Tak terasa sudah 3 tahun Lili menanti Rafael yang berbohong padanya.
Lili menatap hamparan rumput hijau di hiasi bunga yang bermekaran di belakang rumahnya.
"Cuman dua tahun," lirih Lili mengejek ucapan Rafael kalah itu.
"Nak ada tamu, katanya mau bertemu kamu," panggil ibunya.
Lili beranjak dari sana, berjalan ke ruang tamu, matanya melihat seorang pria berkacamata yang terkesan keren.
Perlahan Lili duduk, "ada perlu apa?" tanya Lili tanpa basa-basi, karena dirinya tidak bisa basa basi.
Pria itu menurunkan kacamatanya, menaikan sebelah alisnya membuat Lili merasa familiar dan jengkel.
"Ibu aku rasa pria di depan ku ini sangat aneh," cetus Lili.
"Hustt tidak boleh bicara seperti itu," tegur ibunya.
"Rafael," kata Rafael menggulurkan tangganya ke Lili.
Lili tak berkutik, mulutnya terasa keluh, matanya berkaca-kaca, ia tidak tau harus marah atau bahagia.
Tangan Lili mengepal di atas udara, ia hampir tak menganali Rafael lagi, banyak yang berubah pada pria itu tumbuh lebih dewasa dan tampan.
Rafael yang peka langsung memeluk tubuh ramping itu.
"Maaf," lirih Rafael mengeratkan pelukannya, Lili tidak membalas pelukan Rafael.
Ibu Lili tersenyum melihat kejadian di depan nya.
**
"Kita bisa bicarakan lagi, maaf atas tindakan saya 3 tahun lalu.""Bapak pikir perasaan saya mainan? Sudahlah saya sudah tidak mencintai bapak lagi!"
Alan mencekal lengan Aina yang ingin meninggalkannya, "saya serius Aina, besok saya akan melamar kamu."
"Maaf pak, saya tidak suka suami orang," Aina melepaskan cekalan Alan.
"Saya sudah bercerai."
"Tapi saya tidak suka dengan duda seperti bapak!"
"Tapi saya menyukai gadis seperti kamu!"
"Bapak pikirkan perasaan anak bapak, jangan buat dia kecewa."
"Saya tidak mempunyai anak! Karena saya ingin memiliki anak dari kamu."
Aina terdiam, munafik jika dirinya tidak berdebar-debar gara gara guru di depannya semakin berumur semakin gagah dan tampan.
"Saya tidak suka pria pecund*ng seperti bapak!"
>><<
"Besok ikut ke Jakarta mau? Kak Elvira nikah."
Sontak Lili melepaskan pelukannya, "sama siapa?"
"Aldi."
Sejenak Lili termenung, apa kabar temannya? sudah satu tahun tidak berkunjung.
"Aina?"
Rafael mengidik bahu acuh, "entah."
Tangan Rafael menggenggam tangan Lili, menatap mata perempuan itu dengan lamat, "nikah yukk."
Lili melotot, pria di depannya tidak pernah berubah, selalu saja berbicara tanpa berpikir.
Tawa Rafael pecah melihat wajah Lili yang menurutnya sangat menggemaskan.
**
Masih dalam keheningan, Alan maupun Aina tidak ada yang mau membuka percakapan."Saya...."
"Hey Aina!" Pekik Elvira secara tiba-tiba memeluk Aina.
Aina yang mendapatkan serangan mendadak hampir terjungkal jika tidak di tahan Alan.
"Lama nggak ketemu, owh iya sekalian gue mau ngundang kalian berdua, besok jangan lupa datang ke acara gue."
"Aldi."
"Aina."
Kata mereka berbarengan.
Aldi berdehem untuk menetralkan keterkejutannya.
"Calon suami gue," kata Elvira malu malu memeluk lengan Aldi.
"Kok sakit ya," batin Aina tersenyum palsu.
"Ternyata benar, masa lalu pemenangnya," seru Raka yang entah sejak kapan muncul.
"Menurut gue nih ya, jangan membuat orang menunggu terlalu lama karena di kemudian hari ia akan lelah dan mencari yang baru," lanjut Raka menyindir, entah siapa yang disindir.
"Lebih sakti mana, antara dekat mesra tanpa kepastian atau menunggu?"
Pertanyaan Aina membuat mereka bingung selain Alan.
"Dua dua nya," sahut Alan.
"Kita sudah dewasa, harap introspeksi diri, jangan seolah merasa tersakiti padahal perbuatan sendiri."
Dam!
Perkataan Raka menusuk hati Aina, Aina sadar selama ini ia selalu menyuruh Aldi untuk menunggu jawaban darinya.Aina menghindar saat Alan ingin merangkul pundaknya.
"Aina usahakan besok datang ke acara kakak, permisi Aina undur diri," kata Aina buru buru pergi, tinggal hitungan menit air matanya mengalir.
"Dasar cewek pengen di mengerti terus," gerutuk Raka.
Bug!
Elvira menendang pinggang Raka.>>><<<
Di dalam gedung pernikahan Aldi dan Elvira terlihat sangat ramai.
Dari kejauhan Aina melihat mereka berdua yang tampak bahagia.
"Mungkin kita jodoh, dimana ada kamu maka ada saya juga."
"Bapak salah dimana ada bapak, membuat saya muak."
Alan tersenyum simpul tidak terlalu menanggapi balasan Aina dengan serius.
Suara keributan mengalihkan pasang mata ke arah seseorang yang berpenampilan jauh dari kata sempurna ia Siska mantan Aldi yang menangis meraung di depan pasangan pengantin yang menatap jij*k.
"Lo apa apaan sih," marah Lili menarik Siska agar berdiri.
"Di, tolong keluarkan bokap gue." Siska mengiba di hadapan Aldi.
"Urusannya sama gue? Itu salah bokap lo sendiri yang hampir mel*cehk*n Aina!"
Aina mematung, tak disangka Aldi telah menolongnya dari manusia biad*b seperti ayah Siska.
"Oke! Lo menang...." Siska menoleh ke arah Lili, "asal lo tau, laki laki di samping lo pernah ke club bersama seorang perempuan, dan lebih menjij*kan mereka melakukan hal mes*m.
Lili melihat kesamping, muka Rafael nampak memerah, menahan amarah yang siap meledak.
"Gue butuh bukti."
Siska menggaguk lalu memberikan ponselnya kepada Lili sebelum ponsel itu di hancurkan oleh Rafael.
Lili sempat tak percaya melihat Poto dan tindakan Rafael yang membanting ponsel Siska.
"Sebenarnya aku ingin percaya, tapi setelah liat tindakan kamu aku jadi curiga," lirih Lili menunduk namun masih dapat di dengar Rafael.
**
Acara kembali normal setelah kekacauan beberapa menit lalu.Kini Lili sudah berada di apartemen, ia berpamitan pada kedua pengantin baru dengan alasan kepalanya pusing.
"Sayang, sebenarnya sebelum Rafael ke rumah kamu ia sempat ke club untuk menghilangkan rasa jenuh, tapi ada seseorang yang berkesempatan untuk menjebak Rafael."
Yaps Mama Rafael menjelaskan semua insiden itu atas permintaan putra nya.
"Tapi Rafael seperti menikm*t...."
"Ya udah sini kamu hilangin jejaknya," sela Rafael memajukan tubuhnya di hadapan Lili.
Next
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Boyfriend
RandomBagaimana rasanya bertemu mantan yang tiba tiba minta balikan? Kaget? Tentu saja tidak bagi seorang Lili Andriyani Atmajaya. Dulu Lili ingin sekali balikan dengan mantan nya yaitu Rafael Syahputra narendra, cowok yang mempunyai sifat berubah ubah se...