BUNGA UNTUK JUWITA CHAPTER 9

44 5 0
                                        

"Gimana persiapannya, ibu calon ketua Klub Bahasa Inggris?" sapa Nalendra dengan tawa kecil.

Mendengar perkataan Nalendra, Kamila ikut tertawa. Ia tersipu malu. "Ah, Kak Nalendra bisa aja. Kan masih Kakak yang jadi ketua."

"Bentar lagi kan lo naik jabatan, La." kata Nalendra kepada Kamila. Lelaki itu menambahkan kepada gadis tersebut, "Tanggung jawab itu susah, lo harus bisa pertahanin kepercayaan yang udah anak klub kasih ke lo nanti, La."

"Sebenarnya aku juga mau keluar dari klub, Kak." ungkap Kamila dengan lesu.

Mendengar hal itu, Nalendra terlihat begitu terkejut dengan pernyataan yang baru saja Kamila beritahu.

"Loh kok? Setau gue, lo tuh orang paling rajin dan orang paling pinter yang ada di klub. Lo kan selalu satu tima sama gue setiap lomba selama ini. Kenapa lo tiba-tiba mau keluar dari klub, La? Lo ada masalah?"

"Maaf, Kak Nalendra. Tapi aku ngerasa kurang cocok di Klub Bahasa Inggris." ucap Kamila dengan lesu.

Nalendra mendekat ke arah Kamila dan kedua tangannya ia letakkan ke bahu gadis itu. Nalendra menatap wajah Kamila dengan serius. "Kamila Biya Atmajaya, lo itu pinter. Jangan sia-siain kesempatan ini. Kesempatan gak dateng dua kali, Kamila. Lo udah yakin sama keputusan lo buat keluar dari klub? Lo yakin gak akan nyesal dikemudian hari? Ini buat masa depan lo, La. Jangan mikirin yang lain, pikirin masa depan lo aja karna itu yang terpenting."

"Aku coba pikir-pikir lagi yaa, Kak. Sebelumnya makasih masukkannya, Kak." balas Kamila, memberikan Nalendra senyuman hangat.

Nalendra membalas senyuman dari Kamila dan segera melepaskan tangannya dari bahu gadis itu. Juwita yang berada diantara mereka berdua hanya bisa diam, mengamati dan mencerna perkataan kedua manusia yang berada di samping kanan dan kirinya.

Nalendra kemudian melirik ke arah Juwita.

"Juwita, aku boleh minta nomor telpon kamu?" tanya Nalendra dengan senyuman kikuk.

Juwita mengernyitkan dahinya. Bukannya menjawab, Juwita justru melirik ke arah Kamila dan memberi kode kepada sahabatnya untuk membantunya, apakah ia harus memberikan nomor telponnya kepada kakak tingkatnya ini atau tidak.

Kamila yang mengerti arti tatapan dari Juwita pun mengangguk pelan, "Kasih aja, Ta. Siapa tau lo butuh nomor telponnya Kak Nalendra."

"Eum, buat apa yaa, Kak?" tanya Juwita penasaran.

"Aku mau traktir kamu makan kapan-kapan. Sebagai tanda minta maaf aja sih karna masalah kemarin-kemarin." jawab Nalendra berterus terang.

"Ohh gitu. Enggak perlu sih sebenarnya, Kak." balas Juwita tidak enak.

Lelaki itu bertanya sambil tertawa kecil menatap Juwita. "Kenapa emangnya? Pacar kamu gak bolehin ngasih nomor telpon kamu ke cowok lain yaa?"

"Eh, enggak-enggak. Aku enggak ada pacar, Kak." Juwita sontak menggeleng.

"Juwita mana punya pacar, Kak. Di kampus dia cuman deket sama Abun si letoy." kata Kamila sambil tertawa kecil.

"Siapa tau kan ternyata selama ini Juwita punya pacar." ucap Nalendra ikut tertawa kecil.

"Enggak-enggak. Aku enggak suka sama siapa-siapa kok. Enggak pacaran." Juwita menggeleng, tidak mengiyakan perkataan dari Nalendra.

Nalendra pun segera memberikan ponselnya kepada Juwita, "Jadi boleh gak nih aku minta nomor kamu?"

"Boleh, Kak. Tapi sebenarnya Kakak enggak perlu sampai traktir aku segala kok." kata Juwita tak enak hati.

"Udah, aman itu. Nih hape aku,"

Bunga untuk Juwita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang