya karena merasa kurang nyaman dan cukup menguras energinya.
"Kalau untuk orang terdekat, gue bakal usahain bertahan sampai acaranya selesai sekalipun."
"Terus kenapa pergi ke acaranya Laura?"
"Gue terpaksa datang cuma untuk nemenin Salma. Karena Salma pengen banget hadir. Kalau gue gak pergi, Salma juga gak pergi."
Hening beberapa menit. Keduanya diam menikmati suasana.
Hingga suara Ayna memecah keheningan. "Lo ngapain naik ke sini? Bukannya acaranya masih berlangsung."
"Pengen nyusulin lo."
"Buat apa?"
"Pengen aja."
"Gue turun duluan." Ayna berbalik namun tangannya langsung dicekal.
"Lo habis nangis?" Tanya Gavin.
"Enggak."
"Gue sempat liat lo usap air mata pas gue datang." Gavin memang sempat memperhatikan dari belakang tangan Ayna saat menghapus air matanya.
Ayna menoleh menghadap Gavin."Gue gak habis nangis kok."
"Lo bohong."
Ayna terdiam mengalihkan tatapannya.
"Gara-gara liat Laura cium pipi gue?"
"Gue mau turun. Nanti ada yang liat kita, dan ngira kita punya hubungan."
"Bukannya kita emang punya hubungan kan?"
"Gue harus turun, Gav."
Sontak Gavin langsung memeluk Ayna.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVNA [Perjodohan] END
Teen FictionAyna tidak pernah menyangka akan menjadi seorang istri dari cowok yang akan dijodohkan dengannya, teman kelasnya waktu smp yang bernama Gavin. Gavin sendiri juga tak menyangka adanya perjodohan dari orangtuanya. Apalagi disuruh menikah di umur yang...