Bab 15a

1.2K 305 15
                                    

Suara musik terdengar keras dan menggelegar di telinga. Orang-orang berlalu lalang sambil berteriak. Rata-rata mereka setengah mabuk, dengan kondisi nyaris telanjang. Area belakang rumah yang berhadapan langsung dengan pantai, terdapat kolam renang super besar. Para perempuan berbikini, saling menggoda, mencari pasangan atau sekedar main air dengan para laki-laki dalam balutan celana ketat. Pelampung, balon, dan banyak mainan air tumpah ruah di kolam, bersama orang-orang yang berpesta. Minuman beralkohol, makanan kecil, dan berbagai hidangan diletakkan di atas meja panjang. Suasana senja yang menguning, membaut suasana makin meriah.

Jamison menjamu Rich di ruang VIP. Sebuah ruang kaca yang menghadap langsung ke kolam renang dan pantai. Terdapat meja kayu dengan ukiran unik berkaki tinggi dengan kursi bulat. Satu rak besar berisi minuman, berada di sisi kiri ruangan. Jamison duduk di samping Rich, melirik berkali-kali ke arah Savila yang sedang mengobrol dengan Athena. Raut wajahnya masam.

"Aku tidak menyangka kalau kamu akan memenuhi undanganku."

"Sebenarnya aku malas, tapi karena Savila mengatakan kalau kamu sudah mengundur waktu pesta demi aku, mau tidak mau aku datang."

Jamison mendengkus. "Jangan memandang dirimu terlalu tinggi, Rich. Kamu jelas tahu aku undur bukan karena kamu tapi karena Savila!"

"Dia memintamu?"

"Yah, tidak ingin datang kalau kamu tidak datang. Tadinya aku pikir akabn melihat kalian asyik bermesraan. Siapa sangka justru Savila sedang merayu pengawalmu. Hei, apa kamu tidak cemburu?"

Rich mengangkat bahu, ujung matanya melirik Savila yang kini merebahkan diri di bahu Athena. Pengawalnya itu terlihat kurang nyaman dan berusaha melepaskan diri tapi Savila tidak mengijinkan. Cukup menarik, melihat bagaimana Athena kerepotan menghadapi Savila. Tunangannya itu sangat agresif saat menginginkan sesuatu dan sekarang ini sedang tertarik dekat dengan pengawalnya. Pemandangan yang cukup menghibur meskipun menjengkelkan.

"Cemburu? Pada Savila? Kamu jelas tahu bagaimana hubungan kami yang sebenarnya."

"Kamu tidak peduli kalau tunanganmu menyukai laki-laki lain? Pengawalmu itu selain tampan juga mahir. Saingan yang hebat untuk kamu."

Rich tidak pernah menganggap Athena sebagai saingannya, justru sebaliknya. Savila adalah saingannya untuk tetap menjaga Athena di sampingnya. Ia terbiasa bersama tim pengawalnya yang sekarang, menganggap mereka sebagai salah satu yang terbaik dari yang pernah ada. Tidak akan melepaskan Athena meskpun demi Savila. Selama ini ia tahu kalau tunangannya terbiasa mendapatkan semua yang diinginkan, dan perhatian perempuan itu sedang tertuju pada Athena.

"Savila menginginkan Drake untuk menjaganya dan aku tidak memberikannya. Wajar kalau dia sedang berusaha mencari perhatian Drake. Biarkan saja, aku tinggal lihat bagaimana usaha Savila untuk merayu." Rich mengangkat gelasnya ke arah Jamison dan menyeringai. "Jujur saja, kamu yang cemburu bukan?"

Jamison memaki, meneguk minuman hingga tandas lalu menjulurkan kepala melewati meja hingga nyaris dekat dengan Rich. "Aku kesal, oke. Aku berusaha segala cara, apa pun itu untuk mendapatkan Savila. You know what? Dia menolakku. Selalu menolakku dengan dalih kami adalah sepupu. Hell, yeah. Seakan orang peduli kalau kami sepupu jauh."

Rich mengerjap, menatap Jamison yang mencebik. Sebenarnya ia tidak terlalu suka dengan laki-laki itu. Terlalu manja dan suka memaksakan kehendak. Ia mengenal Jamison lebih dulu sebelum bertunangan dengan Savila. Tanpa tahu kalau laki-laki itu ternyata jatuh cinta dengan Savila. Saat pertunangan diumumkan, Jamison bukan hanya patah hati tapi juga menaruh dendam padanya. Di lain pihak, Savila berpura-pura tidak tahu dengan perasaan sepupunya, menganggap rasa cinta itu bukan hal yang luar biasa dan Rich, berdiri terjebak di antara mereka dalam posisi yang menyulitkan.

"Kalau memang kamu begitu mencintai Savila, kenapa tidak membuat dia menjadi milikmu? Dengan melamarnya secara langsung."

Jamison mendengkus. "Aku yakin, setelah itu terjadi Savila akan membunuhku."

"Cinta memang buta."

"Kata-kata orang yang sembarangan bertunangan dengan seorang gadis."

"Setidaknya aku realistis, bertunangan demi bisnis. Dari pada kamu? Demi cinta tapi menderita. Memalukan!"

Jamison memukul meja hingga berderak, membuat orang-orang yang ada di ruangan terlonjak kaget. Athena bahkan berdiri dari kursi dan menodongkan pistol ke arah Jamison, membuat laki-laki itu tertawa.

"Hei, relax, man! Kami hanya bercanda!"

Rich mengangguk, memberi tanda pada Athena untuk menurunkan pistolnya. "Santai, Drake. Jamison hanya sedikit emosi."

Athena kembali menyarungkan pistolnya, niatnya untuk duduk diurungkan,karena Savila menggelayuti lengannya. Ia meringis kesakitan karena kuku-kuku perempuan itu cukup runcing dan menusuk kulitnya.

"Drake, kenapa berdiri terus? Ayo, duduk lagi!" Savila menepuk kursi di sampingnya.

Athena meringis serba salah. Sebenarnya Savila adalah perempuan yang menyenangkan. Bicara dengan sopan meskipun penuh rayuan. Savila banyak bercerita tentang dirinya, kesehariannya, dan juga kebosanannya sebagai anak orang kaya. Savila hanya butuh didengarkan dan Athena terjebak, mau tidak mendengarkan semua keluar kesah perempuan itu. Masalahnya adalah, teman-temannya menatap dengan iri. Gordon dan Samel bahkan terang-terangan mengejeknya. Mengatakan dirinya mesum, tanpa diketahui Savila.

"Maaf, Nona. Saya mau ke kamar kecil!"

"Oh, sekarang?"

"Iya, sekarang. Permisi."

Athena melangkah cepat meninggalkan Savila. Ia melirik Rich sekilas sebelum bergegas ke lorong kamar mandi. Selama ini, toilet menjadi momok yang menakutkan untuknya. Sering kali salah masuk bilik, membuatnya sering menerima makian. Sudah menjadi resiko pekerjaan, demi kelancaran sandiwara Athena masuk ke bilik laki-laki dan tercengang. Ada sekitar 10 laki-laki yang sedang buang air kecil sambil berdiri. Suara mereka ditambah dengan aroma air seni yang pesing membuat Athena mual. Ia membalikkan tubuh, bersiap untuk pergi saat berpapasan dengan Rich.

"Kenapa nggak jadi buang air?"

Athena menggunakan ibu jari menunjuk belakangnya. "Penuh, Tuan."

Rich mengamati sekitar dan mengangguk. "Memang. Ayo, ikut aku ke lantai dua. Harusnya kamu tidak masuk ke toilet umum melainkan VIP. Ada di ujung ruangan lantai dua."

"Tuan sendiri bagaimana? Kenapa ikut masuk ke sana?"

"Aku menyusulmu, ternyata dugaanku benar. Kamu masuk ke toilet yang salah."

Mereka berjalan bersisihan menaiki tangga, mendengar musik yang keras menembus dinding kaca. Masuk ke dalam toilet VIP yang lebih bersih dan sepi. Tidak ada orang lain selain mereka berdua. Rich menuju urinoar, membuka celana dan sebelum bagian belakang tubuhnya terbuka, Athena bergegas masuk ke dalam bilik dan duduk di atas WC sambil menghelan napas panjang. Bisa gila dirinya setiap kali masuk toilet bersama Rich. Bisa-bisanya ia mengintip bagian belakang tubuh laki-laki itu? Athena menepuk dahinya.

"Drake, kamu buang air besar?"

"Ya, Tuan!" sahut Athena.

Terdengar gemericik air, Rich sedang mencuci tangan. Athena membuka celana dengan susah payah, buang air, dan cepat-cepat membersihkannya. Memakai kembali celana dan saat keluar, Rich sudah tidak ada. Ia menghela napas lega, mencuci tangan di westafel dan mengamati bayangannya di kaca. Ia sengaja mencuci muka, agar lebih segar. Menyugar rambut dengan jemari dan setelah merasa penampilannya layak, keluar dari toilet. Berjengit kaget saat terdengar suara lengkingan.

"Kenapa kalian masuk toilet bersamaan?"

Savila muncul, menyipit ke arah Rich yang sedang merokok di depan toilet lalu pada Athena yang berdiri canggung di antara mereka. Situasinya terlihat seolah seorang istri sedang memergoki suaminya selingkuh, padahal bukan begitu kenyataannya. Athena tersenyum serba salah, sedangkan Rich tetap tenang sambil mengisap rokoknya.

Athena : Under Cover LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang