"Karena Nalendra gak sebaik yang lo kira." jawab Malik dengan nada serius.
Nalendra itu baik, dia selalu baik ke aku. batin Juwita tak setuju.
Juwita hanya diam, tak mengeluarkan sepatah katapun kepada Malik. Karna Juwita tahu, jika ia melawan maka Malik akan memarahinya habis-habisan. Malik sangat keras kepala, ia merasa dirinya yang paling benar.
Malik menatap wajah lesu Juwita, "Banyak hal yang lo gak tahu tentang Nalendra."
Juwita masih tak bergeming, memilih untuk terus diam. Malik berjalan menjauhi Juwita, ia melirik ke sekeliling pantai. Laki-laki itu menghembuskan nafas panjangnya, ia memejamkan kedua matanya sembari menghirup udara pantai.
Juwita memerhatikkan sosok Malik, Hari ini tepat pertama kalinya kamu sebut nama aku, Malik.
"Kenapa masih berdiri disitu? Mau jadi patung lo?" sindir Malik, ia berbalik dan menatap Juwita yang masih berdiam diri di posisi yang sama.
"Kamu mau aku ngapain, Malik?"
Juwita melangkahkan kakinya, ia berjalan ke arah Malik masih dengan perasaan was-was. Kondisi suasana hati Malik cepat sekali berubah, hal itu membuat Juwita gundah.
"Terserah lo. Lo bebas main disini sesuka hati lo."
Juwita masih tak mengerti dan menaruh curiga pada lelaki itu. Ia berdiri tepat di belakang Malik, memandangi sosok laki-laki tampan yang sedang memerhatikkan seisi pantai.
"Lo ngapain di belakang gue?" tanya Malik, menatap ke arah Juwita.
"Aku enggak ngerti sama pola pikir kamu, Malik." jawab Juwita jujur.
Dengan intens, mata Malik bertemu dengan mata Juwita. "Lo gak perlu ngertiin gue, otak lo gak bakal sanggup."
"Mending lo main di pantai sana, buruan!" perintah Malik kepada Juwita.
Juwita hanya menurut, ia memilih untuk menjauh dari manusia setengah iblis itu agar Malik tidak terus-menerus memarahinya. Juwita melangkahkan kakinya menyusuri pasir pantai. Bibirnya melengkung ke atas sedikit.
Aku kangen pantai. batinnya saat melihat ombak-ombak bertabrakan dengan batu karang.
Kaki Juwita terus melangkah mendekati air pantai, ia membuka sendal yang ia gunakan dan langsung menginjakkan kakinya di air pantai. Juwita sangat sering ke pantai dulu, ketika ia masih tinggal bersama kedua orangtuanya.
Sejak kecil, Juwita memang kerap meminta kedua orangtuanya untuk pergi ke pantai. Bermain di pasir yang dilengkapi oleh canda dan tawa. Juwita begitu merindukan masa-masa dimana ia sangat bahagia, sangat berbeda dengan kehidupannya saat ini.
Ibu, Ayah, Juwita sekarang lagi di pantai. Juwita kangen main pasir sama kalian di pantai. Juwita menghela nafasnya berat, merindukkan sosok kedua orangtuanya yang sangat menyayanginya.
Perempuan itu beralih ke batu-batu karang yang berada tak jauh dari tempatnya saat ini. Ia berusaha menaikkinya dan mencari tempat nyaman untuknya duduk disana, sembari memandangi indah pantai tak berpenghuni tersebut.
Malik datang dari arah belakang, ia memerhatikkan sosok Juwita dari belakang. Punggung kecil perempuan itu serta rambut pirangnya yang begitu mirip dengan Maureen, membuat laki-laki itu semakin merindukkan sosok mantan kekasih tercintanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga untuk Juwita
Teen FictionSetelah beberapa bulan menjadi anak yatim piatu, tiba-tiba saja Juwita mendapat informasi bahwa ia akan menjadi anak angkat Keluarga Cakrabuana karena ibunya bersahabat dengan keluarga tersebut. Juwita berpikir hidupnya akan menjadi lebih baik karen...