BUNGA UNTUK JUWITA CHAPTER 25

43 2 0
                                    

"Lo masih marah sama gue?"

"Emangnya aku pantas marah sama kamu, Malik? Semua yang aku bilang itu kan fakta, kamu emang cuman mau jadiin aku sebagai bayang-bayangnya Maureen doang."

Malik menghentikkan mobilnya, ia menepi.

"Kenapa berhenti?" tanya Juwita sedikit heran.

Malik menatap wajah Juwita dengan sangat intens, sangat intens. "Fisik lo emang sama kayak Maureen, tapi lo tetap gak bisa jadi dia."

"Karena aku bukan dia!" hardik Juwita.

"Terus kenapa lo selalu bilang kalo lo jadi bayang-bayangnya Maureen, hm?" Malik menaikkan salah satu alisnya, menatap wajah Juwita dengan lekat.

"Karena kamu ngubah aku jadi dia. Aku gak suka rambut aku begini, aku gak suka gaya pakaian aku begini. Aku gak suka kalo kamu nyuruh aku buat jadi kayak Maureen!" Juwita meninggikan nada bicaranya. Ia terlihat kesal.

Semua itu demi kebaikan lo. Malik menatap wajah Juwita yang sedang menatapnya dengan tatapan marah.

"Gue bakal berhenti ganggu hidup lo, asalkan lo pergi dari kehidupan gue ataupun keluarga gue. Terutama kehidupan Nalendra. Intinya semua orang yang lo kenal di Jakarta ini." ucap Malik memberika tawaran.

"Kamu tau kan aku hidup—"

"Biaya hidup lo gue yang tanggung. Lo cuman perlu pergi jauh dari kita semua." tegas Malik.

Juwita terdiam sejenak.

Perempuan itu mengernyitkan dahinya, "Aku gak enak sama Mama dan Papa. Gimana caranya biar aku diizinin pergi."

"Lo gak usah izin, langsung hilang gitu aja. Gak boleh ada yang tau lo pergi kemana. Lo gak boleh komunikasi sedikitpun sama orang-orang yang lo kenal di Jakarta ini." Laki-laki itu menatap wajah Juwita dengan tatapan serius.

Malik kembali melanjutkan kalimatnya, "Gue bakal ngasih lo sepuluh juta perbulan. Itu diluar biaya kuliah lo. Lo bakal tinggal di apartment nantinya."

"Kamu sebenarnya mau apa, Malik?" tanya Juwita, ia bingung mengapa Malik harus melakukan semua ini.

"Karena gue gak mau lo ada disini." jawab Malik singkat, padat, dan jelas.

Hati Juwita seketika merasakkan sakit yang luar biasa akibat perkataan Malik barusan. Sejijik itukah kamu sama aku, Malik?

"Gimana?" tanya Malik lagi. Juwita menunduk lesu, ia membuang pandangannya jauh-jauh dari Malik. "Aku pikir-pikir dulu."

"Gue kasih lo waktu sampai besok."

🟡 🟡 🟡

Malik mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia tersenyum mengejek saat mendapati foto keluarganya yang terpajang di kantor Papanya. "Itu foto atau fossil, kok udah tua banget usianya. Aku aja masih bayi disitu."

"Malik, kamu gak bisa ikut campur masalah Juwita. Papa mohon sama kamu." ucap Papa dengan nada bicara rendah.

"Maksud Papa apa? Malik gak ngerti." bohong Malik.

"Papa tau kamu ngerti maksud Papa. Jangan pura-pura tidak tahu, Malik." tekan Papa. Pandangannya berfokus pada anak bungsunya itu. Papa kembali melanjutkan kalimatnya, "Kamu udah tau kan apa yang sebenarnya terjadi. Tolong jangan ikut campur, Malik."

"Cukup Maureen yang menderita, jangan Juwita juga. Papa gak tega sama mereka berdua?" Nada bicara Malik yang meninggi menandakan dirinya tengah kesal saat ini.

Bunga untuk Juwita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang