Malik melirik ke arah Juwita, "Kamu udah punya pacar?"
Juwita menggeleng, "Belum."
"Serius?" tanya Malik meyakinkan.
"Iya." jawab Juwita, menekan nada bicaranya.
"Aku sering ngeliat kamu jalan sama cowok." ungkap Malik kepada Juwita.
Perempuan itu pun menaikkan salah satu alisnya dan menatap wajah Malik sambil memicingkan matanya. Juwita melipat kedua lengannya di dada, "Sejak kapan kamu merhatiin aku?"
"Berarti bener?" Bukannya menjawab, Malik justru melayangkan sebuah pertanyaan. Laki-laki itu memberikan pertanyaan lagi kepada Juwita, "Dimas siapanya kamu, Ta?"
"Gak usah mikir aneh-aneh. Kita cuman temenan." jawab Juwita singkat. "Asal kamu tau, aku gak pernah buka hati buat orang lain."
"Karna kamu masih cinta sama aku?" tanya Malik yang langsung disambar oleh Juwita. Juwita menjawab, "Ge-er banget kamu."
Malik terkekeh pelan, "Tapi bener kan?"
"Terus kalo iya, jawaban kamu apa?" Perempuan itu kembali melayangkan pertanyaan ke Malik.
"Jawaban apa?" Malik tidak mengerti.
"Jawaban atas perasaan aku selama ini." sambung Juwita yang langsung membuat Malik terbatuk pelan.
Malik berusaha menetralkan kondisi wajahnya, "Kamu diajarin siapa sih, kok bisa ngomong sefrontal ini?"
"Enggak usah ganti topik pembicaraan, Malik." Juwita menatap wajah Malik intens.
"Bjir, lo berubah banget. Gue gak kenal lo siapa." Malik tiba-tiba saja merubah cara bicaranya yang membuat Juwita tertawa pelan.
"Kamu labil kayak perempuan. Tadi ngomongnya pake aku-kamu, sekarang lo-gue." ledek Juwita sembari tertawa.
Malik membalas, "Lo gak jelas. Bukan Juwita yang gue kenal."
"Dih, aneh." ungkap Juwita.
"Lo yang aneh." tekan Malik.
Juwita menggeleng tidak setuju, "Kamu yang aneh. Labil banget."
"Abisnya lo aneh, lo berubah. Kayak bukan Juwita yang gue kenal dulu. Sekarang jauh lebih.. frontal." balas Malik dengan jujur.
"Kamu lebih suka aku yang sekarang atau aku yang dulu, hm?" Juwita menatap wajah Malik dengan tatapan serta senyuman menggoda.
Dirinya yang dulu lugu, kini sudah mulai berubah semenjak ia menginjakkan kaki di Jogja dengan teman-teman serta lingkungan yang membuatnya berubah.
Malik menatap wajah Juwita dengan lekat, ia mendekatkan wajahnya kepada perempuan itu hingga hanya berjarak beberapa senti saja. Malik tersenyum miring, menangkap dagu Juwita dengan lembut.
"Siapa yang ngajarin lo begini, hmm?"
"Ngajarin apa, Malik?" Juwita bertanya, berpura-pura tidak mengerti.
Wajah Malik semakin dekat, kepalanya ia miringkan seolah ingin berciuman dengan Juwita. Juwita yang sudah tidak bisa menahan rasa malunya pun segera menutup kedua matanya dan membatasi bibirnya dengan telapak tangannya. Ia menutup erat bibirnya menggunakan tangannya.
Malik yang melihatnya tersenyum kecil. Laki-laki itu justru beralih kepada telinga Juwita dan berbisik menggunakan suara yang serak-basah dan terdengar sensual.
"Lo kira kita mau ngapain, hmm?"
Juwita sontak membuka kedua matanya, matanya bertemu dengan mata Malik dan dengan cepat perempuan itu mendorong tubuh Malik hingga laki-laki itu meringis kesakitan.
"Badan aku tambah sakit loh, Ta." adu Malik dengan wajah memelas.
"Biarin." Juwita menatap jengkel Malik. Sedangkan laki-laki itu hanya tertawa kecil.
"Lagian kamu ngegodain aku duluan. Siapa sih yang ngajarin? Mau sungkeman." ucap Malik mengejek.
Juwita hanya diam, tidak menggubris perkataan Malik. Dirinya masih kesal dengan sikap Malik yang membuat jantungnya tidak karuan. Terlebih lagi ia merasa jengkel dengan Malik yang selalu mengubah-ubah cara bicaranya. Labil banget.
"Aku heran," Malik sengaja menjeda perkataannya agar Juwita mau membalasnya.
"Heran kenapa?"
"Kamu kok gak panik atau takut sih pas aku bilang mau dijual dan segala macemnya? Padahal aku beneran serius loh, gak bohong. Situasinya lagi bahaya banget buat kamu kalo sampe mereka nemuin lokasi kamu sekarang." ucap Malik keheranan.
Juwita melirik, "Bukannya kamu bilang kalo kamu bakal jagain aku?"
"Iya." Malik mengangguk.
"Ya itu alasan kenapa aku enggak setakut itu, aku yakin kamu bisa jagain aku." ucap Juwita menjawab pertanyaan Malik, perempuan itu kembali melanjutkan perkataannya. "Aku mau ke makamnya Maureen boleh?"
"Jangan sekarang, Ta. Maaf," tolak Malik. Juwita pun mengangguk paham. "Iya, gak apa-apa. Aku ngerti."
Tiba-tiba saja suara gedoran dari arah luar pintu rumah Juwita terdengar begitu kencang. Sontak Juwita dan Malik terkejut dan saling menatap ke asal suara. Pintu rumah Juwita di dobrak paksa sehingga membuat pintu itu terbuka.
Malik dengan sigap berdiri dan menarik Juwita untuk tetap di belakangnya. Perasaan was-was menyelimuti tubuh Juwita dan juga Malik. Terlihatlah beberapa orang berpakaian serba hitam memaksa masuk dan sekarang berdiri di hadapan Malik.
Mereka beradu pandang dan menyergap Malik serta Juwita. Juwita yang ditahan oleh kedua pria misterius, dipaksa menghisap saputangan hingga kepalanya merasakan pusing dan seterusnya ia tidak bisa mengingat apa-apa. Hal terakhir yang perempuan itu ingat adalah tatapan marah Malik serta teriakkan kencang laki-laki itu.
"JUWITA!!"
—Bersambung—
Hai guys, maaf yaa aku update ceritanya gak beraturan . Aku sekarang lagi jarang nulis cerita karena belum bisa seimbangin antara kesibukan aku dan nulis cerita. Aku harap kalian bisa ngerti, maaf sekali lagi.
Dan maaf juga buat kalian yang ngechat aku lewat Instagram, kebetulan aku lupa password Instagram aku jadinya belum bisa bales chat dari kalian.
Kalian bisa interaksi sama aku lewat kolom koemntar disini kokk, pasti aku baless!!
Jangan lupa kasih vote dan komen yaa guys.
Kalo ada yang typo, boleh kalian komen yaa, biar aku gampang editnyaa.Terus kalo ada saran tentang ceritanya bisa banget buat kalian kasih tau ke aku lewat kolom komentar.
Makasii semuanya,
Luv y'all🫶🏻

KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga untuk Juwita
Teen FictionSetelah beberapa bulan menjadi anak yatim piatu, tiba-tiba saja Juwita mendapat informasi bahwa ia akan menjadi anak angkat Keluarga Cakrabuana karena ibunya bersahabat dengan keluarga tersebut. Juwita berpikir hidupnya akan menjadi lebih baik karen...