Juwita terbangun dari tidurnya saat ia mendengar suara berat seorang laki-laki tepat di sebelahnya. Sebuah tangan kekar terasa seperti sedang menyentuh dahinya. Juwita secara perlahan membuka kedua matanya dan mendapati Malik sedang duduk di pinggiran ranjang perempuan itu, dengan tangannya yang berada di dahi Juwita.
Lantas, Juwita bergerak menjauh dari Malik. Tatapan Malik tak berubah, ia tak menunjukkan ekspresi terkejut sedikitpun. Berbeda dengan Juwita yang sudah membulatkan kedua matanya saat ia menyadari bahwa Malik berada di dalam kamar tidurnya.
"Ma-malik, kamu ngapain disini?" tanya Juwita dengan nada panik.
"Gak usah geer, gue kesini gara-gara lo belum keluar kamar hampir seharian." sahut Malik dengan mata masih menatap ke arah Juwita.
"Hampir seharian?" Juwita mengulang kembali perkataan Malik yang langsung mendapat sambaran pedas dari mulut lelaki itu. "Tuli lo?"
"Emangnya sekarang jam berapa?" Juwita kembali melayangkan sebuah pertanyaan kepada lelaki itu.
"Jam 3 siang." ucap Malik yang membuat Juwita sangat terkejut. Lelaki itu menambahkan, "Lo disini bukan lagi jadi putri tidur, jadi lo jangan pernah bangun jam segini lagi. Inget itu."
"Iya, maafin aku, Malik." tutur Juwita dengan pelan.
"Mandi dulu sana, baru makan. Itu ada makanan di dapur buat lo." kata Malik dengan nada malas.
Juwita menatap wajah Malik, "Kamu beliin aku makanan?"
"Gak usah geer lo. Gue tadi beli dua bungkus soalnya gue kelaperan, ternyata gue keburu kekenyangan makan sebungkus. Itu sisa. Inget itu sisa. Gak usah kepedean lo." terang Malik berusaha meluruskan.
Juwita menunduk lesu, ia sadar Malik tidak mungkin mau membelikannya makanan. "Iya, aku sadar kok. Makasih makanan sisanya, Malik."
"Hm," Lelaki itu berdehem, menatap wajah murung Juwita saat lelaki itu mengatakan bahwa ia memberikan makanan sisa kepadanya.
Mata Juwita kini berfokus ke arah Malik. Mereka berdua saling bertatapan sehingga membuat Malik memalingkan wajahnya lebih dulu. Tatapan seram lelaki itu selalu terbayang di kepala Juwita. Tatapan penuh kebencian yang selalu ia berikan kepada Juwita.
"Ngapain lo ngeliatin gue? Suka lo?" ketus Malik yang langsung dijawab oleh Juwita. Juwita menatap Malik dengan tatapan heran, "Kamu kenapa masih disini? Aku mau mandi, Malik."
Mendengar ucapan Juwita, lelaki itu segera pergi meninggalkan Juwita yang tengah menatapnya dengan penuh keheranan. Malik bahkan membanting pintu kamar Juwita dengan kencang sehingga membuat Juwita hanya bisa mengelus dada.
Diluar kamar, Malik tengah berteriak tanpa suara. Meneriaki dirinya yang sangat frustasi dengan tingkah Juwita yang seolah mempermainkan akal dan pikirannya. Lelaki itu menggaruk kepalanya dengan gusar. Ia memilih untuk masuk ke dalam kamarnya dan berdiam diri disana.
Tak berselang lama, Juwita pun keluar dari kamarnya dan segera menuruni yangga untuk segera menyantap makanan yang telah diberikan oleh Malik kepadanya. Matanya melirik ke arah sekeliling dapur, hingga akhirnya ia berhasil menemukan sebuah bungkusan putih diatas meja makan.
Senyuman Juwita mengambang saat ia membuka bungkusan itu. Nasi dengan ayam bakar yang terlihat sangat menggoda itu membuat perut Juwita seketika berbunyi. Gadis tersebut segera menyantap makanan pemberian Malik dengan rasa senang di hatinya.
Saat ia sedang asik menyantap makanannya, suara langkah kaki seseorang terdengar sedang menuruni tangga. Juwita tahu bahwa itu adalah Malik. Kedua mata mereka saling bertemu pandang hingga Malik memalingkan wajahnya dan tatapannya beralih kepada makanan yang sedang Juwita makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga untuk Juwita
Fiksi RemajaSetelah beberapa bulan menjadi anak yatim piatu, tiba-tiba saja Juwita mendapat informasi bahwa ia akan menjadi anak angkat Keluarga Cakrabuana karena ibunya bersahabat dengan keluarga tersebut. Juwita berpikir hidupnya akan menjadi lebih baik karen...