Bab 4b

1.3K 296 18
                                    

Ghita mendatangi Athena saat makan siang, bertanya tentang apa yang terjadi di dalam kendaraan dan kenapa Rich mengamuk saat tiba di kantor. Membuat banyak karyawan kalang kabut. Athena berkata terus terang kalau sang adik menelepon dan itu yang membuat Rich marah. Ghita menghela napas panjang.

"Pantas saja, aku pun kalau jadi Tuan Rich kalau punya adik yang hanya bisa menyusahkan. Oh ya, selesai makan siang, kalian harus menemani Tuan meninjau pembangunan gedung. Aku tidak bisa ikut karena sibuk."

Gordon bersiul saat mengamati tubuh Ghita dari belakang. Perempuan itu berjalan cepat meninggalkan mereka, menimbulkan bunyi sepatu menapak di lantai.

"Wow, apa kalian sadar kalau si asisten begitu cantik dan sexy?"

Samel berdehem, dari Ghita bicara dengan Athena, tidak berhenti menatap perempuan itu. "Sebaiknya jaga sikapmu kalau masih ingin hidup."

Gordon menatap Samel. "Kenapa? Aku hanya mengaguminya."

"Hanya kagum? Kalau begitu jaga mulutmu!"

"Nggak boleh mengagumi tubuh seindah itu? Apa masalahmu?"

Athena bersama kakak adik Ugo dan Ego hanya terdiam mendengar perdebatan Gordon dengan Samel. Athena setuju kalau Gordon harus menjaga mulutnya. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi dengan cara bicara Gordon yang ceplas-ceplos.

Rich masih terlihat sakit saat Athena membawanya keluar dari kantor. Ia tidak habis pikir dengan laki-laki itu yang terus bekerja bahkan dalam kondisi tidak sehat. Dunia tidak akan berhenti berputar, kantor tidak akan bangkrut kalau Rich istirahat. Sepertinya teorinya tentang itu tidak sejalan dengan pikiran Rich.

Rich terus sibuk dengan laptop selama dalam perjalanan, menerima panggilan, meneriakkan perintah melalui telepon. Satu jam kemudian mereka sampai di tempat proyek dan wajah Rich makin pucat. Para pejabat gedung sudah menunggu Rich dan mendampingi laki-laki itu masuk. Athena berunding dengan timnya.

"Aku akan pergi sebentar untuk membeli sesuatu. Pastikan kalian menempel Tuan Rich dan jangan lengan."

Ego bertanya. "Kamu mau kemana?"

"Membeli sesuatu untuk Tuan Rich."

"Baiklah, kami mengerti."

Athena berpikir tidak masalah kalau tidak ada dirinya. Teman-temannya bisa diandalkan. Ia meninggalkan gedung menuju jalan raya, mencari kafe terdekat tapi sedikit kusulitan menemukannya. Ia memaki dalam hati, karena tidak terpikir untuk naik kendaraan. Beruntung dalam jarak 300 meter ada ruko di mana beberapa kedai dan minimarket. Athena membeli makan siang, minuman bervitamin, dan cemilan. Membawa kembali ke gedung dan setengah berlari saat mendapati Rich dan teman-teman satu tim menunggunya di lobi.

"Dari mana kamu?" tanya Rich.

Athena kebingungan. "Ada masalah apa, Tuan?"

"Tidak ada masalah. Kita pulang sekarang."

"Tapi, bukannya baru datang?"

Rich menghela napas, mengerjap. "Kepalaku pusing."

Athena mengacungkan bungkusan. "Tuan, bagaimana kalau istirahat dulu di dalam. Saya membeli makanan dan vitamin."

Rich menatap heran. "Dari mana kamu tahu aku belum makan?"

Athena tidak menjawab, hanya tersenyum. Rich semula enggan untuk istirahat, mengatakan banyak pekerjaan menunggu. Akhirnya menyerah setelah Athena sedikit memaksa. Mereka menuju ke ruang istirahat yang berada di samping gedung. Athena membuka bungkusan, mengeluarkan bubur seafood panas, dan minuman bervitamin. Rich makan dengan lahap meskipun hanya makanan seadanya.

"Dari pagi aku nafsu makan, bubur ini ternyata enak. Dari mana kamu tahu di sini ada kedai bubur?"

"Saya mencari Tuan."

"Itukah kenapa kamu menghilang? Tim tidak ada yang tahu kamu kemana."

"Tuan Rich saya lihat makin pucat, saya takut akan tumbang sebentar lagi."

Rich tertawa lirih. "Jangan kuatir, Drake. Aku tidak selemah itu. Ngomong-ngomong, terima kasoh buburnya."

Athena menunggu Rich makan. Hanya ada mereka berdua di dalam ruangan, sedangkan anggota tim yang lain menunggu di luar sambil merokok. Athena sendiri hanya merokok saat sedang dalam penyamaran, untuk keseharian tidak suka melakukannya.

Wajah Rich mulai memerah selesai makan. Minum vitamin dan obat flu. Sedikit mengantuk dan mengatakan ingin tidur sebentar. Saat merebahkan diri di sofa, Rich memperhatikan lekat-lekat pada Athena yang sedang membersihkan bekas makannya.

"Aku menyadari sesuatu tentang kamu, Drake."

Athena mengangkat sebelah alis. "Ya Tuan?"

"Kamu cantik."

Athena berdiri membeku, menatap Rich dengan tubuh kaku. Dadanya berdebar karena tatapan Rich yang berbeda membuatnya takut kalau penyamarannya terbongkar.

"Kenapa? Kamu kaget karena aku memujimu?" Rich tergelak, lalu terbatuk.

Athena mencoba santai. "Bukannya Tuan pernah mengatakan hal yang sama?"

"Memang, dan sampai sekarang pendapatku tidak berubah. Kamu cantik sekali. Jenis kecantikan yang dimiliki banyak perempuan. Seperti milik Savila atau Ghita. Kalau bukan karena ketangkasanmu dan kekuatanmu dalam bela diri, aku pasti mengira kamu laki-laki yang sedang menyamar."

Rich mengangkat kakinya ke atas sofa, masih dengan mata tertuju pada Athena yang berpura-pura sibuk merapikan meja. Ia tidak tahu kalau pengawal di depannya menyembunyikan sesuatu.

"Drake, kalau kamu mengganti seragammu dengan gaun, aku yakin semua orang akan terpesona dengamu. Seperti halnya aku."

Suara Rich melemah. Athena memberanikan diri menatap laki-laki itu. Rich tertidur dengan mata terpejam. Athena mengambil jas dan menutupi tubuh Rich. Ia mengingatkan diri sendiri untuk tidak sembarangan bersikap di depan laki-laki itu, kalau tidak ingin penyamarannya terbongkar.

Agency-nya sudah memberi peringatan agar dirinya berhati-hati. Rich adalah laki-laki yang cerdas dan tidak boleh disepelekan. Ia menyamar bukan hanya demi mencari kalung pembuka klub Sajiwa, tapi juga untuk menyelidiki tentang dugaan penyelewangan dana untuk membantu sang tuan. Tidak ada yang tahu apakah Martin terlibat dengan para teroris yang dilumpuhkan Drex di Gunung Merah.

"Seandainya bukan karena tugas, aku pun pasti terpesona olehmu, Rich Moreno."

Athena bergumam lirih, sebelum keluar dan menutup pintu di belakangnya. Rupanya, pemimpinh agency-nya benar. Dalam tugas penyamaran kali ini yang paling berat adalah tidak membiarkan perasaannya terlibat.

**

Extra

Rich bermimpi, tentang awan, bidadari, dan yang muncul justru Athena dalam balutan gaun pengantin. Ia dikejar serombongan laki-laki bersenjata dan diabawa terbang oleh Athena. Rich terbangun, dan menyadari hari sudah menjelang malam. Pintu terbuka, Samel muncul.

"Tuan, ada apa? Saya mendengar Tuan berteriak?"

Rich mengernyit. "Benarkah? Aku berteriak?"

"Iya, seperti sedang dikejar sesuatu."

Menghela napas panjang, Rich bangkit dari sofa. Merasakan tubuhnya sudah lebih segar dari sebelumnya.

"Aku dikejar bidadari," jawabnya sambil lalu.

"Apa, Tuan?" Samel bertanya tidak mengerti.

Rich memukul bagian belakang kepala Samel. "Bidadari, Samel. Memangnya kamu belum pernah dikejar bidadari?"

Samel merasa sang tuan agak gila, tapi tidak berani mengatakannya. Di jaman sekarang mana ada bidadari?

"Ya, Tuan. Saya belum pernah dikejar bidadari."

Rich tergelak, membiarkan Samel membawa barang-barangnya. Ia membuka pintu dan tertegun saat melihat Athena berdiri di bawah sinar lampu yang temaram. Ia mengucek mata, meyakinkan diri kalau itu adalah pengawalnya dan bukan bidadari.

"Aku memang gila!"

Rich memaki dalam hati, sebelum masuk ke dalam mobil.


.
.
.
Di Karyakarsa update bab 15-16.

Athena : Under Cover LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang