Bab 18a

1.2K 281 26
                                    

Rumah besar di tengah hutan itu tidak tenang lagi seperti dulu. Kini diwarnai tangis bayi yang membuat suasana rumah menjadi lebih hidup dan ceria. Bayi perempuan cantik itu dimanja oleh semua penghuni dan tidak akan yang akan membiarkannya sendirian. Saat sang mama kelelahan menjaga, ada Baron yang bergantian dengan beberapa pelayan untuk menjaga. Untuk sementara ini, si kembar hanya berani mendekat dan mengajak bicara bayi mungil itu tapi tidak ada yang mencoba untuk menggendong karena takut akan jatuh.

Rumah dibersihkan dua kali lipat lebih bersih dari semula. Baron seakan tidak membiarkan lalat atau kotoran menempel di setiap permukaan rumah. Setiap hari ia memerintahkan kaca dan lantai dilap hingga mengkilat, tidak boleh ada debu di meja maupu perabot dalam rumah. Untuk keperluan si bayi, ia mengurus sendiri karena tidak percaya dengan perawat lain. Baron bertindak layaknya sang kakek yang posesif.

Drex yang baru pulang bepergian bersama si kembar selama tiga hari, bergegas membersihkan diri dan berganti pakaian sebelum menemuia anak dan istrinya di lantai dua. Ia menempatkan banyak penjagaan selama dirinya tidak ada rumah. Belum lagi jebakan dan ranjau darat bagi para penyusup. Untuk keperluan tranportasi selama dirinya tidak ada, ia sudah menyiapkan mobil besar anti peluru dan juga helicopter. Baron mengerti bagaimana mengendari bekeduanya. Baron adalah penjaga utama di rumah ini selama dirinya pergi.

Drex tertegun di depan pintu kamar, menatap istrinya yang sedang menyisir rambut. Cleora duduk di depan cermin meja hias, sementara sang bayi sedang asyik berceloteh di atas ranjang. Drex menghampiri istrinya dan mengecup dahinya dengan lembut.

"Sayang, aku kembali."

Athena berbalik, memeluk tubuh suaminya yang kokoh. "Tiga hari pergi, rasanya lama sekali."

"Maafkan aku, tapi memang sibuk sekali."

Drex melepaskan pelukan pada sang istri untuk menghampiri buah hati mereka. Menatap sesaat lalu mengangkat si anak dan menggendongnya di lengan. Bayi cantik itu bernama Adaire, dan Drex menimangnya dengan kasih sayang.

"Sayang, kamu bertemu Barney?"

Drex mengangguk. "Iya, laki-laki itu sedang ada di kota ini."

"Sendirian?"

"Tidak, bersama dengan Clavin. Dia bertanya kapan bisa bertemu denganmu dan bayi kita."

Cleora mendekat, memeluk suaminya dari belakang. "Kamu menjawab apa?"

"Menunggu kamu benar-benar sehat. Aku tidak ingin memaksa istriku yang sedang memulihkan diri setelah melahirkan, harus bepergian jauh."

"Barney mengerti."

"IYa, laki-laki itu mengerti tapi tidak dengan Clavin. Kakakmu itu memang kurang ajar. Ingatkan aku untuk memukulnya lain kali karena sudah mengatakan macam-macam tentangmu. Hari itu aku menahan diri karena ada Barney. Kalau bukan demi penyelidikan, ingin kubunuh rasanya si Clavin itu."

Cleora menghela napas, memikirkan tentang kakak angkatnya yang memang sangat menyebalkan. "Jangan pikirkan dia. Clavin dari dulu memang suka cari masalah. Dia tidak senang karena mertunya baik padaku."

"Memang, Clavin selalu ingin bersaing dengamu."

Cleora tertawa. "Padahal, aku sama sekali tidak ingin terlibat urusan apa pun dengannya. Kalau bukan demi papamu, enggan rasanya bicara dengan mereka."

Drex menatap istrinya lekat-lekat lalu mengecup pipinya. "Terima kasih, Sayang. Untuk pengertianmu."

"Jangan terlalu formal, Cinta. Aku juga ingin tahu siapa pembunuh mertuaku."

Drex menghela napas panjang. "Aku juga sama. Kalau begitu, kamu tidak keberatan kita bertemu keluarga Barney dalam waktu dekat?"

Cleora mengangguk. "Tentu saja, semakin cepat kita dekat dengan mereka, semakin bagus. Bayi kita sudah cukup kuat untuk diajak bepergian."

"Kalau begitu, aku akan minta si kembar dan Baron bersiap-siap. Mungkin dalam beberapa Minggu kita harus menempati rumah yang di kota."

Mereka terus bercakap-cakap dan membuat rencana dengan bayi yang mulai terlelap dalam gendongan sang papa.

**

Antusiasme pesta membuat semua orang bergairah. Mereka menjalani hari dengan semangat, berharap waktu berlalu dengan cepat. Gordon dan yang lain sudah merencanakan ingin memakai pakaian seperti apa. Yang terpenting adalah nyaman tapi cocok untuk ke pesta. Para pelayan terutama pelayan perempuan mengeluh karena tidak bisa datang ke pesta. Mereka mengatakan dengan keras ingin menikmati kegembiraan dan siap mendampingi para pengawal kalau dibutuhkan. Masalahnya, tidak ada satu pun tim pengawal yang ingin membawa pasangan. Alasan mereka sangat sederhana dan masuk akal.

"Aku sangat suka dengan gadis-gadis pelayan tapi tidak berniat membawa mereka ke pesta. Kalian tahu kenapa? Karena romansa tempat kerja itu tidak menyenangkan," ucap Gordon dengan bijak.

Samel dan yang lain mendukung perkataannya. "Kamu benar, Gordon. Gadis-gadis pelayan itu memang cantik dan menggoda. Tapi, membawa mereka ke pesta takut membuat mereka berharap."

"Nah, merepotkan kalau sampai terbawa perasaan. Karena itu, kita bersenang-senang saja dengan cara kita."

Athena tercengang mendengar obrolan teman-temannya. Tidak menyangkan akan mendengarkan kata-kata bijak dan penuh pengertian dari mereka. Sungguh di luar dugaannya. Rich juga berpesan pada mereka untuk menikmati pesta.

"Jangan terlalu tegang, santai saja. Di sana akan ada banyak pengawal, dan juga keamanan dari polisi. Aku rasa, tidak akan ada penyusup."

Athena sendiri sangat risau dengan pesta itu. Ia tidak ingin menjadi bulan-bulan Romeo. Tidak mau menjadi incaran laki-laki itu. Kecurigaan Romeo harus dihilangkan dan sekarang ini Athena sedang menunggu rencana Neo untuk menyelamatkannya. Namun, hingga hari pesta tiba tidak ada konfirmasi dari Neo. Nomor ponsel perempuan itu juga tidak bisa dihubungi, membuat Athena menahan kesal. Akhirnya, ia pergi ke pesta bersama Rich dan yang lain, bersiap-siap menerima segala macam tuduhan dari Romeo.

Keluarga Moreno menyulap rumah mereka menjadi tempat pesta yang elegan dan mewah. Berada di di halaman kolam renang. Mereka menempatkan meja bundar dikeliling kursi perak. Permukaan kolam ditutupi hamparan bunga warna warni. Lampu warna warni menyorot indah dari berbagai sudut. Lampu itu berubah warna sesaui dengan hentakan musik dari seorang DJ yang berada di ujung kolam. Meja bundar berada di dekat pintu, berisi tumpukan sampanye dalam gelas. Setiap tamu yang baru datang bisa langsung mengambilnya. Ada banyak hidangan yang tersebar dari ujung halaman sampai ke bagian belakang rumah.

Mereka berpencar saat tiba di bagian dalam rumah. Athena melihat Savila dan berusaha menghindari perempuan itu. Ia sedang tidak ingin diganggu. Ia bergerak menjauh dari Romeo dan berharap laki-laki itu sangat sibuk hingga tidak ada waktu untuk memperhatikannya.

Athena terlonjak bahagia saat menerima pesan dari Neo. Temannya itu mengatakan sudah mengirim seseorang untuk menjadi kekasihnya. Athena bergegas ke depan untuk menyambut patnernya dan ternganga kala melihat perempuan cantik dalam balutan gaun merah yang ketat, melambai di dekat meja sampanye. Ia melotot karena pakaian perempuan itu sangat terbuka dan sexy.

"Neo? Itu kamuuu?"

Neo tersenyum, membuka lengan dan memeluk Athena. "Suprisee! Malam ini, aku adalah kencanmu. Ayo, Sayang. Kita bermesraan."

Athena terkejut hingga tidak bisa bersuara, membiarkan dirinya digandeng masuk oleh Neo. Ia senang mendapat bantuan dari agency tapi tidak pernah menyangka kalau Neo yang akan turun tangan langsung. Biasanya Neo hanya bekerja di balik layar, berkutat dengan komputer dan tidak pernah terjun langsung ke lapangan.

"Aku tidak menduga kalau kamu akan turun tangan langsung," bisik Athena.

"Sebenarnya Boss ingin menugaskan orang lain, tapi aku mengajukan diri."

"Kenapa?"'

"Menggunakan kesempatan ini untuk menyelidiki rumah Martin Moreno. Foto-foto yang kamu berikan sangat jelas tapi aku ingin memeriksa sendiri."

"Kalau begitu kamu harus hati-hati, jangan mencolok."

"Oke, Sayang. Sebelum bertindak lebih jauh, alangkah lebih baik kalau kamu memperkenalkan anggota keluarga satu per satu."

Athena menggandeng Neo melewati ruang tamu dan berpapasan dengan Gordon yang melongo.

"Drake, dia ini—"

"Pacarku!" sahut Athena cepat. Menoleh pada Neo. "Babe, ini temanku, Gordon."

Athena : Under Cover LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang