BUNGA UNTUK JUWITA CHAPTER 22

47 3 17
                                        

Suara ketukan terdengar dari kaca jendela mobil Malik. Lelaki itu langsung menoleh ke arah sampingnya dan mendapati Juwita tengah berdiri tepat di depan jendela mobilnya. Malik menurunkan jendela mobilnya, ia melirik ke arah bajunya yang sedang dipakai oleh Juwita.

"Aku udah selesai ganti baju, Malik." ucap Juwita, ia terlihat malu dan menundukkan pandangannya.

"Naik." suruh Malik kepada Juwita.

Juwita pun menurut dan berjalan memutari mobil tersebut. Ia membuka mobil belakang dan berniat untuk menaikkinya namun segera dicegah oleh Malik.

"Ngapain lo di belakang? Gue gak nyuruh lo buat duduk di belakang." kata Malik dengan nada bicara ketus.

"Kamu mau aku duduk dimana, Malik?" tanya Juwita kepada lelaki itu.

"Di sebelah gue! Lo kira gue supir lo apa?" Nada bicara lelaki itu mulai meninggi.

Juwita pun menurut dan segera menutup kembali pintu belakang mobil Malik lalu beralih ke depan. Ia duduk di sebelah Malik sambil membawa bajunya yang basah. Jantungnya berdegup cepat, perempuan itu sendiri tidak mengerti mengapa ia merasakan hal tersebut.

Malik langsung menancapkan gas dan pergi meninggalkan pantai tersebut. Sesekali lelaki itu melirik ke arah Juwita, namun Juwita kerap memalingkan wajahnya seolah tak ingin melihat sosok lelaki itu. Hal itu membuat Malik bertanya-tanya dalam hatinya, Nih cewek kampungan kenapa?

Tak ada pembicaraan di dalam mobil itu, suasana terus-menerus terasa hening. Hingga akhirnya Malik berdehem dan membuka suaranya, memulai sebuah topik pembicaraan.

"Baju lo masukkin aja ke dalam plastik. Mobil gue jadi basah kalo lo pegangin gitu. Jadi bau." ucap Malik kepada Juwita.

"Plastiknya dimana, Malik?" tanya Juwita, nada bicaranya terlihat lesu.

"Di laci situ." Malik menunjuk ke arah laci mobil yang berada di depan Juwita.

Juwita tak mengerti cara membuka laci tersebut hingga akhirnya Malik membantunya untuk membuka laci mobil itu. Beruntung karena sedang lampu merah, Malik tak perlu buru-buru mengambilnya. Tanpa sadar wajah mereka berdekatan, dan Juwita langsung menegakkan posisi duduknya agar menjauh dari lelaki tersebut.

Malik mengambil sebuah plastik berwarna hitam yanh berukuran sedang, lalu memberikkannya kepada Juwita. Perempuan itu langsung memasukkan baju basahnya yang sedari tadi ia genggam ke dalam plastik berwarna hitam tersebut. Lagi-lagi Juwita memalingkan wajahnya, ia menatap terus ke arah luar jendela seolah tak ingin berkontak mata dengan Malik.

Malik melirik ke arah Juwita, "Lain kali kalo mau ke pantai bilang sama gue. Gue bawa lo ke pantai itu."

Juwita hanya diam. Ia terlihat seolah sedang memikirkan sesuatu dan perlakuannya itu membuat Malik kesal. "Heh! Lo tuli apa bisu sih? Gue ngomong sama lo!"

"Iya, Malik. Aku dengar." kata Juwita tanpa melepaskan tatapan matanya ke arah luar jendela sedikitpun ke arah Malik.

"Lo gak nanya gitu kenapa gue bawa lo ke pantai itu? Kenapa gue izinin lo ke pantai itu? Biasanya kan lo selalu cerewet, nanya ini-itu ke gue!" hardik Malik, ia kesal dengan sikap Juwita yang seolah mendiamkannya.

"Bukannya kamu gak suka kalo aku banyak nanya ke kamu? Dan lagi, semua yang kamu lakuin ke aku juga karena aku ini mirip sama Maureen kan?" balas Juwita dengan lesu. Perempuan itu sedikit menjeda kalimatnya, "Pantai itu pasti punya kenangan indah di hidup kamu sama Maureen. Aku ini kan cuman dijadiin pengganti dia doang di hidup kamu."

Malik memakirkan mobilnya di depan sebuah toko swalayan dan langsung turun dari kendaraan beroda empat tersebut. Ia membanting pintu mobilnya kencang dan langsung memasukki toko swalayan tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada Juwita.

Bunga untuk Juwita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang