Bab 12a

1.2K 294 29
                                    

Di siang yang sangat sibuk, Rich dikejutkan dengan kedatangan Savila. Tunangannya itu memaksa masuk kantor untuk bicara dengannya. Rich enggan untuk bertemu, kesibukannya membuatnya tidak punya waktu luang untuk mengobrol tapi Savila memaksa. Memakai setelan putih dengan sepatu hak tinggi warna senada, Savila melenggang masuk. Tersenyum pada Athena yang berdiri di dekat pintu. Athena mengangguk kecil, sebagai tanda sopan santun.

"Sebaiknya kamu bicara hal penting Savila. Aku tidak punya banyak waktu untuk mengobrol."

Savila mendatangi Rich, menempelkan telapak tangan di permukaan meja. Gundukan buah dada menyembul dari blusnya yang mempunyai garis leher rendah. Kulit putihnya bersinar dan aroma tubuhnya harum menggoda. Rich menahan napas lalu mengalihkan pandangan.

"Aku ingin mengingatkanmu, Rich. Malam Minggu nanti, kamu harus menemaniku ke pesta Jamison."

"Tidak!"

"Kenapa? Kamu menolak pesta kali lalu? Untuk sekarang tidak boleh ada penolakan."

"Aku sedang tidak ingin berpesta. Lagi pula, aku tidak akur dengan sepupumu itu."

"Oh, ayolah, Rich. Kamu tentu tidak sepengecut itu sampai tidak berani menghadapi Jamison? Kenapa? Apa yang kamu takutkan dari dia?"

"Tidak ada. Savila, tidak semua hal yang kamu inginkan harus aku turuti."

"Aku tunanganmu!"

"Bukan majikan yang harus didengar perintahnya. Karena aku juga bukan anak buahmu. Camkan itu!"

Mereka sama sekali tidak terlihat seperti pasangan yang akan menikah. Rich bersikukuh dengan prinsipnya sendiri, begitu pula Savila. Keduanya sama-sama keras kepala dan tidak ingin mengalah. Sebagai laki-laki, Rich diharapkan menjadi sedikit lebih pengertian. Savila pun sama, sebagai perempuan diharapkan lebih lembut dan tidak banyak menuntut. Nyatanya, itu hanya teori untuk keduanya. Saat bertemu, tidak mungkin berlalu tanpa perdebatan.

Savila menjentikkan kukunya, membalikkan tubuh dan kini berdiri menghadap Athena. Ia melempar senyum manis pada Athena, berharap mendapatkan perhatian tapi sayangnya sang pengawal malah sibuk memperhatikan hal lain. Membuat kekesalannya memuncak. Baru sekarang ia merasa direndahkan, bukan hanya karena penolakan Rich tapi juha Athena yang menunjukkan tanda-tanda tidak tertarik padanya. Entah kenapa itu sangat mengesalkan.

"Rich, aku lupa memberitahumu. Di pesta nanti orang tuamu juga diundang, dan juga orang tuaku. Bayangkan kalau kamu sebagai tunanganku tidak ada di sana. Ada beberapa investor perusahaan juga."

Rich mendengkus. "Kamu mengancamku."

Savila kembali membalikkan tubuh menghadap Rich. "Benar sekali, Darling. Aku mengancammu. Kita berdua tahu kalau pertunangan ini hanya pura-pura, tapi setidaknya lakukan dengan baik. Aku tidak akan diam kalau kamu mempermalukanku, Rich. Dengan membiarkanku sendirian di pesta, sama saja ingin membuatku kehilangan muka. Terlebih ada Jamison dan kekasihnya nanti."

"Siapa kekasih Jamison?" tanya Rich sambil lalu.

"Arial Vega."

Rich mengernyit. "Kenapa namanya terdengar tidak asing?"

"Jelas saja, Arial itu model kelas atas. Kita semua pasti pernah melihatnya paling tidak sekali seumur hidup di majalah."

Rich tidak dapat menahan senyum, akhirnya mengerti alasan dari Savila ingin mengajaknya. Bukan demi perusahaan, atau pun juga demi dirinya tapi untuk harga diri sesama perempuan. Ia teringat sesuatu yang mendadak muncul dalam pikirannya.

"Arial ini, bukankah dulu mantan teman sekolahmu?"

Savila mencebik. "Iya, memang."

"Dia sekarang model kelas ataus dan juga kekasih Jamison. Jangan bilang kamu cemburu Savila."

Savila menggebrak meja. "Tentu saja tidak. Aku tidak akan pernah cemburu dengan perempuan murahan seperti itu. Aku hanya ingin dia tahu, kalau aku tidak akan kalah olehnya. Kalau nanti aku tidak datang, dia pasti mengataiku macam-macam. Tidak bisa dibiarkan, aku harus tunjukkan keberanianku. Karena itu, aku butuh kamu, Rich. Please, datang ke pesta bersamaku. Tolong aku."

Savila tidak pernah memohon sebelumnya. Melihatnya bicara dengan wajah sendu penuh pengharapan membuat hati Rich luluh. Lagipula, mereka adalah pasangan saat ini. Terlepas nanti akan menikah atau tidak, ia wajib membantu kalau Savila membutuhkannya.

"Biklah, aku akan menemanimu nanti. Ngomong-ngomong, kapan pestanya?"

"Dua atau tiga Minggu lagi. Aku akan memberitahumu kalau sudah ada kepastian tanggal."

"Oke."

"Thanks, Rich."

Merasa puas, Savila berpamitan pergi. Di dekat pintu ia berdiri menghadap Athena. Mengamati pengawal yang dulu tidak disukainya. Tapi setelah Athena menyelamatkannya dari ancaman pembunuhan, rasa bencinya menguar dan berganti menjadi rasa penasaran.

"Drake, kamu terima kirimanku?" tanyanya sambil tersenyum.

Athena belum menjawab, terdengar selaan dari Rich. "Kiriman apa?"

Savila mengabaikan tuangannnya. Kembali bicara dengan Athena yang berdiri salah tingkah. "Minuman kesehatan itu bagus untukmu. Biar stamina tetap terjaga. Kamu membutuhkan tenaga untuk bertarung."

"Terima kasih, Nona," jawab Athena.

"Ah, jangan panggil aku nona, cukup Savila saja. Namaku Savila."

Rich bangkit dari kursi, menghampiri sang tunangan. "Kamu bicara soal kiriman apa?"

Savila melemparkan tatapan memperingatkan pada tunangannya. "Rahasia antara aku dan Drake, kamu tidak seharusnya ikut campur." Ia mengusap pipi Athena dengan lembut lalu tertawa sebelum akhirnya keluar.

Athena berdiri jengah, dengan Rich menatapnya. Laki-laki itu seolah sedang ingin mengulitinya. Padahal, ia sama sekali tidak merasa bersalah.

"Savila mengirimimu bingkisan?"

"Iya, Tuan."

"Kapan?"

"Beberapa hari lalu."

"Apa isinya?"

"Makanan, dan juga vitamin."

"Kamu menyukainya?"

"Iya, Tuan."

Rich menghela napas panjang, meletakkan kedua tangan di bahu Athena. Mereka berdiri sangat dekat, sampai-sampai Rich bisa menghitung jumlah tahi lalat kecil di wajah Athena.

"Katakan padaku, Drake. Apa yang aku harus lakukan untukmu."

Athena menggeleng bingung. "Maksudnya, Tuan?"

"Kamu, dengan semua pesonamu. Membuat tidak hanya kamu perempuan yang suka tapi juga laki-laki. Drake, aku bisa gila menghadapinya."

"Tuan, bukan begitu. Hanya salah paham."

"Salah paham? Tapi nyatanya mereka tidak begitu. Entah kamu terlalu lugu atau bodoh sampai tidak menyadarinya."

Rich meninggalkan Athena yang kebingungan. Tidak mengerti dengan perkataan laki-laki itu. Sapa yang harus dihadapi? Kenapa Rich bingung, sedangkan dirinya merasa kalau orang-orang itu tidak lebih dari sekedar bercanda dengannya. Savila tidak mungkin menyukainya, mereka sesama perempuan. Sedangkan Clayton? Laki-laki itu hanya menginginkan milik orang lain. Dalam hal ini adalah Athena yang dianggap sebagai milik Rich. Tidak ada keteratikan khusus di antara mereka.

Athena menatap Rich yang kembali menunduk di atas tumpukan dokumen. Saat sedang serius bekerja, ia mengakui kalau Rich terlihat sangat tampan. Ia tidak tahu, apakah Rich mengerti yang diinginkannya. Bukan Savila ataupun Clayton, yang paling didambakan oleh Athena adalah berada di sisi Rich. Kesadaran yang mendadak muncul itu, membuat Athena tidak nyaman.

Athena menghela napas panjang, merogoh ponsel untuk membuka jadwal yang dikirimkan Ghita. Malam ini, jadwal Rich sebelum pulang adalah ke rumah sakit untuk chek up kesehatan. Athena mengatur jadwal perjalanan bersama timnya. Lebih baik sibuk memikirkan pekerjaan, dari pada sibuk memikirkan perasaan yang aneh dalam dirinya.

Athena : Under Cover LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang