Jungkook | Orbit | Pt.2

238 33 4
                                    

"Tarik napas yang dalam lalu keluarkan secara perlahan. Kemudian pejamkan matamu dan mulai lah tertidur." Instruksi Dokter Min dan aku pun langsung melakukan apa yang disuruhnya itu

Aku menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan, dan setelah itu aku pun memejamkan mataku.

"Apa kau mendengarkanku?" Tanya Dokter Min, sedangkan aku hanya diam saja merasakan kenyamanan dalam pejaman mataku

"Buat dirimu senyaman mungkin lalu bayangkan kau tengah berada di tempat yang paling indah. Hanya kau sendiri, tak ada seorang pun di sana." Sambungnya padaku dan entah kenapa aku merasa mengantuk hingga setelahnya aku tak lagi merasakan apapun

Ting. bunyi dentingan sesuatu hingga membuatku terbangun dari tidurku yang nyaman. Aku mendudukkan diriku dan betapa bingungnya aku saat mendapati diriku tengah mengenakan hanbok. Tapi yang paling membuatku bingung saat aku mendapati diriku tengah berada di tengah-tengah padang rumput seorang diri di malam hari.

"Bagaimana aku bisa?-ini pasti mimpi." Ucapku, tersadar bahwa aku tengah bermimpi, karena seingatku aku tadi tengah berada di rumah sakit bersama dengan Dokter Min

Aku lantas berdiri dari dudukku, membersihkan hanbok yang ku kenakan.

"Oh! Lelaki itu, bukankah ia lelaki yang aku lihat di lift tadi?" Ucapku saat melihat sosok lelaki dari kejauhan, tengah menunggangi kuda menuju ke arahku

Aku melihatnya bingung saat lelaki itu berhenti tepat di depanku. Ia lantas turun dari kudanya dan berjalan mendekatiku.

"Aku merindukanmu." Ucapnya tiba-tiba lalu memelukku hingga membuatku semakin bingung

"Hahahaha, kau merindukanku ya. Aku juga merindukanmu." Balasku canggung sembari memaksakan diriku untuk tertawa kecil

Lelaki itu melepaskan pelukannya dan kemudian menatapku. "Aku mencintaimu" Ucapnya hingga membuatku semakin bingung

.

"Hah!" Kaget ku sembari terbangun dari tidurku yang nyaman tadi

Aku melihat sekelilingku dan mendapati Dokter Min tengah menatapku dengan tatapan bertanya.

"Ada apa? Apa kau bermimpi sesuatu? Kalau begitu ceritakan padaku." Ucapnya

Aku mengusap keningku yang sedikit berkeringat sembari menunduk. Setelahnya, aku beralih menatap Dokter Min yang terlihat tengah menungguku untuk bercerita.

Aku menghela napas setelah itu mencoba mengingat-ingat mimpiku tadi.

"Aku bermimpi - di mimpiku aku tengah berada di tengah pandang rumput dengan memakai hanbok. Aku juga melihat seorang lelaki yang tak aku kenal tengah menunggang kuda ke arahku. Lelaki itu memelukku lalu mengatakan bahwa ia merindukan ku. Ia juga mengatakan bahwa ia mencintai ku." Ceritaku pada Dokter Min

Dokter Min mengangguk kecil sembari mencatat cerita mimpiku di kertas konsultasi nya.

"Apa kau ingin melanjutkannya?" Tanya Dokter Min setelah mencatat hal penting dari mimpiku, kemudian menatapku dengan tatapan hangatnya

Aku menggelengkan lalu menghela napas berat.
"Tidak, hari ini aku tak bisa berlama-lama di sini. Aku harus menghadiri rapat perusahaan." Jawabku dan Dokter Min pun mengangguk mengerti

"Baiklah. Kalau begitu kita lanjutkan sesi ini kapan-kapan saja." Balasnya yang ku balas dengan anggukan mengerti

Aku berdiri dari dudukku kemudian keluar dari ruangan Dokter Min. Setelahnya, ku langkahkan kakiku berjalan ke arah lift,

Ku tekan tombol lift di depanku lalu betapa kagetnya aku saat pintu lift terbuka dan mendapati sosok lelaki yang muncul di mimpiku tadi, tengah berada di dalam lift seorang diri.

Lelaki itu tersenyum tipis kemudian berjalan keluar dari lift dan berhenti tepat di hadapanku.

"Apa kau sudah mengingatku?" Tanyanya padaku

Entah kenapa, aku merasa sedih saat memandanginya. Apalagi saat aku tak sengaja menatap matanya yang juga menatapku.

Tanpa sadar aku tersenyum sedih dan memeluknya begitu saja. Aku menumpahkan segala kerinduanku padanya, walau aku tak tahu bahwa sosok yang ku peluk ini siapa dan kenapa aku malah merindukannya.

"Aku merindukanmu." Ucapku sembari menyandarkan kepalaku di dada bidangnya dan mengeratkan pelukanku padanya

Sedetik kemudian aku tiba-tiba saja tertegun saat aku memejamkan mataku dan mencoba mendengarkan detak jantungnya yang sama sekali tak ada detakan di sana.

Aku lalu membuka pejaman mataku dengan menatapnya dengan raut waja terkejut. Setelahnya, aku melepaskan pelukanku padanya dan melangkah mundur menjauhinya.

"Siapa kau?" Tanyaku, menatapnya tajam

Dia hanya diam saja, mendekatiku yang semakin memundurkan langkahku menjauhinya.

Saat selangkah lagi aku ingin mundur, tiba tiba saja sekelilingku terasa terhenti, bahkan kakiku pun sangat sulit untuk ku gerakkan.

"Aku, Jeon Jungkook." Bisiknya di telingaku saat ia sudah berada di sampingku

Ku pejamkan mataku, menahan takut hingga setelahnya aku kembali di kejutkan oleh sebuah tangan yang menepuk bahuku dari belakang.

Aku pun membuka pejaman mataku dan langsung berbalik ke belakang dan mendapati Dokter Min yang kini tengah menatapku dengan bingung.

"Ku pikir kau sudah pergi, tapi kenapa masih di sini? Dan kenapa kau memejamkan matamu seperti tadi?" Tanyanya sembari memicingkan matanya ke arahku

Aku pun melihat sekeliling ku dengan bingung, dan dalam hati aku bertanya-tanya tentang apa yang ku alami tadi? Apa itu mimpi? Lalu jika itu mimpi, kenapa rasanya sangat nyata. Tapi jika itu nyata, siapa Jeon Jungkook? Kenapa aku mengatakan padanya bahwa aku merindukannya? Kenapa aku memeluknya seperti itu dan kenapa aku tak merasakan detak jantungnya sama sekali?.

"Kau melamun? Apa yang kau pikirkan?" Tanya Dokter Min sembari menepuk bahuku, menyadarkan ku dari lamunanku

"Dok, sepertinya aku sudah gila." Ucapku sembari menatap Dokter Min dengan tatapan kosong

Jujur aku tak mengerti dengan diriku sendiri. Aku bahkan tak pernah berpikir bahwa aku akan mengalami hal aneh seperti tadi. Aku-.

.

Ku injakkan kakiku memasuki gedung tinggi menjulang, sesekali aku tersenyum tipis saat beberapa karyawan yang menyapaku dengan ramah. Benar, aku kini telah berada di perusahaan tempatku bekerja.

Ku ketukkan ujung tumit sepatuku menunggu pintu lift terbuka. Setelahnya aku masuk ke dalam sana dan menekan tombol yang menunjukkan angka 7 yang nantinya akan membawaku ke lantai 7 ruangan ku berada.

Tapi sebelum lift membawaku ke lantai 7, pintu lift terbuka tepat di lantai 3 dan menampilkan sosok pria yang ku kenal, Park Jimin.

"Baru datang?" Tanyanya, berdiri disamping kananku

Aku mengangguk tanpa ingin berucap sekata pun padanya.
Jujur aku dan Jimin tak terlalu dekat sama sekali. Entah saat pertama kali melihatnya berada di perusahaan ini, aku tak suka dengannya bahkan aku selalu menghindari nya saat ia ingin mendekatiku.

"Bagaimana jika sebentar siang kita makan siang bersama?" Tanya Jimin sembari menoleh kepadaku

Aku pun ikut menoleh ke arahnya dan tepat saat itu pintu lift malah terbuka. Setelahnya, kupalingkan wajahku dari Jimin dan langsung keluar dari sana meninggalkan ia yang mungkin saja masih menunggu jawabanku.

Sejujurnya aku memang sengaja tak membalas ajakan Jimin, itu karena alasan yang tadi.
Lagi pula aku bukan tipe orang yang ingin memberikan harapan palsu pada seseorang yang menyukai ku.











Tbc

7 FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang