CHAPTER 15

1.3K 35 0
                                    

"Misalnya gue tenggelam, siapa yang nolongin?" tanya Lili menatap Aina.

"Tenang, Pak Alan yang bakal nolongin," Aina mengedipkan matanya.

Guru olahraga mereka memang tampan dan ramah, tidak sedikit perempuan di sekolah ini menggagumi guru olahraga mereka.

"Genit," kata Lili menonyor kening Aina.

"Tidak perlu lama-lama, sekarang kita mulai, yang lain harap jangan menjauh, jika nama kalian sudah dipanggil segera maju, kalau tidak jangan salahkan bapak jika nilai kalian di bawah KKM, MENGERTI?"

"Iya pak!"

Rafael melihat Lili yang sudah siap untuk berenang, menghampiri perempuan itu, "sok cantik."

"Reseh," sewot Lili.

"Awas lo caper, gue gorok leher lo!"

"Nggak peduli," ejek Lili menjulurkan lidahnya.

"Rafael Syahputra."

Baru saja ingin menjahili Lili, namanya sudah di panggil saja.

"Semangat sayang," kata Lili memberikan semangat.

Rafael mengedipkan sebelah matanya, "siap."

"Jijik gue denger nya," Aina datang dengan ekspresi ingin muntah.

Lima menit Lili menunggu, sekarang giliran dirinya.

"Pak, kepala saya pusing,"

Alan yang melihat siswi nya bersandiwara menggeleng tegas, "mau nilai kamu saya kasih di bawah KKM?"

Lili mendengar suara tegas dari guru nya, segera berjalan ke arah kolam.

"Hitung mundur, 3...2...1 mulai."

Byurrr!

Lili berenang dengan lihai, ia lupa meminum pil, menyebabkan dirinya sesak nafas jika berada dalam air.

Kaki Lili keram, itulah akibat tidak pemanasan terlebih dahulu.

"Tolong....pak saya tidak berpura-pura!"

Rafael melihat guru olahraga nya ingin menyelamatkan Lili, ia langsung mendorong tubuh Alan, hampir saja tidak terjungkal.

"Biarin pak, dia suka bercanda," kata Rafael meyakinkan, di dalam hati sebenarnya sudah gelisah.

"Tolong...."

Tubuh Lili benar benar tengelam di tengah tengah kolam, kolam yang mereka gunakan memiliki panjang lima belas meter dengan ketinggian sepuluh meter.

Byurrr!

Aina menceburkan dirinya ke dalam kolam.
Rafael ikutan menceburkan diri, ia menarik tubuh Lili lebih dulu, "gue kira lo ngeprenk ternyata beneran," guman Rafael.

Aina memberikan aba-aba bahwa dirinya minta pertolongan, tapi mereka semua menggagap angin lalu.

Alan yang melihat Aina tidak ada pergerakan lagi menceburkan diri.

"Pe*kk!" umpat Rafael, mengusap wajahnya kasar, karena saat Alan menceburkan diri, air nya tidak sengaja mengenai wajah Rafael.

Aina memeluk tubuh Alan erat, melingkarkan kakinya di pinggang Alan, ia pikir hidupnya akan berakhir.

"Terimakasih pak," lirih Aina.

Alan menggaguk saja, sampai di pinggir kolam, ia menaikan tubuh Aina di atas bibir kolam.

Tidak ada jalan lain, Rafael memajukan wajahnya beberapa senti lagi bibirnya dan bibir Lili bersentuhan.

"Eitss, biar gue yang nanganin," Aira menahan aksi Rafael.

Rafael mendengus, ia berpindah posisi mundur.

***

"Sabar bro," Raka menahan Aldi.

"Sabar? Lo buta! Guru sialan itu nyentuh perempuan gue!"

"Sadar lah Di, jangan memaksakan seseorang menjadi milik lo."

"Arggggggggggghh!" teriak Aldi frustasi.

Raka menutup gendang telinganya rapat rapat.

"Benar apa kata lo, sekarang gue b*d*h amat," kata Aldi, walaupun sebenarnya ia masih menginginkan Aina menjadi miliknya.

"Gue percaya, dia bakal jadi milik lo, gue dukung setiap rencana lo."

Aldi tersenyum devil, "tunggu tanggal mainnya."

Tinggalkan jejak

Next
#Acc_min

Posesif BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang