Abun menghela nafasnya berat, ia kelelahan. Sudah sekitar dua jam mereka bertiga mengerjakan tugas kelompok yang akan mereka presentasikan besok. Kamila melirik ke arah Abun dengan tatapan jengkel.
"Dih," decak Kamila menatap Abun yang sedang menghelakan nafasnya dengan berat beberapa kali.
Abun melirik ke arah Kamila, "Apa lo? Dad-dih-dah-dih."
"Ngapain lo hela nafas begitu? Capek?" ketus Kamila.
"Lo pikir gak capek? Ada kali dua jam gue disini ngerjain nih tugas." kesal Abun.
Kamila melipat kedua tangannya, "Oh gitu. Capek ya. Emangnya lo ngerjain apa aja daritadi?"
"Banyak lah."
"Heh letoy, lo mikir dong. Lo daritadi ngapain aja? Lo cuman disuruh ngeprint doang ya anjing! Banyak-banyak, pala lu banyak. Gue sama Juwita yang daritadi kerja aja gak ngeluh sama sekali. Emang anak anjing lu ya." marah Kamila kepada Abun dengan segala unek-uneknya ia keluarkan.
"Udah sih udah. Ini biar aku aja yang kerjain. Kamu sama Abun biar istirahat aja dulu." Juwita berusaha menenangkan situasi yang mulai memanas.
"Oke, Ta. Makasih yaa. Lo emang paling pengertian, gak kayak mak lampir yang satu ini." ucap Abun, memberikan senyuman manisnya kepada Juwita.
Juwita mengangguk pelan.
"Gak usah, Ta. Jangan didengerin parasit kayak dia, sini gue bantuin. Lo aja gih sana yang istirahat, lo belum ada istirahat sama sekali loh daritadi." suruh Kamila kepada Juwita, namun Juwita menolak.
"Enggak usah, La. Kamu aja yang istirahat." balas Juwita menolak.
"Ta, dengerin gue. Lo mending istirahat. Lo belum minta izin sama orangtua angkat lo kan? Mending sana izin dulu. Biarin gue yang ngerjain." Untuk kedua kalinya Kamila menyuruh Juwita untuk beristirahat. Perempuan itu kembali menuturkan, "Ta, istirahat. Jangan ngebantah."
"Yaudah iya." Juwita akhirnya menurut.
Gadis itu mengambil ponselnya dan segera mengabari Mama bahwa ia akan pulang mendekati maghrib karena ada tugas kelompok. Juwita bersenderan di sofa empuk milih Abun, perempuan itu kelelahan.
Juwita melirik ke arah Kamila yang sedang serius mengerjakan tugas mereka. "Kalo kamu udah capek, bilang ke aku yaa. Biar aku aja yang kerjain, La."
"Aman tuh." jawab Kamila dengan senyuman lebar, sembari mengacungkan salah satu jempolnya.
Seketika Juwita mendapat telpon dari seseorang. Gadis itu segera mengecek kembali ponselnya dan mendapati Malik tengah menelponnya. Melihat hal itu, kedua mata Juwita langsung membulat.
Abun yang melihat ekspresi terkejut Juwita pun menaikkan salah satu alisnya. "Siapa, Ta? Kok lo sampe kaget gitu? Gak diangkat tuh telpon?"
"E-eh, anu ini.."
"Siapa, Ta?" Kamila ikut penasaran.
"Ini Mama aku. Aku terima telpon dulu yaa diluar." izin Juwita kepada Abun dan Kamila.
Juwita segera berdiri dan melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah luar. Ia tidak ingin menerima telpon di hadapan Abun dan Kamila. Juwita takut bila rahasia bahwa dirinya dan Malik tinggal seatap akan ketahuan oleh kedua temannya itu.
Dengan segala keberanian, Juwita pun menekan tombol hijau di ponselnya. Ia menerima telpon dari Malik. Jantungnya berdetak tak karuan. Ini pertama kalimya Malik menelponnya.
"Halo Mal—"
"Heh! Jangan sebut nama gue. Nanti temen-temen lo pada tau kalo kita saling kenal!"
![](https://img.wattpad.com/cover/341061027-288-k640843.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga untuk Juwita
Teen FictionSetelah beberapa bulan menjadi anak yatim piatu, tiba-tiba saja Juwita mendapat informasi bahwa ia akan menjadi anak angkat Keluarga Cakrabuana karena ibunya bersahabat dengan keluarga tersebut. Juwita berpikir hidupnya akan menjadi lebih baik karen...