Bab 4a

1.5K 303 11
                                    

        Tempat tinggal Rich adalah rumah besar dengan dua lantai. Terdiri atas tiga kamar tidur di lantai satu dan tiga kamar tidur di lantai dua. Ada rumah kecil di samping rumah utama yang merupakan tempat untuk tidur para pelayan, penjaga keaman, dan pekerja lainnya. Rumah kecil itu terdiri atas dua lantai dengan 12 kamar tidur yang tidak terlalu luas tapi nyaman.

Athena tinggal di lantai satu bersama anggota timnya. Untuk para pelayan tidur di lantai dua. Semua demi alasan efesiensi. Berada di lantai satu akan bergerak lebih cepat kalau terjadi sesuatu dengan Rich. Sudah hampir dua Minggu bekerja dengan Rich dan sejauh ini tidak ada masalah berarti.

"Bisa jadi mereka menunggu waktu yang tepat untuk menyerang." Gordon memberikan teori saat mereka sarapan bersama. "Bukannya aku nunggu serangan, ya?"

Samel mendukung pendapat Gordon. "Sepertinya memang begitu. Bisa jadi sedang mempersiapkan serangan baru dengan rencana yang lebih matang."

"Minggu depan Tuan Rich ada undangan ke klub. Mungkin itu saatnya kita waspada." Athena mengambil roti lapis isi tuna dan memakannya. Kelaparan setelah melakukan olah raga di pagi buta.

"Akhirnya kita ke klub juga. Kehidupan Tuan Rich ini agak sedikit membosankan menurutku. Tidak banyak bersenang-senang dan hanya berpikir soal pekerjaan." Ego memberikan pendapat, menatap teman-temannya. "Aku sangat berharap kita diajak ke klub dan boom! akhirnya ada juga kesempatan itu."

Athena memukul pelan bagian belakang kepala Ego. "Kamu nggak akan berpikir untuk senang-senang kalau ada pembunuh berkeliaran di sekitarmu."

"Yang membuat heran adalah kenapa Tuan Rich yang diincar? Kenapa bukan Tuan Martin? Bukankah orang tua jauh lebih kaya dari pada anak?" tanya Gordon.

Athena terdiam, memikirkan pertanyaan Gordon. Ia sendiri bukannya tidak pernah terpikir soal itu. Pembunuh yang lebih mengincar si anak dari pada si bapak yang jauh lebih kaya. Kalau begitu bisa dipastikan motifnya bukan harta. Lalu apa? Rich mengaku tidak pernah berselisih paham dengan orang lain, meskipun harus dicek lagi kebenaran dari kata-katanya. Kalau tidak mungkin seorang pebisnis tidak punya musuh atau saingan.

Bagaimana kalau rencana pembunuhan itu terkait dengan kalung untuk kunci di Sajiwa Klub? Apakah Martin tahu soal ini? Kunci yang akan membuka semua tabir rahasia di dalam Sajiwa Klub. Berbagai teori terlintas di benak Athena dan tidak satu pun yang bisa membuatnya yakin tentang jawaban yang benar.

Selesai sarapan mereka menunggu Rich di ruang depan. Laki-laki itu muncul dalam balutan jas hitam. Athena memperhatikan wajahnya sedikit pucat. Ghita menghampiri, memberikan segelas air dan beberapa butir pil.

"Ini obat untuk Pereda nyeri. Kalau tidak sembuh hari ini sebaiknya kita minta dokter datang memeriksa."

Rich menelan pil untuknya. "Hanya flu biasa," jawab Rich dengan suara parau. "Tidak perlu dibesar-besarkan."

"Pak, akan banyak pertemuan dalam beberapa hari ini. Sudah seharusnya lebih menjaga diri, termasuk kesehatan."

Rich menyingkirkan gelas dan masuk ke jok belakang. Meminta Athena untuk berjalan dengan sedikit pelan. Ia bersandar pada jok, dan memejam tapi ponselnya tidak berhenti berdering.

"Drake, kita mampir ke tempat kopi dulu. Tidak sempat ngopi tadi."

"Iya, Tuan."

Athena menghentikan kendaraanm di kedai kopi, turun untuk membeli pesanan Rich. Laki-laki itu terlihat tidak nyaman dengan mata terpejam dan bersandar. Ia memberikan kopi hitam panas, dan kembali melajukan mobil menuju kantor. Tercium aroma kopi yang wangi saat Rich meneguk minumannya perlahan.

"Kamu nggak putar musik?"

Athena menatap Rich dari spion. "Takut menganggu. Banyak telepon masuk."

Rich mendesah. "Benar juga. Telepon tidak berhenti. Proyek dengan pemerintah mengalami kendala. Beberapa masyarakat yang berada di sekitar proyek memprotes, mengatakan kalau kami mencermari lingkungan. Padahal sebelumnya sudah kami memberitahu masyarakat kalau pembuangan limbah tidak akab sembarangan. Di saat proyek akan memulai pembangunan, masalah muncul."

"Proyek apa, Tuan. Kalau boleh tahu."

"Pabrik textile, yang terbesar nomor dua setelah milik PT. The Great Brother Group atau biasa disingkat TGB Group, milik keluarga Farley. Kamu kenal mereka bukan?"

Athena mengangguk. "Hanya tahu sekilas, Tuan. Mereka salah satu miliarder di negara ini."

"Memang, keluarga old money dengan tingkat kekayaan yang luar bisa. Tidak banyak yang tahu kalau beberapa perusahaan mereka sedang krisis, terutama yang mempunyai target market sama dengan kami. Pihak TGB Group mengamuk, mengatakan kami sengaja mensabotase. Padahal itu murni karena persaingan bisnis. Sampai suatu Ketika, cucu pemilik TGB yaitu Clayton, melakukan kekeran fisik dengan mencoba menyerangku karena marah."

"Apa ada kemungkinan serangan-serangan itu perbuatan mereka?"

Rich memikirkan kata-kata Athena lalu menggeleng. "Bisa jadi, tapi kemungkinannya sangat kecil. Kamu tahu kenapa? Karena kita tidak ingin membuang-buang waktu untuk membunuh saingan bisnis. Kalau bisa justru bekerja sama. Tapi, sepertinya semua kemungkinan harus dipertimbangkan. Beberapa hari lagi ada pertemuan para pebisnis. Aku akan memberimu nama-nama tokoh yang akan hadir, dan juga kemungkinan motif mereka untuk menyerangku."

"Baik, Tuan. Saya juga mendengar selentingan kalau Tuan Martin diundang ke pesta oleh Perdana Menteri. Wow, keren sekali."

Athena memperhatikan dari spion wajah Rich yang mendadak terlihat masam. Laki-laki itu menghela napas, terbatuk sedikit dan mengelap mulut dengan tisu. Meletakkan kopinya, saat ponselnya berdering. Memaki pelan, sebelum menerima panggilan.

"Sudahaku bilang, tidak akan menuruti rencana gilamu!"

Athena tidak tahu dengan siapa Rich bicara. Tapi nada marah laki-laki itu membuatnya tertarik.

"Terserah kamu mau bilang apa. Sekali tidak tetap tidak. Dan jangan bawa-bawa orang tua kita. Kamu anak setan, brengsek!"

Terdengar suara laki-laki yang sepertinya juga sedang berteriak dari seberang telepon. Membuat wajah Rich menjadi keruh.

"Aku tidak peduli apa pun masalahmu di Paris atau Italia. Kamu mau meniduri 100 perempuan pun aku juga tidak peduli, asal tidak mengangguku. Percuma saja mengadu pada Papa dan Mama, karena mereka tidak peduli denganmu. Anak Durhaka!"

Sekarang Athena tahu siapa yang sedang diajak bicara oleh Rich, itu pasti Romeo. Adik dari Rich yang berpindah dari satu negara ke negara lain, entah untuk berbisnis atau bersenang-senang tidak ada yang tahu.

"Kamu pasti kaget mendengarku mengumpat, adik kesayanganku itu, memang sudah sepantasnya dimaki-maki."

Athena tidak mengatakan apa pun, mencatat dalam hati untuk menelepon Neo nanti dan bertanya tentang Romeo.

"Tadi kamu tanya soal apa, Drake?"

Kendaraan berhenti di gerbang komplek gedung untuk dilakukan pemerikasaan oleh pihak keamanan. "Soal Pak Perdana Menteri, Tuan."

Rich duduk tegak, merapikan kancing jas dan menandaskan kopi. "Tidak banyak yang bisa aku cerotakan tentang Perdana Menteri. Orang tuaku sudah lama mengenalnya dan sampai sekarang tidak terlalu akrab. Perdana Menteri itu sama seperti pejabat yang lain, meminta dukungan saat ingin maju pemilihan. Dukungan logistic, uang, dan sebagainya. Atas nama persahabatan, Perdana Menteri mencoba memanipulasi orang tuaku. Itulah yang membuatku tidak menyukainya. Pesta nanti, sebaiknya kamu ikut aku datang, Drake. Biar kamu bisa melihat wujud asli dari pemimpin negeri ini."

Pintu dibuka oleh Gordon yang lebih dulu sampai. Rich keluar, diikuti oleh Athena yang pikirannya bertanya-tanya tentang hubungan persahabatan antara Barney, Perdana Menteri, Martin Moreno, dan juga sang papa, Jack Mo.
.
.
.
Di Karyakarsa update bab 13-14

Athena : Under Cover LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang