Malik kini berada di dalam kamarnya. Lelaki itu memainkan ponselnya dan melihat ada video dimana ia merendahkan Juwita beberapa hari yang lalu. Video itu diambil oleh seseorang dari arah tempat penonton.
Bisa dilihat wajah Malik dengan sangat jelas, tengah marah kepada Nalendra yang sedang melihat keadaan Juwita yang terkena bola. Tatapan jijik Malik akan Juwita terlihat sangatlah jelas, bahkan suaranya yang mengatakan bahwa Juwita adalah 'cewek kampungan' pun terdengar begitu jelas.
Malik membuka kolom komentar. Begitu banyak cemooh yang bisa ia lihat disana. Para netizen Indonesia memakinya, namun tak sedikit pula yang membelanya. Semua yang membelanya adalah perempuan, dimana wajah tampan Malik membuat orang-orang itu menjadi berpihak kepadanya.
Ia terkejut saat suara Papa terdengar begitu kencang memanggil namanya. Sepertinya Papa baru saja melihat kabar bahwa anaknya masuk lambe turah. Malik berdengus kesal.
"Semua ini gara-gara si cewek kampungan itu, awas aja lo!" gerutu Malik dengan perasaan kesal.
"MALIK! KELUAR KAMU!"
Teriakkan Papa kembali terdengar. Malik dengan helaan nafas panjang bergerak dari kasur dan berjalan mendekati pintu. Saat ia membuka pintu, tak disangka Juwita berada tepat di depan kamarnya. Tangannya yang terlihat seperti ingin mengetuk pintu kamar Malik.
Malik menatap wajah Juwita dengan jengkel. "Semua ini karna lo, cewek kampungan yang gak tau diri!"
Juwita hanya diam. Malik langsung berjalan melewati Juwita dan menabrak bahu gadis itu dengan kencang. Juwita kesakitan, namun ia tak berani berbicara sepatah kata pun kepada Malik.
Juwita menyusul kepergian Malik dari arah belakang. Sampailah ia di ruang keluarga rumah itu. Papa sudah terlihat sangat murka kepada Malik, sedangkan Malik hanya diam. Mama menatap Juwita dengan tatapan sedih. Juwita tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"APA-APAAN KAMU, MALIK?"
Suara Papa yang terdengar berat dengan nada tingginya itu membuat Juwita sedikit ketakutan. Juwita yang berada tak jauh di belakang Malik hanya bisa menelan ludah saat kedua mata marah Papa mengarah ke arah Malik.
"Kenapa sih, Pa?" tanya Malik santai, seolah tak ada masalah yang terjadi.
"KENAPA-KENAPA! KAMU LIHAT VIDEO INI! INI KAMU KAN, MALIK?!"
Papa dengan murka menunjukkan sebuah video dari ponselnya ke arah Malik, menyuruh laki-laki itu untuk menontonnya. Juwita yang berada di dekat Malik pun ikut menonton video tersebut.
Terlihat Malik yang sedang marah kepada Nalendra pada saat bertanding basket di kampus. Malik tidak segan untuk merendahkan Juwita di depan khalayak umum. Seseorang telah merekamnya dan hal itu membuat Malik menjadi terkenal se-Indonesia.
Komentar-komentar netizen membanjiri setiap postingan yang mempostingan video tersebut. Hal ini semakin melejit tinggi saat akun lambe turah ikut mempostingnya. Kini nama Malik dipenuhi oleh hujatan netizen. Hal ini juga ikut berdampak buruk bagi perusahaan Papa.
"Iya, itu Malik. Malik tau Malik salah. Malik minta maaf." ungkap Malik dengan nada bicara datar.
Juwita menatap wajah Malik dengan lekat. Tatapannya terlihat lesu. Tapi bukan tatapan menyesal, melainkan tatapan lelah. Malik tidak benar-benar menyesali perbuatannya, tetapi ada hal lain yang mengganggu pikirannya saat ini.
"Kamu gak seharusnya ngerendahin Juwita, Malik. Mama kecewa sama kamu. Selama ini Mama sayang sama kamu, Mama selalu nomor satuin kamu, Mama selalu penuhin apa yang kamu mau. Tapi apa balasannya? Kamu malah jahat sama Juwita." ungkap Mama sambil berlinang air mata.
Malik menatap Mama dengan tatapan tidak percaya. Ada rasa marah sekaligus sedih di matanya. "Mama sama Papa kenapa sih sesayang itu sama Juwita? Semenjak ada cewek kampung itu, kalian berubah!"
"Jaga mulut kamu, Malik! Jangan pernah sekalipun kamu bilang kalo Juwita itu cewek kampung!" ancam Papa dengan tatapan marah.
"Kenapa? Kalian gak terima kalo Malik bilang dia cewek kampung? Emang itu kan kenyataannya. Dia cuman cewek kampung yang orangtuanya udah meninggal dan sekarang numpang di rumah kita. Kenapa gak sekalian dia ikut meninggal aja kayak orangtuanya biar dia gak perlu ngebebanin kita lagi!" kesal Malik sambil menunjuk Juwita dengan tatapan murka.
Papa tidak tahan dengan perkataan Malik dan langsung melayangkan sebuah tamparan dahsyat di pipi Malik. Suara tamparan itu seolah menggema di seluruh rumah. Malik tidak menyangka Papa akan berbuat hal seperti itu, sama seperti Juwita.
Malik memegangi pipinya yang terasa panas setelah mendapat tamparan kuat dari Papa-nya. Ia tidak percaya bahwa Papa yang selama ini selalu menyayanginya akan menamparnya hanya karena Juwita yang notabene cewek kampung yang baru saja tinggal di rumah itu.
"Papa nampar Malik cuman karna dia?" tanya Malik tidak percaya.
Papa mendengus kesal.
"PAPA NAMPAR MALIK CUMAN KARNA CEWEK KAMPUNGAN YANG BARU TINGGAL DIRUMAH KITA ITU?" teriak Malik dengan amarah yang menggebu-gebu.
"CUKUP MALIK! CUKUP!" bentak Mama saat amarah Malik sudah memuncak.
Juwita disana hanya bisa terdiam melihat segala kekacauan yang ada. Gadis itu mengutuki dirinya karena dialah dalang dibalik semua kekacauan ini. Jika saja dirinya tidak perlu tinggal serumah dengan Malik, maka semua ini tidak akan terjadi.
"Mama gak mau dengar keributan lagi. Cukup semuanya. Malik, mama benar-benar minta tolong ke kamu, tolong baik-baik sama Juwita. Jangan kasar ataupun ngerendahin dia, Malik." Tatapan sedih Mama membuat Malik semakin murka. Pasalnya Mama-nya menangis hanya karena Malik merendahkan Juwita.
"Sebenarnya siapa sih anak kandung Mama sama Papa di rumah ini? Malik atau Juwita?" tanya Malik dengan nada sedikit bergetar. Lelaki itu kembali melanjutkan dengan tatapan mata sedih, "Kenapa kalian sesayang itu sama Juwita sampai-sampai kalian seakan-akan lupa kalo Malik anak kandung kalian sendiri?"
Mama dan Papa terdiam. Mereka berdua tidak menjawab pertanyaan Malik sehingga membuat lelaki itu semakin murka. Malik bergegas pergi meninggalkan kedua orangtuanya beserta Juwita di ruang tamu. Hatinya seolah tersayat, melihat kedua orangtuanya yang jauh lebih menyayangi Juwita, orang asing yang tiba-tiba datang mengganggu kehidupan indah Malik.
Malik memasukki kamarnya dengan perasaan campur aduk. Ia marah dan sedih diwaktu yang bersamaan. Bayang-bayang Juwita selalu hadir di dalam kepalanya semenjak gadis itu pertama kali menginjakkan kaki di rumahnya. Malik begitu membenci Juwita, ingin sekali ia menghilangkan sosok Juwita dari muka bumi ini.
Malik kemudian mengambil sebuah foto yang sengaja ia sembunyikkan di bawah sebuah buku berwarna biru, di atas meja belajarnya, tepat di sebelah tempat tidurnya. Malik menatap foto itu dengan sangat lekat.
Terlihat ada seorang perempuan cantik sedang tersenyum manis. Perempuan yang amat Malik rindukkan, perempuan yang pernah menjadi segalanya bagi Malik. Dan perempuan yang membuat hati lelaki itu hancur berkeping-keping.
"Aku kangen sama kamu, Mochi."
—Bersambung—
Hai hai haii..
Gimana ceritanya??Ayoo, ada yang bisa tebak siapa itu Mochi?
Ada hubungan erat antara Mochi, Juwita, dan Malik lohh.Menurut kalian, Malik keterlaluan gak sih sama Juwita? Selalu aja bilang kalo Juwita itu cewek kampung.
Pantas gak kalo orangtua Malik marah sampai segitunya ke Malik?
Jangan lupa kasih vote dan komen guys.
Kalo ada yang typo, boleh kalian komen yaa, biar aku gampang editnya.
Terus kalo kalian ada saran tentang ceritanya, bisa banget kalian kasih komentar biar aku tau mana yang bisa aku ubah.Thank youu everyone.
Luv y'all🫶🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga untuk Juwita
Novela JuvenilSetelah beberapa bulan menjadi anak yatim piatu, tiba-tiba saja Juwita mendapat informasi bahwa ia akan menjadi anak angkat Keluarga Cakrabuana karena ibunya bersahabat dengan keluarga tersebut. Juwita berpikir hidupnya akan menjadi lebih baik karen...