Juwita berjalan menyusuri koridor kampus. Ia terus-menerus menundukkan kepalanya, tak berani menatap ke arah orang-orang yang sedang memerhatikkannya sejak awal. Jantungnya berdegup kencang, Juwita membenci hal tersebut. Ia merasakan cemas yang berlebih dan itu membuatnya tak nyaman.
"TATA!"
Teriakkan Kamila terdengar begitu nyaring, bahkan suaranya menggema di koridor kampus tersebut. Juwita yang mendengar teriakkan Kamila pun seketika membulatkan kedua matanya dan menoleh ke sumber suara. Ia menatap sosok perempuan yang sedang berlarian ke arahnya.
"Lo—jadi bener—hah?"
Nafas Kamila yang memburu membuatnya kesulitas berbicara dengan suara yang jelas. Hal itu membuat Juwita mengernyitkan dahinya dan segera menarik Kamila untuk membawanya ke sebuah tempat agar mereka lebih leluasa berbicara berdua.
Kamila menurut dan mengikuti Juwita yang sedang menariknya ke arah taman kampus. Memerhatikkan sekeliling taman dan memastikkan bahwa taman itu kosong, tak ada seorangpun disana. Juwita segera mengajak Kamila untuk duduk di ujung bangku taman dan menatapnya dengan tatapan serius.
"Iya, aku emang kenal Malik. Maksudku Kak Malik." kata Juwita memulai pembicaraan.
"Kok bisa? Lo beneran pacaran sama dia, Ta?" Wajah Kamila seketika berubah menjadi terkejut, tak percaya dengan apa yang barusan Juwita katakan kepadanya.
"Juwita gak pacaran sama Malik."
Suara Nalendra tiba-tiba saja terdengar dari arah belakang. Seketika, Juwita dan Kamila terperanjat kaget dengan kehadiran sosok laki-laki tersebut.
Nalendra mulai berjalan mendekati kedua perempuan tersebut. Ia berdiri tepat di belakang bangku taman, di belakang antara Juwita maupun Kamila. Tatapannya tertuju pada Juwita, tatapan lembut yang selalu laki-laki itu tunjukkan kepada semua orang.
"Kak Nalen tau masalah ini?" tanya Kamila kebingungan.
Nalendra tersenyum tipis, ia mengangguk. "Gue tau, La. Gue bahkan tau kalo Juwita sama Malik itu tinggal serumah."
"JUWITA SAMA KAK MALIK TINGGAL SERUMAH?"
Teriakkan Abun yang begitu kencang membuat mata dari ketiga manusia itu melirik ke arahnya. Mulutnya tak bisa mengatup, seolah ia begitu terkejut dengan apa yang baru saja Nalendra katakan.
"LO SEJAK KAPAN DISITU, ABON SAPI?" bentak Kamila dengan ekspresi terkejut, menatap wajah Abun yang tak kalah terkejut.
"Jadi beneran lo tinggal serumah sama Kak Malik?" Abun berjalan mendekati Juwita dan suaranya yang sedikit nyaring membuat Juwita berdecak kesal.
"Abun, tolong kecilin suara kamu." suruh Juwita dengan nada kesal.
Abun menaikkan salah alisnya, menatap Juwita dengan tatapan menyelidik. "Lo udah pernah begituan sama Kak Malik belum?"
Mendengar pertanyaan dari Abun, Kamila langsung berdiri dan memukuli tubuh laki-laki tersebut. Ia geram dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh teman lelakinya. Tak kalah geram, Juwita dan Nalendra langsung memberikkan tatapan tajam ke arah Abun yang sedang terkekeh pelan.
"Jaga bicara lo, Abun." tegas Nalendra, ia menatap wajah Abun dengan tatapan tajam. Tatapan yang jarang ia tunjukkan kepada orang lain.
Juwita menekan suaranya, "Jangan mikir yang macem-macem, Abun. Aku bukan cewek murahan yang bisa dimainin segampang itu."
"Maaf-maaf, gue becanda tadi." sesal Abun, berusaha menenangkan situasi.
Kamila yang berada di sebelah Abun, kembali memukul kepala laki-laki itu. "Candaan lo gak lucu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga untuk Juwita
Teen FictionSetelah beberapa bulan menjadi anak yatim piatu, tiba-tiba saja Juwita mendapat informasi bahwa ia akan menjadi anak angkat Keluarga Cakrabuana karena ibunya bersahabat dengan keluarga tersebut. Juwita berpikir hidupnya akan menjadi lebih baik karen...