Sudah 3 hari semenjak kejadian dimana Malik membentak-bentak Juwita hingga gadis itu menangis. Juwita diancam oleh Malik untuk tidak memberitahu kedua orangtuanya masalah waktu itu, dan Juwita pun hanya bisa setuju.
"Juwita, kamu kenapa? Kok gak dimakan makanannya, Sayang?" tanya mama kepada Juwita yang terlihat lesu.
Juwita menatap wajah mama sambil tersenyum tipis, gadis itu menggeleng. "Enggak apa-apa, ma."
"Kayaknya mama liat-liat, kamu sering bengong deh. Mikirin apa sih?" tanya mama penasaran.
"Enggak mikirin apa-apa kok, ma." bohong Juwita.
Mama tersenyum tipis, "Kamu kalo ada masalah cerita aja ke mama yaa, Sayang. Sekarang kan mama udah jadi mama kamu, kamu bebas cerita apa aja ke mama. Gak usah segan yaa sama mama."
"Iya, Ma. Makasih yaa, Ma." balas Juwita. Mama pun mengangguk, "Iya, Sayang. Sama-sama."
Malik yang berada disana hanya diam, mengamati. Ia melirik ke arah mamanya, lalu melirik ke arah Juwita.
"Malik gimana sama Juwita? Baik-baik aja kan kalian?" tanya mama kepada Juwita dan juga Malik.
Juwita hanya diam, menatap ke arah Malik.
"Yah gitu deh, Ma." Malik hanya menjawab seadanya.
"Juwita selama ini selalu dianter-jemput sama Malik kan?" tanya mama lagi dengan penasaran. Takut bila Malik tidak mengantar-jemput Juwita, sayangnya ketakutannya adalah nyata.
"Heem." Malik berdehem seolah mengatakan 'ya'.
Mendengar hal itu, mama pun tersenyum senang. "Syukurlah kalau begitu. Mama sempet khawatir tadinya, mama pikir Malik ngebiarin Juwita pergi sendiri. Kasian Juwita, dia belum ngerti yang namanya aplikasi kendaraan online. Jadi harus jalan kesana kesini kalo kamu enggak anter-jemput dia."
Malik melirik ke arah Juwita, namun lelaki itu kembali melirik ke arah piringnya. Menyantap makanannya dengan perasaan tak menentu. Belum selesai ia menghabiskan makanannya, lelaki itu sudah lebih dulu meninggalkan meja makan.
"Loh, Malik mau kemana, Sayang?" tanya mama kepada Malik saat melihat lelaki itu pergi dari meja makan.
"Malik mau ketemu temen, Ma. Udah dulu yaa, Malik buru-buru." ucap Malik langsung pergi begitu saja. Meninggalkan Mama dan Juwita di meja makan berdua.
Setelah kepergian Malik, mama menatap wajah Juwita dengan tatapan sedih. Wanita paruh baya itu menyentuh dan menggenggam tangan Juwita dengan lembut. Terasa hangat, rasanya seperti ibunya-lah yang sedang menggenggam tangannya saat ini.
"Juwita.." panggil mama dengan nada bicara bergetar.
Juwita menatap wajah mama dengan tatapan bingung, membalas perkataan wanita paruh baya itu. "Kenapa, Ma?"
"Maafin mama yaa, Sayang."
Mama seketika menunduk dan terdengar suara isakkan tangis kecil darinya. Juwita terkejut. Gadis itu seketika berdiri dan berjalan ke arah mama dengan cepat. Juwita mengelus punggung mama, ia keheranan.
"Mama kenapa nangis, Ma?" tanya Juwita panik.
Mama dengan cepat memeluk Juwita dengan sangat erat, seolah tak ingin melepaskannya. "Mama tau Malik jahat banget kan sama kamu? Maafin Malik ya, Sayang. Mama mohon maafin Malik."
Juwita terdiam sesaat. Gadis itu mengambil nafas panjang dan tersenyum simpul. Juwita membalas pelukan mama dan mengusap-usap punggung wanita itu.
"Iya, Ma. Juwita paham kok kenapa Malik sebenci itu sama Juwita. Maafin Juwita juga yaa, Ma. Juwita udah ngebebanin mama sama papa, sama Malik juga. Wajar kok Malik enggak suka sama Juwita yang dari kampung ini." ungkap Juwita dengan rasa sedih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga untuk Juwita
Novela JuvenilSetelah beberapa bulan menjadi anak yatim piatu, tiba-tiba saja Juwita mendapat informasi bahwa ia akan menjadi anak angkat Keluarga Cakrabuana karena ibunya bersahabat dengan keluarga tersebut. Juwita berpikir hidupnya akan menjadi lebih baik karen...