Penyelidikan Athena tentang orang-orang yang kemungkinan terlibat dengan ancaman pembunuhan Rich, dimulai. Yang pertama dilakukannya adalah menjadi asisten kedua setelah Ghita. Ia duduk tidak jauh Rich sepanjang pertemuan. Bukan untuk menyimak ulasan bisnis atau rapat, tapi memperhatikan orang-orang. Kalau dirasa ada yang terlalu mencolo emosinya, ia akan bertanya pada Rich tentang identisa orang itu.
"Namanya Salimsyah. Pemilik bank swasta. Terakhir kami terlibat perselisihan soal pendanaan proyek, sampai hampir baku hantam tapi papaku melerai. Salimsyah itu tipe baby boomers yang merasa sudah kenyang dengan pengalaman hidup. Merasa bisa mengendalikan semua hal dan orang muda sepertiku harus tunduk."
"Apakah dia orang yang berbahaya, Tuan?"
Rich menggeleng. "Kamu lihat dia bukan? Tua, keriput, tidak mau istirahat karena kurang percaya dengan anak dan cucunya sendiri. Dia justru berbahaya untuk dirinya sendiri bukan untuk kita."
Athena mencoret sama Salimsyah dari daftar, mengamati laki-laki tua berambut putih dengan tubuh kurus. Sepanjang rapat, laki-laki itu tidak berhenti mengamuk dan membuat semua orang tidak nyaman. Tapi Rich benar, tidak ada yang perlu ditakutkan dari laki-laki itu selain mulutnya yang tajam."
"Kalau papamu mengajarimu dengan benar, harusnya kamu bisa membuat Moreno Family Group menjadi lebih luas dan lebih besar. Bukan stuck seperti sekarang, Rich!"
Kata-kata yang keras dan menampar, Athena salut karena Rich seolah tidak terpengaruh. Hanya mengangkat bahu dan kembali melanjutkan pembicaraan. Setelah pertemuan lima jam menguras tenaga, akhirnya kesepakatan dibuat. Athena mengakui kalau menjalankan bisnis tidak mudah, lebih enak menjadi seperti dirinya sekarang. Melalang buana, berganti penyamaran, dan tidak ada kata bosan. Meskipun bisa dikatakan nyawa lebih terancam. Tapi, menjadi pebisnis dengan hanya duduk di kursi empuk tidak menjamin akan selamat dari ancaman pembunuhan. Rich mengalami itu. Athena mencoret nama Salimsyah dari daftar setelah menimbang banyak hal.
"Bagaimana rasanya ikut rapat?" tanya Ugo saat Athena keluar dari ruangan, setelah terkurung selama berjam-jam.
Athena menghela napas panjang. "Lelah, sangat lelah. Lebih baik aku bertarung dengan 100 orang dari pada harus ikut rapat. Lain kali gantian kalian yang ikut."
Athena menahan tawa saat melihat wajah anggota tim-nya memucat. Ia tidak menyalahkan ketakutan mereka karena sudah merasakan. Saat pulang dari kantor, merasa lelah luar bisa hanya karena duduk dan mendengarkan orang rapat.
Seperti biasa saat malam, ia menelepon Neo dan bertanya tentang perkembangan terkini. Tidak ada kabar apa pun dari keluarganya, Athena merasa lega. Ia bertanya kapan bisa memberi kapan pada kakak-kakaknya, dan Neo menjanjikan dalam waktu dekat.
"Kalau tidak ada orang yang curiga dengan kamu, Rich sudah percaya sepenuhnya, kamu boleh menghubungi keluargamu."
"Kira-kira kapan?"
"Dua Minggu lagi, apa kamu punya pesan penting untuk mereka? Biar aku sampaikan?"
"Tidak, aku hanya ingin bantuanmu, Neo."
"Ya, bagaimana?"
"Aku akan mengirimi nama-nama. Sejauh ini aku baru bertemu satu saja. Bisa jadi mereka orang-orang yang terlibat dengan aliran dana dari Martin Moreno"
"Oke, kirim saja. Athena, ada satu hal yang harus kamu tahu."
"Ada apa?"
"Tunangan Rich, bisa jadi terlibat dalam suatu kegiatan ilegal. Pihak agency sedang menyelidiki kebenaranya. Sementara ini, kamu hati-hati dalam bertindak dan kalau kamu ingin bertemu keluargamu, pastikan kalau penyamaranmu tidak terbuka."
Athena tidak membantah, mengerti konsekuensi menjadi agen rahasia. Terkadang, ia bisa berbulan-bulan hilang begitu saja dan berada di negara entah berantah. Yang pertama kali dilakukan saat pekerjaannya selesai adalah menemui kedua kakaknya. Bila ada waktu luang biarpun hanya dua atau tiga hari, ia dengan suka rela menjenguk keponakannya yang menggemaskan. Enrique, anak laki-laki Dante adalah makluk paling lucu di muka bumi.
Keesokannya, Rich mengajak Athena untuk menemaninya rapat lagi. Untuk kali ini Athena menolak, menyodorkan Samel sebagai gantinya tapi Rich bersikukuh.
"Kamu ketua Tim, sudah semestinya bertanggung jawab! Mana bisa jadi ketua malah lempar tanggung jawab?"
Perkataan Rich diberi anggukan setuju oleh anggot tim. Mau tidak mau Athena pasrah, mengikuti Rich rapat yang kali ini diadakan di ballroom hotel. Rich membawanya ke ruangan kecil, untuk bicara dengan seseorang yang istimewa. Pimpian perusahaan bernama Luisa. Adik dari Idris, yang berarti bibi Savila. Athena kagum melihat perempuan setengah baya yang terlihat sangat cantik, anggun, dan juga berwibawa. Perempuan itu tersenyum lebar saat bertemu dengan Rich.
"Senang melihatmu calon keponakanku."
Tidak ada reaksi dari Rich hanya mengangguk kecil. "Luisa, bisa kita mulai rapatnya?"
Luisa adalah perempuan cantik dengan rambut hitam sebahu. Tingginya kurang lebih hampir sama dengan Athena. Perempuan itu menatap Rich dan mendekat dengan gemulai. Jarinya yang lentik mengusap dada Rich. Athena yang tidak ingin dikatakan menguping, berusaha untuk menjauh dari Rich dengan cepat menahan lengannya.
"Tetap di sini!" perintah Rich.
Athena mengangguk, merasa gugup karena tindakan Luisa yang sangat provokatif. Anehnya, perempuan itu justru tertawa lirih.
"Kenapa Rich? Takut denganku?" desah Luisa. Seolah tidak melihat Athena, ia makin berani bertindak, kali ini membelai pundak Rich. "Jangan takut denganku, karena aku tidak akan menggigit. Kalau untuk soal Savila, aku rasa tidak ada masalah. Bukankah hubungan kalian sebatas perjodohan? Kamu dekat dengan perempuan lain, harusnya dia tidak akan marah."
Rich menyipit. "Meskipun bibinya sendiri? Aku tidak yakin Luisa."
Luisa tersenyum manis. "Kenapa nggak yakin? Asalkan kita sepakat, nggak ada hal yang sulit. Aku bisa meyakinkan Savila untuk melepasmu, asalkan kamu mau bersamaku."
Perempuan itu mendesahkan rayuan. Rich menghela napas panjang, mendorong tubuh Luisa menjauh. Aroma parfum perempuan itu menempel di kemejanya dan ia mengingatkan diri sendiri untuk berganti pakaian nanti.
"Luisa, kamu harus tahu satu hal, kalau ada yang bisa memutuskan pertunanganku dengan Savila, itu kami sendiri, bukan orang ketiga."
"Bukannya kamu nggak cinta sama Savila?"
"Memang! Tapi, aku tidak akan bertindak bodoh dengan meninggalkan sang ponakan tapi memacari si bibi. Please, aku tidak sebejat itu."
Rich melirik pengawalnya yang berdiri salah tingkah di sampingnya. Athena yang menunduk dan berdiri salah tingkah, terlihat sangat menggemaskan. Rich mengingatkan diri sendiri kalau di dunia ini tidak ada laki-laki menggemaskan. Tidak pula si pengawal cantiknya.
"Mulai kapan kamu bertingkah sok suci, Rich?" Luisa kehilangan sabar, menyugar rambut dan berkata sedikit keras. "Aku menawarkan kesempatan kerja sama yang bagus. Orang tuaku akan tetap mendukungmu meskipun berpisah dengan Savila dan berpacaran denganku. Yang terpenting tetap ada darah keluarga Idris!"
Rich menghela napas panjang, merasa lelah bicara dengan perempuan yang suka sekali berdebat dan tidak mau kalah. Ia menatap jam di pergelangan tangan dan mengetuk permukaannya dengan tidak sabar.
"Sudah waktunya rapat dimulai Luisa, jangan buang-buang waktu lagi."
"Aku belum selesai bicara."
"Sudah! Dan tidak ada lagi yang harus kita perdebatkan. Perlu kamu ingat, apakah nanti aku berjodoh dengan Savila atau tidak, itu nggak ada hubungan sama kamu, Luisa. Ingatlah, kamu sudah menikah!"
"Tapi, pernikahanku tidak bahagia, Rich."'
"Itu bukan urusanku! Permisi, aku mau ke ruang rapat."
Rich memberi tanda pada Athena untuk mengikutinya. Mereka melangkah cepat menyusuri lantai berkarpet tebal. Athena yang masih shock saat tahu perempuan bersuami nekat merayu Rich. Ia merasa kalau Luisa sangat berani dan nekat.
"Perempuan itu membuang-buang waktuku," gerutu Rich sebelum membuka pintu rapat dengan Athena mengiringi langkahnya.
.
.
.
.
Di Karyakarsa sudah bab 17-18.

KAMU SEDANG MEMBACA
Athena : Under Cover Love
RomanceKisah terakhir dari Trilogi keluarga Camaro atau Tukar Jodoh. Akan bercerita tentang Athena yang menyamar sebagai pengawal pribadi dari Rich Moreno.