BUNGA UNTUK JUWITA CHAPTER 28

37 1 0
                                        

"KARNA KAMU MAU DIJUAL KAYAK KAKAK KAMU, JUWITA!"

Teriakkan Malik berhasil membuat aksi Juwita terhenti. Juwita terlihat terkejut dengan jawaban Malik, mulutnya terbuka tak percaya. Juwita menggeleng, tidak mengerti dengan ucapan Malik.

"Kakak aku? Dijual? Maksud kamu aku punya kakak?" tanya Juwita dengan suara bergetar.

Malik menatap wajah Juwita, "Maureen itu kakak kamu. Kalian kembar."

"Kamu pikir aku percaya, Malik?" Juwita tertawa hambar, berharap Malik akan mengatakan 'ya' namun sayangnya ekspektasinya tak sesuai dengan harapannya.

Malik menatap wajah Juwita, "Buat apa aku becanda?"

Malik memberikan secarik foto dari saku celananya dan memberikannya kepada Juwita. Sebuah foto yang sudah lecek dan terlipat. Juwita menatap foto tersebut, ada dua anak perempuan dengan wajah yang identik sedang berdiri menggunakan terusan pendek selutut berwarna merah muda. Yang Juwita tahu adalah itu foto dirinya dengan seseorang yang sangat mirip dengannya.

"Dibelakangnya ada nama asli kamu dan kakak kamu, Maureen." ucap Malik memberitahu.

Mendengar hal tersebut, Juwita langsung membalikkan foto yang sedang ia pegang dan mendapati dua buah nama yang membuatnya tidak percaya. Juwita mengusap tulisan pada foto tersebut dengan lembut, jantungnya berdetak tidak karuan dan deru nafasnya berpadu cepat.

"Juwita Africiana dan Maureena Africia." Juwita membaca tulisan pada foto tersebut dengan pelan.

Malik menatap Juwita, menyentuh lengan gadis itu dengan lembut. "Maaf, aku gak bisa ngejagain kakak kamu. Maaf, Juwita."

Jadi selama ini aku benci sama kakak aku sendiri? Juwita meringis sedih, masih sulit untuk memercayai dengan semua ini.

"Kamu udah tau semua ini dari awal, Malik?" tanya Juwita, wajahnya mengadah ke atas menatap wajah Malik.

Malik menggeleng, "Aku baru tau kalo kamu itu adik kembarnya Maureen pas aku minta kamu buat pindah kesini. Karna aku gak kamu nasib kamu sama kayak dia."

"Aku.. aku masih bingung sama semua ini." Juwita sedikit menjeda perkataannya, "Tadi kamu bilang kalau Maureen itu dijual? Dan aku juga mau dijual?"

"Iya, Ta." Malik menjawab pelan.

"Sama siapa, Malik?" Nada suara Juwita mulai meninggi meskipun hanya sedikit.

Malik menghembuskan nafasnya gusar, "Keluarga Nalendra."

Juwita terlihat terkejut dan menggeleng tidak percaya, ia tertawa hambar. "Kamu bisa gak sih sehari aja jangan sebenci itu sama Nalendra? Ini bukan akal-akalan kamu kan, Malik?"

"Buat apa aku bohong, Juwita? Dari dulu aku enggak pernah bohong masalah Nalendra, dia emang gak sebaik yang kamu kira!" Malik membela dirinya, menatap Juwita dengan penuh keyakinan.

"Maaf, aku enggak bisa sepenuhnya percaya sama kamu. Apalagi kamu bilang kalau dalang dibalik semua ini itu keluarga Nalendra. Kalau memang Maureen itu kakak aku dan dia dijual, kenapa enggak lapor polisi aja? Dan lagi Maureen itu meninggal karena sakit kanker kan? Bukan karena dijual ke keluarga Nalendra." cerocos Juwita berusaha menyangkal semua penjelasan dari Malik. Hatinya terasa sakit dan memilih untuk tidak memercayai omongan laki-laki itu dikarenakan ego-nya menguasai pikirannya.

"Semua yang aku bilang itu fakta! Aku gak pernah bohong ke kamu. Nalendra gak sebaik yang kamu kira dan Maureen memang meninggal karena kanker yang dia derita dan semua itu akibat penderitaannya selama ini. Lapor polisi? Kamu tau, keluarga Nalendra itu sangat berpengaruh di perekonomian negara kita. Polisi patuh sama mereka!" jelas Malik berusaha meyakinkan Juwita, suaranya kian meninggi.

Bunga untuk Juwita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang