BUNGA UNTUK JUWITA CHAPTER 4

49 5 0
                                        

"Juwita!"

Panggilan Kamila menyadarkan lamunan Juwita. Juwita segera melirik ke arah Kamila yang membawakan sebuah kotak P3K ke arah Juwita.

"Lo kenapa sih bengong mulu?" tanya Kamila keheranan yang dibalas dengan gelengan kecil dari Juwita.

"Enggak apa-apa kok. Itu kotak P3K buat apa, La?" Juwita menunjuk ke arah kotak putih yang dipegang oleh Kamila.

"Gue gak ngerti harus pake yang mana buat jidat lo, Ta." jawab Kamila pelan.

Juwita tertawa, "Aku kan udah bilang sama kamu, aku baik-baik aja. Gak perlu pake itu, Kamila."

"Tapi kata Kak Nalendra kan lo harus dibawa ke klinik kampus." kata Kamila dengan lesu menatap Juwita.

"Kalo dia bilang kamu harus lompat dari jembatan di Fakuktas Agro, kamu tetep mau lakuin?" tanya Juwita, dengan tawa kecil.

Kamila mengangguk sambio tersenyum lebar, "Iya, gue tetep mau nurutin apapun permintaan Kak Nalendra!"

"Tapi kan itu bahayain diri kamu sendiri. Masa kamu mau ngebahayain diri kamu sendiri demi Kak Nalendra?" Juwita tetap memberikan pertanyaan kepada Kamila, menggoda dan meledeknya.

"Gue yakin Kak Nalendra gak bakal nyuruh sesuatu yang bahaya. Dia orangnya tuh baik banget, Ta. Dan kalo pun dia nyuruh kayak gitu, pasti ada sebabnya." jelas Kamila percaya diri.

Juwita menggeleng keheranan melihat tingkah teman barunya itu. "Aku gak ngerti cara pikir kamu gimana, La."

"Lo bakal ngerti kalo lo ngerasain yang namanya jatuh cinta, Ta. Lo bakal berusaha ngikutin apa kemauan orang yang lo suka, apapun itu. Walaupun ngebahayain diri lo sendiri. Karna otak dan pikiran lo bakal kalah sama hati dan perasaan lo." ungkap Kamila kepada Juwita.

"Semoga aja lo jatuh cinta sama orang yang tepat yaa, Ta." lanjut Kamila, tersenyum menatap Juwita.

Juwita mengangguk kecil, "Semoga yaa."

"Ini jadinya gak perlu pakai P3K, Ta?" tanya Kamila sembari menunjukkan kotak putih.

Juwita tertawa, "Enggak perlu, Kamilaa!"

⚪️ ⚪️ ⚪️

Suara gedoran pintu terdengar begitu kencang. Juwita sedikit terkejut. Gadis itu tahu bahwa yang menggedor pintu kamarnya sudah pasti Malik. Juwita menghembuskan nafasnya berat. Baru saja ia sampai di rumah. Kakinya terasa pegal karena hari ini ia harus berjalan kaki dari kampus ke rumah.

Juwita tidak tahu mengenai pemesanan kendaraan secara online. Hingga akhirnya gadis itu terpaksa harus berjalan kaki, menempuh jarah yang tak dekat itu dari tempat Malik memberhentikan mobilnya ke kampus di pagi hari, serta dari kampus ke rumah di sore hari.

Juwita berjalan mendekati arah pintu kamarnya. Gadis itu membukakan pintu dan mendapati sosok Malik sudah dalam keadaan marah. Juwita tak mengerti maksud dari amarah Malik saat ini.

"Kamu kenapa, Malik?"

Bukannya menjawab, Malik justru menatap wajah Juwita dengan tajam. Seolah ingin menelannya hidup-hidup.

"Malik?"

"LO KENAPA SIH SELALU AJA BIKIN GUE SUSAH?" Bentakkan Malik membuat Juwita terkejut.

Bunga untuk Juwita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang