Author's POV...
Minho berjalan kearah para glader yang sedang sibuk dengan supply mereka. Aris dan Winston terlihat sibuk dengan sepatu yang berserakan disini. Mereka sedang memilih sepatu yang cocok untuk mereka gunakan dalam survive di scorch. Cahaya senter mengarah kesegala penjuru bagian gedung menampakkan struktur gedung yang sudah hancur. Debu berterbangan dimana-mana dan cukup banyak barang yang tak terurus.
"Minho, where you going? Can i come with you?" Ucap cessie yang berdiri dibelakang minho sambil memegang kedua tangannya sendiri dengan wajah polosnya. Dahi pria itu mengernyit saat menatap cessie.
Shit!. Ucap Minho dalam hati, bagaimana bisa dia membawa gadis itu berduaan dengannya? Yang ada nanti malah lain cerita.
"Nope." Ucapnya singkat kemudian berlalu ke meja yang ada disamping Newt.
Newt melemparkan pandangannya kebelakang mengintip ekspresi Cessie yang kesal dengan sikap Minho, lalu kembali menatap Minho.
"Nice try Minho." Ucap Newt. Senyum terhias diwajahnya saat dia mengungkapkan kalimat itu pada Minho ketika dia sudah tiba didepan meja.
Minho tau arah pembicaraan Newt karna Newt salah satu orang yang memergokinya tadi. Dumb Gladers!. Perusak suasana!!. Ucap Minho dalam hati.
"Hmmyeah.." gumamnya singkat sambil sibuk mengisi baterai yang berserakan dimeja ke senter yang lainnya. Newt menoleh kearahnya dengan senyum yang khas terhias diwajahnya.
"Kau sudah mengatakannya?" Satu kalimat tanya yang membuat Minho menoleh kearahnya.
"Tell her what?"
"You loved her?" Sambung Newt sambil menaikan bahunya. Minho tertawa lalu kembali merubah ekspresi wajah dengan cepat.
"Sesudah itu kau mengatakannya? Come on man." Sahut Newt.
"Bukan urusanmu Newt. Lakukan saja apa yang perlu kau lakukan sekarang." Newt terlihat puas dengan jawaban yang pria itu berikan.
"Kuanggap itu sebagai jawaban TIDAK. And yes, i will do whatever i want, especially Cessie. No hard feeling, Minho." Ucapnya tertawa lalu menepuk pundak Minho.
Minho yang mendengar ucapan Newt seketika terdiam dan berbalik menatap Newt yang mulai mendekat kearah Cessie.
"Good job, Newt. Tak heren mereka memberimu nama mewakili Issac Newton. Sangat-sangat cerdas." Ucapnya sambil memasukan senter kedalam ransel kecil lalu berjalan menuju kearah Thomas.
Cessie's POV...
Newt berjalan kearahku dengan satu tangan yang dia masukan ke saku celana Jogger berwarna cokelat tua.
Cahaya senter sedikit membuatku bisa menatap wajahnya dalam kegelapan."Lihat dirimu. Kau tampak cantik seperti biasanya." Kata Newt sambil berjalan dan berhenti tepat dihadapanku.
Rambut pirang yang dia miliki sudah agak panjang membuat mereka tergerai dengan beberapa helai rambut yang menutupi matanya.
"Thankyou Newt." Balasku sambil menyelipkan rambut yang mulai jatuh menutupi sebagian pandanganku.
"Apa yang kau dapatkan?" Tanya pria dihadapanku mengecek apa yang kubawa. Entah apa yang dia lihat tapi wajahnya berubah jadi serius saat mendapati sesuatu yang kubawa.
"Pistol?" Ucapnya memastikan bahwa aku benar-benar niat membawa pistol.
"Yup." Balasku canggung lalu tertawa kecil. Look at me now, aku tak tau menggunakan benda ini dan lihat sekarang, aku malah membawanya seakan-akan aku sudah pro dalam menembak.
"Kau tau menggunakannya?" Tanya Newt lagi dengan tatapan kurang meyakinkan. Dia memang tidak mengatakan bahwa dia kurang yakin denganku tapi sudut matanya bisa mengatakan demikian.
"Oh, jujur saja aku tak tau cara menggunakannya. Benda ini ada dihadapanku jadi kupikir aku bisa membawanya bersamaku." Finally, kalimat itu yang mampu keluar dari mulutku.
Newt tertawa mendengar ucapanku. Apa itu lucu?
"Its okay cess, kau cantik dan kau menang." Ucapnya sambil mengacak puncak kepalaku hingga aku tak bisa menahan tawaku.
"Apa yang kau bawa?" Tanyaku balik penasaran. Newt tersenyum dan menyuruhku ikut dengannya.
"Come, i'll show you something." Ucapnya sambil berjalan ke arah meja tadi.
Newt adalah orang pertama yang akrab denganku, dia sempat menyatakan cintanya tapi aku belum siap memantapkan hatiku untuk siapa. Dia tidak pernah merubah perasaannya walaupun aku terus terang menolaknya saat dia di med-jack. Mengingat kejadian-kejadian yang pernah terjadi di glade, seketika aku sedih mengingat semua.
"Here." Ucap Newt membuyarkan lamunanku saat sudah tiba dimeja. Dia membuka ranselnya dan mengeluarkan shotgun cokelat membuat mataku membulat.
"Whoa. So cool." Ucapku terpukau. Aku penasaran, apakah dia tau cara menggunakannya atau tidak.
"Kau tau menggunakannya?" Tanyaku polos sambil memperhatikan terus gerak-geriknya saat mengisi peluru shotgun.
"Yup. Aku tau." Jawabnya sesekali menoleh kearahku bergantian menatap peluru shotgun yang ada.
"Newt," panggilku lirih.
Kurasa Newt mengetahui perubahan suaraku, dia menoleh dan meletakan shotgun itu kemeja lalu menatapku.
"What's wrong? You alright?"
"Yeah. Aku hanya-" ucapku terpotong berusaha menahan suaraku agar tak bergetar.
"Aku merindukan glade." Satu kalimat yang berhasil membuat senyum diwajah Newt redup. Newt meletakan shotgun itu dimeja lalu berbalik menatapku seolah dia tertarik dengan apa yang baru saja ku katakan.
"Aku harap mereka semua bisa melakukannya seperti yang kita lakukan sekarang." Sambung ku lagi.
Newt masih menyimak setiap ucapan yang keluar dari mulutku. Dia benar-benar mendengarku dengan seksama.
"Kupikir Chuck bisa melakukannya bersama kalian. Anak itu benar-benar membuatku sedih. Aku tak ingin mempertanyakan bagaimana mereka mati, aku hanya bisa berharap memiliki kesempatan lagi untuk bertemu dengan mereka." Jelasku padanya.
Newt tersenyum mendengar perkataan ku barusan.
"It's okay Cessie." Tangannya menyentuh pipiku, menaikan daguku agar aku bisa menatapnya.
"Hidup bukan tentang siapa yang telah gugur dalam perjuangan. Kau harus fokus pada apa yang membuat mereka semangat berjuang hingga gugur dalam pertarungan. Dan kuyakin, jawaban mereka adalah untuk Kebebasan."
Aku menatap wajah itu, rasanya damai saat masuk kedalam tatapannya. Tak tau lagi siapa pria dihadapanku, he's like an Angel.
But sometimes i just wonder, who's the most i like? Newt? Or minho?"Kau memiliki hati yang lembut Cessie, aku bisa merasakannya." Sambung Newt dengan posisi yang sama dengan tadi.
Aku benar-benar dibuat kagum dengan wejangan yang Newt sampaikan.
"Kau yakin hanya pistol yang kau bawa?" Pertanyaan yang berhasil membuatku sadar bahwa aku butuh air minum untuk perjalanan. Oh astaga, untung saja Newt mengingatkanku.
"Oh my Gosh. Aku hampir lupa." Ucapku menutup mulutku dengan kedua tangan. Lagi-lagi Newt tertawa dengan tingkah yang kupamerkan. Mana mungkin aku menyebrangi scorch tanpa minum? Aku butuh air minum. Aku tak ingin mengulang kisah hari pertama di maze saat aku melupakan air minum dan Minho memberiku minumannya.
Sangat memalukan.
To be continue...
Hayhay.
Next update tungguin yaa.
Tinggalkan jejak jika suka dan jika ada yang ingin bertanya atau mau demoin author silahkan menuju komen :')
See you in the next chapter.
Stay safe everyone.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing Property - Book 2 (Minho Fanfiction - TST)
FanficSetelah subject A0 mengorbankan diri menyelamatkan subject A1, para creator makin tertarik pada subject A0. Subject A0 berhasil membuat subject incaran creator yaitu subject A7 dan Subject sisanya lulus dalam uji coba maze. Subject A0 tersengat Grie...