Bab 13b

1.2K 292 18
                                    

Athena menatap bingung. "Memaki para suami, kenapa?"

"Yah, karena sang perdana menteri terlibat affair dengan penyanyi muda. Istriku datang untuk memberikan dukungan pada sang nyonya dan sepertinya sanga bersemangat untuk ikut memaki laki-laki yang berselingkuh."

Penjelasan panjang lebar yang membuat Athena kebingungan. Saat otaknya sudah memproses dengan benar perkataan Dante, ia tertawa terbahak-bahak.

"Ya Tuhan, Kak Blossom hebat sekali. Bisa mendalami peran sebagai istri yang tersakiti."

"Begitulah women support women. Entah informasi apa yang bisa didapatkan istriku saat pulang dari rumah perdana menteri."

Athena tersenyum, mendekati Dante dan merebahkan kepalanya di bahu sang kakak. Membiarkan angin berembus dan menerpa tubuh mereka dengan kenyamana. Ia tidak ingat, kapan terakhir kali bermanja-manja dengan Dante. Terlalu sibuk dengan urusan masing-masing membuat mereka jarang sekali bertemu.

"Kakak sadar tidak, kalau kita sudah melibatkan seluruh keluarga besar dalam mencari pembunuh Papa."

Dante menghela napas panjang dan mengangguk. "Sadar. Aku bahkan meminta istriku yang tidak tahu apapun untuk mencari informasi dan berpura-pura baik pada orang-orang yang kami curigai. Drex juga meminta istrinya, Cleora untuk bersikap baik pada keluarga Barney. Padahal, bisa dikatakan Cleora sangat membenci mereka."

"Semua orang melakukannya karena rasa cinta."

"Kamu benar, kita melakukannya demi rasa cinta. Ngomong-ngomong soal cinta, apa kamu tidak ada rencana jatuh cinta?"

Athena mengangkat kepalanya dari bahu Dante dan menunjuk dirinya. "Aku? Jatuh cinta?"

Dante mengangguk. "Tentu saja, kamu. Ingat umurmu sekarang berapa? Sudah waktunya kamu jatuh cinta dan mencari orang untuk disayangi. Tentunya kamu tidak berencana menghabiskan hidupmu dalam kesendirian."

Athena menggigit bibir bawah, kebingunan dengan pertanyaan Dante. Ia memang belum pernah benar-benar jatuh cinta. Kalau hanya sekedar suka, dan menaruh perasaan mungkin beberapa kali terjadi. Seorang pangeran dari Timur Tengah yang tanpan dan kaya raya saat ia menyamar sebagai puteri. Pada pemain sepak bola terkenal saat ia menyamar sebagai manajer. Mereka membuatnya terkesan, dan sekarang ia juga menyukai Rich. Terutama gaya berpikirnya. Namun, untuk bicara cinta sepertinya belum ada ke arah sana.

"Memangnya cinta itu apa, Kak? Bagaimana Kak Dante bisa tahu kalau kita benar-benar jatuh cinta dengan orang itu dan yakin akan menghabiskan seumur hidup kita bersamanya?"

Dante menatap adik perempuannya lekat-lekat. Tidak menyangka kalau banyaknya pengalaman hidup Athena justru memberikan sedikit pembelajaran soal cinta. Athena yang selama ini banyak bergulat dengan bahaya, ternyata kurang mengerti soal perasaan cinta. Ia tersenyum, mengusap rambut adiknya dengan lembut.

"Suatu hari nanti, saat kamu menemukan seseorang yang demi dirinya kamu rela mempertaruhkan nyawa, berarti kamu jatuh cinta. Ingat, ini bukan soal pekerjaan tapi memang keinginan dari hati. Orang itu juga akan melakukan hal yang sama untukmu. Bertaruh nyawa, menghadang peluru, atau pun berdiri menentang semua orang untuk membelamu, maka kamu menemukan apa itu cinta dari dalam dirinya."

Athena terdiam, meresapi perkataan sang kakak. Untuk sekarang ini, ia memang sering mempertaruhkan nyawa demi orang lain tapi semuanya karena pekerjaan. Dan belum ada yang berdiri untuk membelanya kecuali kedua kakaknya. Athena tidak tahu apakah kelak ia akan menemukan cinta, tapi untuk saat ini lebih baik menjalani hidup.

Mereka terus mengobrol banyak hal, soal Enrique yang makin nakal. Perihal kerinduan akan sang papa, dan juga teka teki Sajiwa. Tidak lupa saling bertukar informasi tentang keluarga Moreno. Athena bahagia, di saat sakit ada sang kakak yang datang menemaninya.

**

Tiga Minggu sudah Athena pergi dan Rich merasa hidupnya makin membosankan. Ia membatalkan jadwal keluar kota dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Kalau pun harus ke kantor, biasanya hanya beberapa jam, tidak lagi lama seperti dulu. Ia meminta Ghita yang membawa berkas-berkas ke rumah dan bekerja di ruangan sendiria. Semuanya karena tidak ada Athena di sampingnya. Memang ada beberapa pengawal tambahan yang disediakan agennya Athena untuk menggantikan selama sedang terluka tapi Rich tidak percaya dengan mereka.

Ia sudah terbiasa dengan gaya bekerja Athena. Santai, tidak terlalu formal tapi waspada. Athena yang bisa diandalkan untuk segala situasi membuatnya merasa aman bepergian. Rich tidak mengerti mulai kapan ia begitu bergantung pada pengawalnya, tapi yang pasti ketidakhadiran Athena berpengaruh besar dalam kegiatannya. Namun, di sisi lain Rich sadar kalau tidak bisa bersembunyi lebih lama. Ada banyak hal yang harus dilakukan dan terus menghindar bukan jalan keluar yang bagus.

Malam ini ia memanggil Gordon, Samel, Ego dan Ugo. Meminta pendapat mereka karena esok harus pergi rapat penting ke sebuah hotel. Hal yang tidak bisa dihindari karena menyangkut proyek besar.

"Kita bisa membuat dua jalur untuk pengawalan. Jalur utama, mobil yang membawa Tuan akan dikendarai oleh Samel dan Ugo. Nanti, beberapa pengawal akan mengikuti Tuan. Sedangkan rombongan lain akan dipimpin olehku sendiri, membawa mobil Tuan yang lain ke arah kantor. Dengan begitu perhatian mereka akan terpecah."

Ide dari Gordon membuat Rich tercenung. Untuk saat ini memang saran Gordon terdengar lebih masuk akal. Memecah perhatian para teroris dan membuat mereka kebingungan menentukan target. Rencana ini lebih baik dari saran sang papa yang bersikeras agar dirinya naik helicopter. Sang papa merasa kalau para teroris tidak akan menyerang di udara. Padahal, tidak ada yang menjamin itu tidak akan terjadi.

"Samel, bagaimana menurutmu?" tanya Rich setelah jeda kesunyian.

Samel berdehem. "Ide Gordon layak untuk dicoba, Tuan. Kita beberapa kali mengantar Tuan ke kantor dan sejauh ini tidak ada masalah."

Rich menghela napas panjang, menimbang-nimbang berbagai kemungkinan. "Sepertinya layak kita coba. Kalau begitu, besok kita akan menjalankan rencana itu."

Terdengar ketukan di pintu, seorang pelayan laki-laki mengatakan kalau ada tamu penting yang ingin bertemu Rich. Untuk sesaat Rich terlihat sangat jengkel. Jelas-jelas ia mengatakan tidak ingin diganggu dan masih ada saja yang tidak mengerti perkataannya.

"Siapa tamu penting itu?!" Rich berteriak.

Pelayan itu membuka pintu lebih lebar dan Athena muncul dalam balutan jas putih dengan rambut yang dipotong lebih pendek dan disisir rapi.

"Apa saya menganggu, Tuan?"

Entah siapa yang memulai, tapi Gordon lebih dulu mencapai Athena dan memeluknya. Dilanjutkan oleh Samel dan yang lain. Mereka menyatakan rasa gembira melihat Athena kembali. Rich mendekat, berdehem keras dan membuat para pengawal menyibak.

Mereka saling pandang dengan senyum terkulum. Dada Rich membuncah bahagia melihat orang yang dirindukannya selama beberapa Minggu terakhir ada di hadapannya.

Athena mengangguk hormat. "Tuan, saya kembali."

Rich maju beberapa langkah, merengkuh Athena dalam pelukan. Semua orang ternganga, terlalu kaget dan tindakan Rich memang tidak terduga. Sebuah pelukan hangat dan saat Rich melepaskannya, wajah Athena memanas.

"Selamat datang, Drake. Senang melihatmu kembali."

**

Extra

Gordon mengamati Athena yang sedang makan. Setelah membahas rencana untuk esok hari, mereka berkumpul di ruang belakang.

"Bagaimana lukamu?" tanya Gordon.

Athena mengangkat bahu. "Aman."

Gordon berdecak. "Bagaimana dengan hatimu?"

Athena mengedip bingung. "Kenapa dengan hatiku?"

"Tidak luka?"

"Tidak."

"Terguncang?"

"Tidak."

"Berdebar tidak menentu, atau terasa begitu sesak hingga menyedot aliran udara?"

Sekali lagi Athena menggeleng dengan wajah bingung, membuat Gordon memaki keras.

"Dasar laki-laki, tidak pekaa!"
.
.
.
.
Di Karyakarsa Extra Part sudah meluncur. Cerita sudah benar benar selesai.

Athena : Under Cover LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang