BUNGA UNTUK JUWITA CHAPTER 17

49 7 1
                                        

"Gimana makanannya, Malik?" tanya Juwita saat laki-laki itu mulai menyicipi masakan buatannya.

"Enak." kata Malik memuji.

Juwita tersenyum lebar saat mendengar pujian yang keluar dari mulut Malik. Ia terlihat begitu senang saat Malik memilih untuk terus memakan masakkan buatan Juwita. Malik melirik sedikit ke arah Juwita.

"Lo gak makan?"

Juwita terlihat kebingungan, "Kamu mau aku makan bareng kamu?"

"Iya. Gue mau lo temenin gue makan malam ini." jawab Malik dengan nada suara rendah, tidak seperti biasanya.

Juwita tak bisa menghilangkan senyuman lebar yang kini terlukis indah di wajahnya. Perempuan itu sgeera duduk dan mengambil beberap centong nasi serta cumi goreng tepung yang baru saja ia masak. Juwita memakannya dan merasakan rasa enak di dalam masakkannya.

"Enak." puji Juwita pelan saat ia mengambil sebuah suapan.

Juwita pun melirik ke arah Malik, menatapnya dengan tatapan dalam. Malik menaikkan salah satu alisnya, tak mengerti dengan tatapam yang ditunjukkan oleh perempuan yang berada di hadapannya saat ini.

"Kenapa lo?"

"Aku bingung kenapa kamu jadi berubah begini sifatnya."

"Berubah gimana?" tanya Malik, ia penasaran. Juwita pun menjawabnya, "Berubah jadi baik. Padahal sebelumnya kamu kasar banget ke aku."

"Lo bikin gue inget sama seseorang." Malik tersenyum tipis, mengingat sosok Maureen yang selalu terbayang di kepalanya.

"Maureen maksud kamu?" tanya Juwita, hal itu membuat Malik menatap wajah Juwita dengan mata menyipit. Juwita pun kembali melanjutkan kalimatnya, "Aku ngedenger kamu sama Kak Nalendra ngebahas tentang Maureen. Maaf kalo aku kesannya kayak nguping pembicaraan kalian."

"Biasanya gue panggil dia Mochi. Dia mantan terbaik gue yang pernah ada, perempuan yang berhasil bikin gue percaya sama adanya cinta di dunia ini." kata Malik menjelaskan.

Laki-laki itu menambahi, "Tapi dia juga orang yang berhasil bikin gue gak percaya lagi sama cinta."

"Dia ninggalin gue gitu aja, tanpa ngasih waktu buat gue ngertiin semuanya. Gue baru tau kalo dia sakit kanker otak stadium akhir di detik-detik terakhir dia ada di dunia ini. Dan Nalendra justru udah tau masalah penyakit dia dari awal." Malik terlihat menahan air matanya agar tak jatuh menuruni pipinya.

"Kenapa Kak Nalendra juga kenal sama Maureen?" tanya Juwita lebih lanjut.

"Kita bertiga sahabatan dari SMP. Kita selalu aja sekelas dan gue mulai pacaran sama Maureen pas awal masuk SMA. Hari ini tepat setahun dia ninggalin gue." Malik menghela nafasnya berat, tak sanggup untuk menceritakan sosok Maureen yang masih membekas di dalam hatinya.

Ekspresi Juwita terlihat lesu, ia menunduk. "Jadi itu alasan kenapa kamu minta aku masakkin cumi goreng tepung, itu karn—"

"Karna hari ini ulang tahun gue. Biasanya Mochi selalu masakkin gue cumi goreng tepung dan nemenin gue seharian di hari ulang tahun gue, karna Mama sama Papa terlalu sibuk sama urusan mereka masing-masing." potong Malik, menjelaskan.

Juwita melirik ke arah Malik. Laki-laki itu sedang berusaha menahan air matanya agar tak menetes saat ia memakan cumi goreng tepung bikinan Juwita. Juwita lalu melirik ke arah pakaiannya serta rambutnya yang sangat berbeda. Perempuan itu tersenyum kecut.

Juwita melanjutkan makannya dengan perasaan tak nyaman. Berusaha menahan tangisannya karena penjelasan dari Malik sangat menyakitkan baginya. Juwita tak seharusnya menaruh eskpektasi tinggi kepada Malik yang akan bersikap baik kepadanya.

Bunga untuk Juwita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang