"Kamu suka makanannya?"
Nalendra memandangi seorang perempuan yang kini duduk di hadapannya sembari memakan makanan yang tersedia di meja tersebut. Juwita mengangguk, ia tersenyum senang.
"Suka kok!" jawab Juwita dengan penuh semangat.
Senyuman Nalendra mengambang saat lelaki tersebut mendengar jawaban yang dikeluarkan dari mulut Juwita, terlebih lagi saat ia melihat perempuan itu tersenyum bahagia. Nalendra mulai menyantap makanannya, sesekali ia melirik ke arah Juwita.
"Disini tempatnya bagus yaa, hawanya tenang damai gitu." ungkap Juwita, ia melirik ke sekeliling.
"Kamu suka?" tanya Nalendra yang langsung dijawab oleh anggukkan kecil dari Juwita. "Suka banget!"
"Yaudah kalo kamu suka, kapan-kapan kita kesini lagi. Okay?"
"Ajak Kamila sama Abun juga yaa? Mereka pasti ikut seneng!"
Nalendra tersenyum kecut, "Iya, nanti kita ajak Kamila sama Abun juga."
Juwita menatap wajah Nalendra dengan lekat, hal itu tentu membuat Nalendra kebingungan. Laki-laki itu menaikkan salah satu alisnya, menatap wajah Juwita yang terlihat penuh pertanyaan.
"Ada yang mau kamu tanyain, Ta?"
Seolah bisa membaca pikirannya, Juwita pun tersenyum tipis. "Iya, hehe."
"Kamu mau nanya apa, Juwita?" tanya Nalendra, suaranya terdengar sangat lembut di telinga.
"Aku mau tanya tentang Maureen." ucap Juwita dengan nada murung.
"Kenapa sama Maureen, hmm?" Nalendra kembali melayangkan pertanyaan.
Juwita menghela nafasnya gusar, "Kebiasaan Maureen apa aja sih?"
"Maureen itu model, kebiasaan dia yaa sama seperti orang kebanyakkan. Mungkin ciri khas dia itu belanja pakaian mini, karna dia suka banget pakaian kayak gitu." jawab Naledra, mengingat-ingat kembali sosok Maureen.
Lelaki itu menyipitkan matanya, "Kamu mau ngerubah hidup kamu jadi kayak Maureen?"
"Mungkin iya, mungkin enggak."
"Kamu itu Juwita, bukan Maureen." kata Nalendra mengingatkan.
Juwita terlihat sedikit murung. Ia melirik ke arah sampingnya yang terdapat sebuah kaca besar yang sedang memantulkan bayangannya. Juwita memandangi bayangannya di kaca tersebut, dari atas hingga bawah.
"Aku bisa bantu kamu terhindar dari tekanan Malik."
Mendengar perkataan Nalendra, Juwita pun langsung memfokuskan tatapannya kepada laki-laki tersebut. Tatapan serius yang diberikkan oleh Juwita membuat Nalendra memberikkan senyuman kecil.
"Gimana caranya?" tanya Juwita penasaran.
"Tapi kamu harus benar-benar ngehindarin dia." tekan Nalendra yang langsung membuat hati Juwita resah.
"Aku kan tinggal sama orangtua angkat aku, dan orangtua angkat aku itu orangtuanya Malik. Gimana mungkin aku bisa ngehindarin dia?" protes Juwita, perempuan itu tidak setuju dengan syarat yang diberikkan oleh Nalendra.
"Kamu bisa tinggal di apartment aku."
"Hah? Maksudnya aku tinggal seatap sama kamu gitu?"
"Bukannya kamu juga tinggal seatap sama Malik?"
"Tapi kan ada orangtuanya Malik, terus ada Bi Asih sama Pak Yanto juga."

KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga untuk Juwita
Teen FictionSetelah beberapa bulan menjadi anak yatim piatu, tiba-tiba saja Juwita mendapat informasi bahwa ia akan menjadi anak angkat Keluarga Cakrabuana karena ibunya bersahabat dengan keluarga tersebut. Juwita berpikir hidupnya akan menjadi lebih baik karen...