CHAPTER 23

1.1K 24 0
                                    

"Jaga sikap, turuti peraturan di desa ini," kata Elvira, sesuai dengan janjinya hari ini mereka sudah berada di bukit.

"Nama desa nya bagus, dan juga nggak ada yang menyeramkan di bukit ini," kata Aldi.

"Gue yang mimpin," sela Raka mengendong tas ransel berukuran sedang.

Mereka menggaguk setuju, dua jam mereka mendaki sudah jauh dari pedesaan kini mereka sudah mengeluh capek padahal cuma jalan bukan lari.

"Gue nggak kuat," kata Aina terduduk di tanah.

"Wahhh itu ada batu besar, cocok untuk peristirahatan," pekik Lili kesenangan.

Sampai di batu yang di tunjukkan Lili tadi, mereka langsung tidur terlentang menikmati angin sepoi-sepoi.

Dilihat lihat batu besar yang sedang mereka gunakan untuk istirahat cukup bersih seperti terawat.

"Kalian lihat ada bendera, dan beberapa bekas Snack." Celetuk Zyan.

"Bisanya mahasiswa suka camping dan gue denger denger setiap hari kemerdekaan mereka pasang bendera di atas bukit, di sana juga kita bisa melihat Desa tadi tapi lebih kecil kalau di lihat dari atas." Lili menjelaskan.

"Kenapa nggak jadi ajang bisnis aja? Setiap orang masuk bayar," usul Raka.

"Disini masih ada bukit, tapi gue nggak hapal bukit apa aja, apa kata lo tadi? sebagai ajang bisnis? Disini juga ada kalau mau camping harus bayar dulu biasanya perorang lima belas ribu." Lili menjelaskan kembali.

"Terus nama bukit ini apa? Kenapa nggak bayar?" tanya Raka.

"Bukit ini nggak di bolehin sebagai ajang bisnis dan untuk nama bukit nya...."

"kalian dengar suara aneh nggak?" Potong Elvira.

"Jangan kayak gitu kak, gue jadi merinding," kata Aina sembunyi di balik punggung Aldi.

"Ini serius, coba kita ke sana, siapa tau ada yang minta tolong."

"Penakut, sana jauh jauh," ketus Aldi mendorong hidung Aina dengan telunjuk.

Elvira berjalan lurus di ikuti yang lainnya, suara semakin terdengar jelas.

Lili mengintip dari balik pohon besar, "bukanya nggak di bolehin sama pemerintah menanam kopi di atas bukit, karena bisa menyebabkan longsor."
Next
#Acc_min

Posesif BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang