Bab 22a

1.2K 286 12
                                    

Sepulang dari pertemuan itu, sikap Rich menjadi lebih pendiam dan lebih dingin. Tidak ada yang tahu tentang penyebab perubahan itu selain Athena. Para pelayan takut untuk mendekat, tim pengawal enggan untuk beramah tamah seperti bisa. Di antara mereka semua hanya Athena yang bersikap biasa dan Romeo yang justru sangat bingung. Romeo tahu kalau sang kakak sedang banyak masalah. Rich yang tertutup dan tidak ingin diganggui. Tapi itu justru membuat rasa penasarannya semakin meningkat. Ia tidak mengerti kenapa sehabis dari pertemuan dengan orang-orang penting, Rich justru murung. Rasa ingin tahu yang menggebu-gebu membuat Romeo jadi menjengkelkan, terutama untuk Athena. Karena laki-laki itu tidaj berhenti menganggunya.

"Katakan, apa yang terjadi pada kakakku, Drake. Kamu pasti tahu sesuatu?" cecar Romeo. "Kakakku memang pendiam tapi tidak biasanya seperti itu."

Athena menolak untuk membocorkan masalah Rich. "Tuan Romeo sebaiknya bertanya langsung pada Tuan Rich atau Tuan Martin."

"Sudah! Dan keduanya menolak bicara!"

"Kalau begitu, Tuan harus lebih berusaha lagi. Mereka menolak memberi tahu jangan-jangan karena merasa Tuan tidak bisa dipercaya?"

"Siapa bilang begitu? Aku justru orang yang paling pintar menjaga rahasia!"

Bukan hanya pekerja di rumah yang ketakutan. Para pegawai kantor seperti Ghita yang terkenal paling dekat pun, takut untuk bersikap salah dan membuat Rich meledak. Padahal, bisa dikatakan Ghita adalah pegawai yang hubungannya paling dengan dengan Rich, nyatanya tetap saja ketakutan. Kemungkinan karena memang sifat sang boss yang sedikit temperamen dan susah ditebak.

"Drake, bisakah aku meminta tolong padamu untuk memberikan dokumen ini pada Tuan Rich? Aku sudah mengetuk ruang kerjanya berkali-kali tapi tidak dijawab."

Athena mengangguk, menerima uluran setumpuk dokumen dari Ghita. Sudah beberapa hari juga Rich tidak ke kantor dan bekerja dari rumah, memaksa Ghita untuk bolak-balik dari rumah ke kantor. Saat Athena mengetuk pintu ruang kerja Rich sambil mengucapkan salam, tidak berapa lama laki-laki itu sendiri yang membukanya.

"Tuan, ini dokumen dari Ghita."

Rich menunjuk meja tanpa kata. Athena melangkah masuk ke ruangan yang sedikit gelap untuk ukuran tempat bekerja. Ia meletakkan dokumen di atas meja dan tergoda untuk membuka gorden. Tidak suka dengan kondisi ruangan yang remang-remang. Namun, Athena menahan diri untuk tidak melakukan itu. Ia menegakkan tubuh dan tersenyum pada Rich.

"Tuan, ada hal lain yang bisa saya bantu atau harus disampaikan untuk Ghita? Dia menunggu di luar dengan cemas."

Rich menatap Athena lekat-lekat. "Kenapa cemas? Aku tidak apa-apa."

Athena membalas tatapan laki-laki itu. Wajah Rich tidak sebersih biasanya, justu terlihat sedikit maskulin dengan adanya jambang di dagu dan pipi. Mungkin terlalu sibuk membuat Rich lupa bercukur.

"Tuan mengurung diri di sini hingga beberapa hari. Jarang keluar dan tidak ke kantor. Mereka menduga-duga apakah ada masalah."

Rich melangkah menuju jendela, menyipit ke arah cahaya yang temaram, berasal dari ujung gorden yang tersingkap.

"Menurutmu, kenapa aku murung, Drex."

"Apakah Tuan ingin tahu pendapat saya?"

"Tentu saja."

"Janji tidak marah, Tuan?"

Rich menoleh heran. "Apakah kata-katamu bisa membuatku marah?"

Athena mengangguk. "Bisa jadi, saya kurang tahu."

"Baiklah, aku janji tidak akan marah. Jadi, apa pendapatmu."

Athena tersenyum kecil, menatap Rich dari atas ke bawah. "Tuan ketakutan."

Rich terbelalak. "Akuu? Ketakutan? Takut hal apaa?"

"Ancaman dari Barney dan Perdana Menteri. Meskipun Tuan sangat kaya tapi mereka berkuasa. Begitu bukan yang ada di pikiran Tuan?"

Perkataan Athena benar-benar menyinggung harga diri Rich. Laki-laki memerah lalu mendekati Athena dan mencengkeram lehernya. Tubuh mereka dekat satu sama lain, dengan wajah saling menempel. Athena bisa merasakan kerasnya meja di bagian belakang tubuhnya. Cengkeraman Rich cukup kuat di lehernya tapi tidak sampai melukai apalagi membuat napasnya sesak.

"Tahu apa kamu soal rasa takut, Drake? Mengerti apa kamu soal itu, hah!"

Athena menahan napas. Dari tubuh Rich terciuma keharuman yang pekat. Jarak yang begitu dekat membuat mereka seolah bisa menghitung tiap pori-pori di wajah. Athena menyadari kalau Rich benar-benar tampan dengan rahang kokoh. Jambang yang tumbuh membuat laki-laki itu justru makin terlihat sexy. Athena menelan ludah.

"Tuan lupa kalau nyawa saya hampir melayang karena tembakan dan itu bukan yang pertama kali."

Rich terdiam, lalu tersadar sudah melakukan kesalahan. Melepaskan cengkeram dan kembali ke sisi jendela. "Maafkan aku, Drake."

Athena mengusap lehernya. "Tuan berhak marah kalau memang tersinggung. Tapi, saya hanya ingin mengingatkan kalau ada saya dan tim. Tuan tidak perlu takut atau ragu menghadapi apa pun. Kami siap mempertaruhkan jiwa dan raga demi melindungi Tuan."

Rich memijat pelipis, kata-kata Athena membuat terdiam. Ia menghela napas panjang dan menyadari kalau kata-kata Athena memang benar adanya. Ia ketakutan dan bersembunyi membuat rasa takutnya makin besar. Rich mengambil remote control dan membuka gorden. Suasana yang remang seketika menjadi terang benderang.

"Kamu benar, Drake. Aku memang harus berhenti bersembunyi karena ancaman bodoh mereka."

Athena terdiam kaku di tempatnya, saat Rich membalikkan tubuh dan dari balik piyama yang membuka muncul sebuah kalung. Ia mengenali kalung itu karena Beltrand pernah menunjukkan gambar padanya. Ia tidak salah, kalung itu ada sebuah liontin berbentuk kunci. Saat Rich meregangkan tubuh, liontin terlihat jelas. Athena menahan diri untuk tidak merenggutnya dari leher laki-laki itu.

Keluar dari ruangan, Athena bergegas menuju ke ruang samping. Ia berpamitan pada Samel akan pergi ke suatu tempat dan pulang malam hari. Sekarang ini adalah hari liburnya dan akan digunakan untuk mengunjungi orang yang penting.

"Apa kamu akan mengunjungi pacarmu yang sexy itu?" tanya Gordon sambil tertawa menggoda.

Athena mengangguk tanpa ragu. "Tentu saja, kami akan bercinta habisd-habisan, Gordon!"

Tawa lenyap dari bibir Gordon, digantikan dengan dengkus penuh kejijikan. Athena bergegas keluar menggunakan motor milik Rich. Semua anggota tim pengawal diberikan akses untuk mengendarai motor itu. Athena memacu roda dua yang dinaikinya dengan cepat menembusa angin. Menuju sebuah cottage yang terletak di pinggiran kota. Matahari bersinar sangat terik saat ia memasuki sebuah rumah besar di pinggiran pantai. Ada empat penjaga gerbang dan mereka membuka pintu saat mengenalinya.

Ia baru saja memarkir motor di garasi, dan berniat membuka helm saat sebuah pisau melayang ke arahnya. Athena dengan sigap menunduk, menghindari tusukan pisau. Menggunakan helm untuk menangkis serangan kedua dan saat pisau ketiga muncul, ia meloncat turun dari motor. Piasau ketiga jatuh ke lantai yang keras. Athena mengambilnya dan melakukan serangan balik.

"Wow, cepat juga reaksimu!" Jenggala berteriak. Melemparkan lebih banyak pisau.

Athena melompat, menunduk, dan tengkurap di lantai dengan helm bergerak menepis pisau. Di satu kesempatan ia berhasil mencabut pistol dan berlutut dengan satu kaki untuk melepaskan tembakan.

"Hei, mana bisa begitu? Pisau lawan pistol?!"

Teriakan Jenggala membuat Athena bangkit dari lantai. Masih dengan pistol teracung.

"Bisa saja untuk melawan pecundang sepertimu. Menyerang saat orang belum siap," desis Athena.

"Ckckck, Gadis Cantik. Menjadi pengawal harus siap dalam situasi apa pun. Bahkan kala berada di orang yang paling dikenal sekalipun. Apa kamu tahu, kalau sebagian orang yang ingin menyakiti kita adalah orang terdekat kita sendiri? Ayo, masuk! Tuan Drex sudah menunggu."

Athena : Under Cover LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang