Jungkook | Orbit | Pt.3

246 34 26
                                    

"Kenapa baru datang?" Tanya seorang pria padaku saat aku baru saja membuka pintu ruangan kerjaku

Namanya Jung Hoseok, teman sekantor ku sekaligus sekertaris ku yang sangat baik dan juga murah senyum.

"Seperti biasa." Jawabku duduk di kursi kerjaku

Hoseok mengangguk dan duduk di meja kerjanya yang berada di ujung kanan ruangan ku.

Aku memang sengaja membiarkan Hoseok bekerja di ruangan yang sama denganku, agar kami bisa lebih mudah bekerja sama. Apalagi jika ada berkas yang penting yang harus ku tanda tangani, itu memudahkan Hoseok untuk memberikannya padaku.

"Kali ini mimpimu apa lagi? Apa tetap sama?" Tanya Hoseok dan aku pun mengangguk membenarkan pertanyaannya itu

Setelahnya, ku lihat wajah Hoseok yang terlihat khawatir.
"Apa itu efek karena kau terlalu bekerja keras akhir akhir ini? Bagaimana jika kau libur saja untuk seminggu? Biar aku yang mengerjakan pekerjaan mu nanti " Ucapnya dan aku langsung menggeleng dengan cepat

Bahkan jika aku beristirahat seperti yang di minta Hoseok, itu tidak akan membuahkan hasil karena mimpi itu pasti akan selalu membayangiku.

Katanya mimpi itu adalah kehidupanku di masa lalu, itu kata peramal yang aku datangi 1 tahun yang lalu. Benar atau tidaknya aku tak tahu, yang jelas aku takut jika itu memang kehidupan ku yang lalu.

"Menurutmu, apa reinkarnasi itu memang ada?" Tanyaku pada Hoseok

Hoseok yang tadinya sudah mulai mengerjakan pekerjaannya di laptop miliknya, kini menoleh ke arah ku dan dapat ku lihat raut wajahnya yang berubah bingung.

"Reinkarnasi?" Tanya Hoseok guna memastikan pendengarannya

Aku sontak mengangguk dan ku lihat ia menghela napas sejenak.
"Aku tidak percaya" Jawab Hoseok dengan cepat dan jawaban itu membuatku penasaran akan alasan tak percayanya Hoseok pada yang namanya reinkarnasi

"Kenapa kau tak percaya?" Tanyaku sembari melihat penuh penasaran pada Hoseok

"Karena kata orang, hidup itu hanya satu kal. Jadi aku tak percaya." Jawabnya dan aku pun hanya mengangguk mengiyakan opininya

Benar, hidup itu memang hanya satu kali, jadi aku tak ingin menyia-nyiakan hidupku yang ini, hanya karena masalah mimpi yang selalu mengganggu ku saat tertidur. Lebih baik aku melupakan mimpi itu atau lebih rutin berkonsultasi ke Dokter Min.

.

"Kim Yn" Panggil Jimin sembari melambaikan tangannya ke arahku

Aku yang tadinya sudah duduk di bangku kantin perusahaan dengan senampan makanan di depanku, hanya bisa pasrah saat Jimin mulai berlari ke arahku.

"Kenapa kau tak menolaknya saja jika dia terus mendekatimu?" Bisik Hoseok yang duduk depanku dan aku hanya bisa menggeleng dengan cepat saat Jimin sudah berdiri di belakang Hoseok.

"Hai." Sapa Jimin lalu duduk di samping Hoseok, dan aku hanya diam tanpa membalas sapaannya, sedangkan Hoseok yang berada di samping Jimin mulai terlihat risih

"Apa sebentar malam kau sibuk?" Tanya Jimin dengan tiba-tiba

Aku yang tadinya tengah mengunyah makananku langsung tersedak dibuatnya. "Uhuk-uhuk-"

"Ini, minumlah." Suruh Jimin dan dengan cepat menyodorkan segelas air minum padaku yang ternyata itu air milikku juga

Aku langsung meneguk habis air di gelas ku lalu menyimpan gelas kosong tersebut tepat di samping makananku.

"Aku benci denganmu." Ucapku dengan pasti pada Jimin

Ku lihat Jimin terdiam setelahnya, sedangkan Hoseok terlihat terkejut karena kejujuran ku yang terdengar sangat menyakitkan.

"Aku benci denganmu, jadi ku mohon jangan menggangguku dan mendekatiku. Karena aku tak suka." Ucapku lagi dengan memperjelas pernyataan ku pada Jimin dan setelah itu aku pun berdiri dari duduk ku dan berjalan pergi dari sana

"Hei, tunggu aku." Teriak Hoseok padaku, namun aku abaikan karena kekesalan ku yang sudah memuncak pada Jimin

.

"Kau akan pulang?" Tanya Hoseok padaku saat ia melihatku tengah mengemasi laptopku yang ada di atas meja

"Iya tapi tenang saja, aku akan menyelesaikan pekerjaanku di rumah." Ucapku padanya agar ia tak khawatir akan pekerjaanku yang sudah menumpuk di meja kerjaku

"Tapi kenapa? Ini belum waktunya pulang kerja kan." Tanya Hoseok lagi sembari melihat jam yang berada di pergelangan tangan kanannya

"Hanya ingin saja." Jawabku lalu menenteng tas yang berisikan laptop

"Aku pulang ya, dah." Pamitku pada Hoseok, sedangkan Hoseok hanya mengangguk lalu melambaikan tangannya padaku

Ku langkahkan kakiku keluar dari ruang kerjaku. Namun setelahnya aku terdiam kaku saat sosok misterius yang ku temui di rumah sakit tempatku berkonsultasi dengan Dokter Min kini telah berdiri di hadapanku dan menghalangi jalanku.

"Kau." Ucapku terkejut sedangkan ia terlihat biasa saja

Aku sontak menahan napasku saat ia mulai menunduk dan mendekatkan wajahnya padaku. Setelahnya ku pejamkan mataku saat ku rasa ia mulai memajukan wajahnya ke wajahku, namun setelah beberapa detik lamanya aku tak merasakan apapun.

Ku buka mataku dan betapa bingungnya aku saat sosok itu sudah tak ada di hadapanku lagi.

"Ku pikir kau sudah pulang, tapi kenapa masih ada di sini?" Tanya Hoseok yang keluar dari ruang kerjaku lalu berdiri di hadapanku dengan bingung

"Eoh? Ah, ini aku baru mau pulang. Kalau begitu aku pergi ya." Jawabku dan dengan cepat berlalu pergi dari sana

Dalam hati aku merutuki diriku sendiri. Apa tadi aku tengah berhalusinasi? Jika benar, aku pasti sudah gila karena berharap sosok itu datang menemuiku dan menjelaskan kepadaku tentang yang di rumah sakit tadi.

"Dasar,,, memalukan" Gumamku sembari memasuki lift yang baru saja terbuka

Aku menyandarkan diriku dan menatap pantulan diriku yang terlihat jelas di lift. Namun aku lagi-lagi di kejutkan karena pantulan sosok lain di belakangku.

Aku sontak berbalik dan mendapati sosok itu kini telah berdiri di hadapanku.
"Siapa kau sebenarnya?" Tanyaku dengan cepat sembari menatap matanya yang tengah menatapku dengan tatapan teduhnya

"Aku?" Tanyanya dan aku hanya mengangguk mengiyakan

"Ya. Kau. Kau sebenarnya siapa? Kenapa bisa muncul di hadapan ku dan kenapa kau juga muncul di mimpiku? Apa sebelum ini kita pernah bertemu?" Tanyaku padanya dan ia hanya diam saja

Ia menatapku lalu menarikku dalam pelukannya. "Sudah ku bilang. Aku Jeon Jungkook. Apa kau benar-benar tak mengingatku?"

Aku menggeleng dalam pelukannya. Aku benar-benar tak mengingatnya. Sungguh.

"Kalau begitu, apa kau mau ikut denganku?" Tanyanya sembari melepaskan pelukannya padaku

Ia mengulurkan tangannya padaku dan aku pun menerimanya tanpa rasa curiga sama sekali.

Setelahnya, aku dan dirinya tiba-tiba saja sudah berada di sebuah ruangan yang terbuat dari kayu. Dan di dalam ruangan ini, terdapat barang-barang unik. Seperti cangkir teh, dan timbangan kecil di atas meja.

"Minumlah." Ucapnya sembari menyodorkan secangkir teh padaku

Tanpa rasa curiga sama sekali, aku pun mengambil cangkir teh tersebut lalu meminumnya sampai habis. Tak berselang lama, penglihatanku memburam dan aku pun mulai tak sadarkan diri.








Tbc

7 FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang