Chapter 35 : Exploration

457 60 6
                                    

Kangen povnya Cessie gak? :'v
Chapter ini Cessie's POV yaa, dah lama gak dengerin keluh kesahnya  :'

Cessie's POV ...

Dasar pria tak sopan, Kenapa dia terus-terusan mengejekku. Bisa-bisanya dia melontarkan kalimat aneh tanpa berpikir bahwa aku bisa mendengarnya dengan jelas.

Sialan, perutku mules juga. Awalnya aku sudah berdamai untuk tidak merepotkan diriku di tempat ini. Lihat saja bangunan ini bahkan lebih buruk dari bangunan-bangunan sebelumnya.

Sebenarnya aku sangat takut jika harus mencari tempat yang aman untuk buang air, tapi apa boleh buat? Aku sudah tak tahan lagi.

Aku kemudian berjalan, sesekali arah cahaya senter ku arahkan ke sudut-sudut yang berbeda. Tempat ini cukup menyeramkan, tak heran jika cranks sangat menyukai tempat-tempat yang gelap.

Aku menengok ke belakang untuk melihat apakah aku masih cukup dekat dengan mereka atau aku sudah terlalu jauh, ternyata baru dipertengahan. Belakangku agak sakit, mungkin karena goresan luka yang terdapat di tubuhku?

Akhirnya aku tiba di belakang tembok yang menyeramkan tapi aku yakin di sini aman. Selesai buang air, aku memutuskan untuk kembali tapi entah kenapa aku malah menyukai tempat itu.

Mungkin sedikit menjelajah akan terasa sangat seru. Aku berkeliling mencari tempat penyimpanan apa saja sekedar mengecek, barang kali ada sesuatu yang bisa membantuku dalam perjalanan berikutnya.

Seperti yang kalian tau, scorch sangat kering saat siang dan dingin dimalam hari. Saat sedang bereksplorasi, aku mendengar suara langkah kaki. Spontan aku menoleh memastikan tak ada hal buruk disekitar ku.

"Halo?" Teriakku agak pelan memastikan jika yang membalas ku nanti adalah manusia yang masih memiliki kesadaran.

"Ada orang?" Seruku lagi. Tak ada jawaban. Mungkin hanya tikus atau hewan liar lainnya yang membuat ribut.

Aku menemukan sebuah meja, diatasnya terdapat peta. Aku memandangi peta tersebut mencari bagian negara Korea sesekali menatap sekitar memastikan hanya aku sendiri disini. Apa mungkin Korea sekarang masih sama dengan Korea saat aku masih berusia 2 tahun? Satu-satunya ingatan yang ada tentang Korea adalah saat aku berjalan bersama kedua orang tuaku ditoko permen. Aku bahkan tak bisa mengenal wajah mereka.

Wicked telah merebut identitas semua yang pernah kutemui. Bahkan orang-orang terkasih.

*Bruk!*

Aku menoleh dengan cepat. Seseorang menendang box yang berserakan disisi belakang.

"Siapa disana?" Tanyaku, tak ada siapapun ditempat ini tapi situasi sekarang semakin membuatku berpikir dua kali lagi jika harus mengeksplorasi tempat ini.

Aku memutuskan untuk membawa peta tersebut sebagai kenang-kenangan sewaktu nanti tak ada pabrik yang memproduksi peta dikarenakan bencana masal dan Cranks dimana-mana. Saat hendak mengambilnya, seseorang menutup mulutku dari belakang.

Genggamanmya sangat kuat, tanganku tak bisa bergerak dibuatnya. Pikiranku menebak-nebak siapa yang melakukan ini. Mungkinkah cranks? Kurasa tidak. Jika orang yang menahanku adalah cranks sangatlah mustahil. Mana mungkin cranks menyekap seseorang? Yang ada malah mereka memakan orang hidup-hidup.

Aku merasakan tangan yang satunya memutar tubuhku hingga posisiku sekarang menatapnya.

Aku terkejut mendapati Minho berdiri sambil menutup mulutku dengan tangannya yang besar.

"Ssstt" pria itu menyuruhku untuk diam.

Ada apa sebenarnya? Dia kemudian melepaskan tangannya lalu menarikku ke sisi lainnya.

"What the hell are you doing in here?" Ucapnya dengan kasar. Aku bisa melihat urat dilehernya saat dia menanyakan hal itu dengan emosi dan nada suara yang dipaksa agar tak terdengar kuat.

Sontak aku kaget, memangnya apa yang ku lakukan?

"Apa maksudmu menanyakan hal itu padaku dengan tone suara yang kau naikan?" Ucapku diakhiri dengan pertanyaan mencoba menantangnya.

Minho berdecak kesal sambil menghempas tangan kanannya disamping tubuhnya.

"Kau gila. Benar-benar gila. Aku dan Thomas tak mengecek tempat ini sejauh yang kau lakukan. Siapa yang tau jika cranks menunggumu diruangan ini?" Jelas Minho.

Aku menoleh kearah jalan kembali dan mendapati diriku yang sudah jauh dari tempat para glader berada.

Uh, rasanya bodoh jika harus mengelak ucapan Minho. Apapun yang dia ucapkan ada benarnya.

"Aku tak bermaksud. Aku hanya penasaran dengan tempat ini, mencoba mencari beberapa hal yang mungkin bisa membantuku dalam perjalanan selanjutnya." Jelasku.

Aku menarik peta itu lalu membuka lipatannya dan menunjukannya pada Minho.

"Aku menemukan ini." Ucap ku menunjukan yang ku dapat pada Minho. Pria itu menatapku dari samping lalu menaikan alisnya.

"Seriously? Cessie? Hanya ini?" Tanya Minho seakan tak percaya dengan apa yang kulakukan.

"Give me that." Perintahnya. Tanpa menunggu jawaban dariku, peta itu beralih ke tangan Minho.

"Stupid just like your brother!" Gumam Minho kecil.

Wait, did he just call me stupid?

"Im not stupid!" Ucapku. Minho tak menghiraukan ucapanku. Dia terus menatap peta itu dengan seksama.

Lama-lama aku semakin kesal dengannya. Kenapa disetiap saat aku mengendap atau situasi apapun saat aku mengetahui diriku sendiri, Minho selalu datang tanpa ku ketahui caranya bisa berdiri ditempat ku berada.

"Apa yang akan kau lakukan dengan benda ini?" Tanya Minho kepadaku. Ekspresinya sangat penasaran. Haruskah kujawab?

"Ku simpan. Sangat jarang menemukan peta dunia. Aku hanya memikirkan bagaimana kedepannya, ketika tidak ada pabrik yang memproduksi peta dan lain-lainnya akibat bencana besar yang sedang kita alami sekarang." Ucapku dengan kalimat yang mengalir secara natural. Minho mengangguk.

"Kedengarannya unik. Mungkin peta ini bisa menjadi peninggalan peta terakhir di abad kita sekarang. Kalau begitu biar aku yang menyimpannya." Ucap Minho. Hey, aku yang menemukannya pertama kali kenapa harus dia yang menyimpannya?

"No, berikan itu padaku!" Ucapku mencoba meraih peta itu tapi dengan tubuhnya yang tinggi, Minho malah mempermainkanku dengan cara mengangkat tinggi peta itu agar aku tak bisa meraihnya.

"Kau mau? Ambilah." Tantangnya. aku melompat-lompat dihadapannya dengan susah payah tapi percuma, aku tak bisa meraihnya. Sehari saja pria ini tak berulah, maka aku akan sangat bahagia.

Aku capek akhirnya aku menyerah. Pipiku terasa panas, mungkin wajahku sudah merah sekarang. Ah sialan! Minho sialan!!

"Kenapa? Ayo lanjutkan lagi. Aku suka melihatmu melompat berusaha mengambil sesuatu dariku." Ucap Minho. Apa maksudnya suka melihatku melompat? Dasar pria gila. Apa dia pikir aku kelinci?

Aku berdesis lalu membuang nafasku mencoba mengontrol pernafasan agar oksigen bisa masuk secara teratur kedalam paru-paruku. Minho menatap dengan tatapan aneh, apa ada yang salah denganku? Dia tampak mendekat membuatku harus memundurkan langkahku hingga aku terpojok di depan meja.

Sialan. Kenapa harus meja? Wajahnya sangat dekat dengan tatapanku yang menengadah untuk melihatnya disaat Minho berusaha menunduk agar bisa bertemu dengan tatapanku.

Uh, aku tak bisa melihatnya diposisi ini.

















To be continue...


















Comment anything about this chapter!

Makasih kalian sudah mau menunggu :')

Udah 2 hari gw gak ngepublish and Im so happy kalian nyariin gw :')

Thankyou for my beloved readers, gw dibuat Amazed sama kalian <3

So happy to have you all in my whole story since book 1.

Kita next yaa <3

The Missing Property - Book 2 (Minho Fanfiction - TST) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang