Chapter 29 : Interrogation

451 66 4
                                    

Warning : typo (bantu correct)

Author's POV ...

Malam mulai tiba, minho yang tadinya dikuasai oleh alkohol mulai kembali sadar saat dia bangun mendapati dirinya yang tertidur ditempat duduk dengan kepalanya yang bersandar di meja.

Pria itu mengerang kecil. Mencoba mengingat beberapa hal yang mungkin dia lakukan tadi. Pikirannya hanyut mencari seberkas ingatan tentang kejadian tadi.

"Cessie?" Gumamnya pelan saat mendapati bayangan cessie diujung pikirannya. Dia ingat saat Cessie masuk keruangan itu, dia ingat saat dia mengkritik sifat Cessie terhadap Newt. Dia ingat waktu dia menghampiri Cessie. waktu Teresa memanggilnya dan Minho menutup mulut Cessie, menyuruhnya agar tidak bersuara. Minho ingat saat dia hilang kendali dan mencium gadis itu.

"Shit!!" Spontan umpatan itu keluar saat Minho saat mengingat kejadian terakhir.

Pikirannya masih terus berusaha mengingat apa lagi yang terjadi setelah kejadian intens itu. Dia ingat mengapa dia harus menghentikan aktivitas itu agar tak masuk lebih dalam. Dia ingat wajah gadis itu, setiap gerakan yang dia berikan saat mereka berciuman, setiap ritme yang dia hasilkan benar-benar membuat Minho gila. Hal terakhir yang Minho ingat adalah ketika Minho membentak Cessie, Menyuruhnya untuk keluar dengan kasar dan menatap mata gadis itu yang berkaca-kaca.

Seberapa sarkastik nya Minho, dia tak pernah sekalipun membentak Cessie. Sejak sebelum maze saat Cessie masih mengingat dirinya sebagai kekasihnya. Bahkan saat di maze ketika Cessie tak mengenalnya, Minho tak pernah membentaknya. Sekarang ketika mereka di scorch Minho berubah lebih sensitif dari biasanya. Dia hanya tak ingin gadis yang dia cintai mencintai pria lain. Minho sangat terancam dengan hal itu, ditambah lagi gadis itu tak mengingat sepenggal kisah tentang mereka.

"Wicked sialan!" Umpatnya. Minho kembali teringat dengan Teresa saat dia mengurung dirinya dan cessie ditempat ini. Teresa ingin berbicara dengannya. Dia harus menemui gadis itu, dia ingin tau jika apa yang akan Teresa ceritakan padanya. Sesuatu yang rahasia. Sesuatu yang mereka bicarakan saat menggali sisa-sisa kenangan mereka. Kenangan tentang Wicked, tentang ava, tentang Johnson, bahkan Cessie dan Thomas, Suatu percakapan yang tak kan pernah bisa dibayangkan oleh para glader, Kenyataan tentang ingatan yang masih tersisa, yang menjadi pedoman mereka agar bisa menuntun mereka menuju safe Haven dan membasmi Wicked beserta sisa-sisa anggota wicked.

Minho berjalan menuruni anak tangga hingga dia akhirnya mendapati sekumpulan orang yang sedang duduk sambil mengintrogasi seseorang.

Johnson berdiri mengintrogasi seorang pria yang sempat dia hantam tadi. Wajah pria itu memar, mata kirinya bengkak dengan warna merah biru yang menyatu serta darah yang terlihat mengering dari sudut bibirnya. Aris duduk bersama frypan, Teresa dan Thomas terlihat berdiri lalu Brenda dan Cessie duduk diatas meja. Sedangkan Newt, Newt berdiri disamping Jorge mengamati setiap kebenaran yang pria dihadapan mereka katakan.

Minho berjalan mendekat, melewati Newt yang menatapnya kemudian berhenti disamping Teresa.

Cessie menatap minho lalu memalingkan wajahnya saat pria itu berhenti disamping Teresa. Brenda melirik Cessie lalu meletakkan tangannya di atas paha Cessie. Brenda tau Cessie tak suka melihat Minho dan Teresa, sejak awal Brenda sudah mengetahuinya lewat tatapan Cessie saat Minho menanyakan dan mengutamakan Teresa sebelum dirinya.

Brenda mengelusnya pelan lalu menatap Cessie sambil tersenyum. Cessie heran dengan tingkah Brenda, tapi lama kelamaan Cessie mulai menyukainya.

"Just tell me, Marcus!" Perintah Jorge.

Marcus menatapnya sambil tersenyum dengan wajahnya yang sudah luka-luka.

"Aku tak kan pernah memberitahu mu!" Tantangnya. Jorge tertawa kecil tapi pria itu terlihat menyeramkan dengan tawanya yang dibuat-buat. Tiba-tiba pukulan meluncur diwajahnya membuat semua yang ada diruangan tersentak, kecuali Minho. Pria itu hanya menyilangkan kedua tangannya didepan dada sambil menaikan alisnya lalu tersenyum simpul.

Cessie sempat menotice hal itu, son of bitch! Just like Jorge, he punch everyone!". Pikirnya dalam hati. Newt memegang dagunya sambil mengerutkan dahinya.

Jorge kembali menyerang Marcus yang sudah terikat dikursi dengan cara menendang kursi itu, membuat Marcus terjatuh bersama kursi yang dia duduki. Sadar tak bisa berbuat apa-apa, akhirnya Marcus memilih menyerah.

"Okey, okey. I'll tell you. Mereka- mereka masih ada. Right arm masih ada. Aku yang sudah berhenti dan memilih menjalani hidupku ditempat ini. Mereka- mereka tinggal di suatu tempat. Tempat yang tak menentu. Kadang mereka berpindah-pindah tempat memastikan pasukan mereka aman dari Wicked. Mereka ada dipegunungan, kau bisa menelusuri mereka didaerah itu. Jangan katakan pada mereka jika aku mengatakan hal ini padamu." Jelas Marcus sesekali terhenti akibat nyeri di bibir dan wajahnya saat berbicara.

Jorge menarik tempat duduk itu dan melepaskan tali yang terikat ditubuh Marcus.

"Good. Aku ijin menginap ditempat mu bersama anak-anak ini. Besok kami akan melanjutkan perjalanan kami ke Right arm. Are you sure you dont want to join us?" Tanya Jorge. Marcus yang sudah terlepas dari ikatan itu menggeleng.

"No Jorge. Aku sudah memutuskan untuk disini. Pasukan Right Arm tersisa sebagian. Mereka sempat terekspos dan Wicked membantai mereka. Aku memilih berhenti ketika kejadian itu terjadi. Aku mulai sadar, hidup hanya sekali. Tak ada yang harus disia-siakan. Aku memilih jalanku untuk menikmati sisa hidupku ditempat ini. Tapi jika kau berhasil menghentikan Wicked, Jang lupakan aku. Aku akan kembali bersama kalian." ucap Marcus. Jorge mengangguk paham. Mereka bahkan tak melihat sisi jahat dari pria itu tapi memilih untuk tidak jujur adalah kejahatan dengan level yang berbeda.

"Alright Then, mungkin kita bubar saja. Istirahatkan tubuh kalian yang lelah. Besok akan menjadi perjalanan panjang untuk kita." Ucap Newt. Marcus mengangguk sambil mengacungkan jempolnya kearah Newt.

"Aku minta maaf atas ketidak bersedianya diriku menyambut kalian. Aku akan menyuruh pelayanku untuk membawa jamuan untuk kalian." Ucap Marcus lalu tersenyum. Jorge menepuk pundaknya mengisyaratkan bahwa dia senang dengan tindakan itu.

"By the way, nice punch." Ucapnya pada Minho lalu pergi menuruni anak tangga.

Minho menatap Teresa disampingnya yang masih terdiam.

"Kau datang ke kamarku tadi? Aku sedang tidur." Ucap Minho dengan matanya yang melirik kearah Cessie saat dia menyebutkan bahwa dia sedang tertidur padahal Cessie ada didalam bersama dirinya.

"Kau ingin bicara?" Sambung Minho. Teresa tersenyum kikuk dan-

"Yeah. I need to talk with you. Something very important. Just like before." Ucap Teresa.

Cessie tak berani menatap mereka, rasanya sakit melihat Minho dan Teresa, tapi lebih sakit lagi saat Minho mencium Cessie membuat gadis itu candu lalu mengusirnya seakan-akan dirinya hanya digunakan untuk pelampiasan hasrat yang menggebu.

"Come, follow me" ajak Minho lalu berjalan menuruni tangga. Teresa mengikuti Minho. Thomas mengangkat bahunya lalu berdesis kesal.

"Sejak kapan mereka dekat?" Tanya frypan.

"Kupikir dia pacarmu?" Tanya Aris pada Thomas.

"Teresa just being Teresa. You know what i Mean." Sambung Newt. Brenda tertawa mendengar hal itu. Benar yang dikatakan Newt. Teresa adalah tipe yang menganggap semua pria adalah miliknya, tapi kali ini beda. Beda dengan saat dia mencium Aris. Kedekatan mereka lebih dari itu yang tak ingin Cessie bayangkan. Thomas menghampiri Cessie, menata rambut gadis itu lalu mengelus pipinya.

"Wajahmu cantik seperti ini." Tutur Thomas.

Cessie tersenyum lalu melompat dari meja yang dia duduki kearah Thomas. Thomas menangkap Cessie lalu memeluknya.

"Im happy to see you again." Ucap Thomas saat menatap wajah gadis itu dari dekat.

"Me too, brother." Balas Cessie.

























To be continue...




















Next?

Komen apapun tentang chapter ini.

The Missing Property - Book 2 (Minho Fanfiction - TST) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang