Malam ini Gavin dan Papinya sedang mengobrol berdua di halaman belakang dekat kolam renang. Dua cangkir kopi sudah tersuguhkan di meja antara mereka.
"Mau ngomongin apa pi?"
"Sebentar lagi kan kamu udah mau lulus. Kamu mau lanjut kuliah atau bekerja terusin perusahaan papi?"
"Gavin masih bingung, mau kuliah atau kerja."
"Lebih baik mulai sekarang kamu pikirin tentang itu, nak."
"Menurut papi, Gavin pilih mana?"
"Itu pilihan kamu, Gavin. Jadi kamu sendiri yang tentuin. Pikirkan baik-baik apa yang akan kamu ambil."
"Gavin mau kuliah, pi. Sebagai pembuktian kalau Gavin juga bisa dapat pendidikan yang lebih tinggi. Gavin mau buktikan ke semua orang orang yang pernah remehin Gavin, kalau anak remaja yang bandel, malas ngerjain tugas, suka bolos, mereka juga bisa berpendidikan tinggi dan sukses."
"Siapa orang yang pernah remehin kamu?"
"Pokoknya ada pi. Katanya aku modal tajir dan tampan doang."
"Mungkin mereka remehin kamu karena sikap kamu yang pernah ngelakuin sesuatu yang kurang menyenangkan di mata mereka."
"Gavin ngerasa gak pernah bikin masalah sama mereka. Mereka aja yang terlalu mengurusi hidup orang lain dan mudah meremehkan orang lain."
Sampai sekarang Gavin kesal dengan orang yang pernah meremehkan dirinya. Salah satunya waktu itu Gavin bertemu dengan ibu-ibu di salah satu supermarket yang mengatakan jika Gavin tidak bisa sukses karena bisa bisanya anak sekolah bolos di saat jam mengajar. Kebetulan waktu itu Gavin kelas dua dan memang bolos ke supermarket.
Pernah juga Gavin dibanding-bandingkan dengan anak dari ibu-ibu yang ia temui di ATM. Gavin sedang antri menunggu giliran, dan tiba-tiba terdengar suara ibu-ibu dari belakang menggosipnya terang-terangan.
"Kata anak saya, anak pak Haris cuma modal kaya doang, padahal sikapnya di sekolah gak mencerminkan anak pelajar yang baik. Suka bolos, kadang berantem, sering dihukum lagi. Palingan nanti kalau dia udah lulus cuma diam di rumah ngehabisin uang orang tuanya yang bekerja keras. Pasti anak kayak dia gak mikirin sekolah lagi. Mau jadi apa dia. Jadi anak berguna dikit dong, jangan bergantung sama orang tua terus, walaupun kaya."
"Yang penting saya gak urusi hidup orang lain. Hati hati bu, cara bicara ibu sepertinya sedang iri." Balas Gavin tanpa menoleh.
"Makanya ubah sikap kamu yang kurang menyenangkan itu, nak."
"Setelah Gavin menikah, secara perlahan Gavin udah ada perubahan kok pi. Ayna yang bikin Gavin menjadi pelajar yang lebih baik dari sebelumnya."
"Kamu harus bersyukur punya istri yang juga bisa membantu kamu menjadi lebih baik lagi."
"Iya, pi. Kami berdua selalu berusaha saling membantu dan terus belajar untuk jadi lebih baik lagi."
"Gak salah kan papi jodohin kamu sama Ayna?"
"Gak sama sekali pi. Meskipun awalnya ada sedikit rintangan. Tapi Gavin dan Ayna bisa lalui itu bersama-sama."
"Gavin, dalam berumah tangga itu memang sering ada badai, entah kapan badai itu datang, entah badai ringan ataukah besar. Yang paling penting kamu sama istri kamu selalu bersama-sama dan saling menggenggam erat untuk melalui badai itu sampai akhirnya hubungan rumah tangga kamu bisa tetap kokoh."
"Gavin akan jaga rumah tangga Gavin sampai lekas tua nanti dan akhir hayat."
"Memang menikah di umur yang sangat muda itu tidak gampang, nak. Tapi percaya jika cinta kalian lebih besar maka apapun yang menganggu rumah tangga kalian akan tersingkirkan dengan rasa cinta yang kuat. Rasa cemburu, beda pendapat, kesalahpahaman dan perdebatan kecil pasti terjadi di setiap hubungan. Jika itu terjadi kalian bisa selesaikan secara baik-baik, misalkan diobrolin ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
GAVNA [Perjodohan] END
Teen FictionAyna tidak pernah menyangka akan menjadi seorang istri dari cowok yang akan dijodohkan dengannya, teman kelasnya waktu smp yang bernama Gavin. Gavin sendiri juga tak menyangka adanya perjodohan dari orangtuanya. Apalagi disuruh menikah di umur yang...