Rich berdiri menatap rumah masa kecilnya yang dianggap tidak berubah. Rumah bergaya Eropa dengan pilar kokoh dan tinggi menyangga langit-langit, berwarna putih dengan sedikit sentuhan warna kuning keemasan di bagian atap. Rumah besar ini hanya ditempat oleh kedua orang tuanya dan 15 pelayan termasuk sopir karena dirinya memilih untuk tinggal sendiri dan Romeo, entah ada di mana.
Sering kali orang tuanya mengeluh kesepian karena dua anaknya memilih untuk berada di luar tapi Rich menanggapi dengan santai. "Bagaimana kalau kalian adopsi anak lagi? Perempuan saja, biar tidak kesepian."
Tidak ada yang menuruti sarannya karena kedua orang tuanya memang ingin bebas beraktivitas tanpa dibebani anak-anak. Mereka suka jalan-jalan ke luar negeri atau ke pelosok daerah. Menikmati laut, gunung, atau pun restoran yang menyajikan makanan lezat. Mengeluh kesepian hanya bagian dari rencana untuk membuat Rich dan Romeo menaruh simpati, selebihnya mereka tidak benar-benar membutuhkan teman karena sudah menikmati untuk saling menemani satu sama lain.
Rich melewati ruang tamu megah dan luas, menuju ruang makan. Kedua orang tuanya sudah menunggu di sana, dan sang mama seperti biasa tampil cantik dan anggun. Africa berdandan seakan sedang makan di luar dan bukan di rumah bersama suami serta anak.
"Maa, ada acara apa malam ini?"
Rich menghampiri sang mama dan mengecup kedua pipinya. Africa mencebik.
"Memangnya harus ada sesuatu yang special suapaya anakku mau datang? Nggak boleh hanya temani mama makan?"
"Iya, aku salah. Sekarang aku di sini."
Rich duduk di sebelah sang mama. Membiarkan mamanya menuang anggur dan meneguknya perlahan.
"Jadi orang tua serba repot. Minta ditemani makan saja harus memohon-mohon pada anaknya yang super sibuk."
Rich tergelak. "Jadi anak juga serba sulit. Harus menjaga perusahaan sementara kedua orang tuanya asyik bersenang-senang."
Africa menjewer telinga anak sulungnya. "Nakal."
"Eit, aku justru paling baik di antara dua anakmu."
"Akhirnya, anak kita datang juga, Sayang."
Martin menuruni tangga, tepat saat Athena selesai memberi perintah pada timnya. Mereka sepakat untuk berjaga di luar. Dengan dalih berpatroli, Athena menggunakan kesempatan ini untuk berkeliling rumah Martin. Yang pertama dilakukannya adalah menyapa para pengawal dan penjaga keamanan. Memastikan mereka mengenalnya dan tidak mencurigainya saat berkeliling. Yang mengejutkan bagi Athena adalah mereka semua mengenalnya dengan baik meski belum pernah bertemu.
"Dari dulu aku ingin mengenal Drake. Ketua tim yang tangguh."
"Memang benar yang dikatakan orang-orang, selain hebat ternyata Drake juga cantik."
Athena memandang beberapa laki-laki di depannya dengan tatapan kaku. Gordon muncul di belakangnya dan berdecak keras.
"Jangan sekali-kali mengatakan Drake cantik, atau kalian akan kehilangan kepala. Bagaimana kalau kita adu sedikit kekuatan?"
Ajakan Gordon disambut sorak sorai yang lain. "Ayo! Kami ingin bertarung ke kalian."
"Kami juga ingin menjajal Drake!"
Gordon mengangkat tangan. "Kalian boleh menjajal Drake kalau sudah berhasil mengalahkan kami. Sementara kita bertarung, biarkan Drake berkeliling untuk memeriksa keadaan. Dia tidak akan tenang sebelum tahu situasi."
Terdengar decak kekecewaan tapi tidak ada yang menghalangi langkah Athena. Meninggalkan keramaian di belakangnya, Athena berkeliling rumah Martin dengan santai. Mengamati pagar, bangunan, dan situasi. Berdiri di dekat teras saat melihat orang hilir mudik dari bangunan yang lebih kecil. Sepertinya sedang mengangkut sesuatu. Ada truk yang berhenti di depan bangunan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena : Under Cover Love
RomanceKisah terakhir dari Trilogi keluarga Camaro atau Tukar Jodoh. Akan bercerita tentang Athena yang menyamar sebagai pengawal pribadi dari Rich Moreno.