BAB 2 • KAKAK PERTAMA

34.2K 1.2K 14
                                    

2. KAKAK PERTAMA

06.15 WITA.

Pagi ini, Jean yang baru saja bangun tampak tengah duduk di atas kasur miliknya. Matanya mengerjap beberapa kali, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

Semalam Jean mendapatkan kamar yang luas dan besar. Sebuah kamar bernuansa pink putih yang khusus untuk anak perempuan seperti dirinya. Adapun isi kamar itu sudah terdapat kamar mandi serta sebuah walk in closet yang dipenuhi pakaian-pakaian branded dan mahal. Terdapat pula berbagai alat makeup dan skincare yang tersedia di atas meja riasnya. Bisa dibilang, Jean benar-benar beruntung.

Merasa ada angin kencang yang menerpa kulitnya, Jean lantas menoleh, menatap ke arah pintu balkon kamarnya yang terbuka lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Merasa ada angin kencang yang menerpa kulitnya, Jean lantas menoleh, menatap ke arah pintu balkon kamarnya yang terbuka lebar.

"Kalau Bunda masih ada, dia pasti bakal marahin aku," gumam Jean seraya memijit kecil pelipisnya. Kebiasaannya sejak kecil sampai sekarang adalah selalu lupa mengunci jendela ataupun pintu.

Entahlah, namun hal itu benar-benar sudah menjadi kebiasaan bagi Jean. Kebiasaan yang sangat sulit untuk diubah maupun dihilangkan, sampai almarhumah bundanya sering mengomelinya karena kebiasannya itu.

Jean lalu turun dari kasur dan melangkah ke balkon kamarnya yang terbuka lebar.

Saat tiba di balkon, Jean langsung memejamkan matanya, menikmati hembusan angin pagi yang menerpa wajahnya.

Ketika Jean perhatikan lagi dengan detail dari balkon kamar, halaman rumah ini sangat luas. Ada kolam air mancur kecil berbentuk lingkaran di depannya. Adapula sebuah garasi yang dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan mewah dan sudah pasti harganya mahal. Keluarga ini benar-benar sangat kaya.

Saat sedang menikmati pemandangan, Jean dapat melihat sebuah mobil BMW i8 roadster berwarna hitam yang memasuki pekarangan rumah.

Seorang lelaki bertubuh tinggi terlihat turun dari mobil tersebut, membuat Jean meneguk ludahnya. Lelaki itu mengenakan sebuah kaca mata hitam dengan dilengkapi kemeja abu-abu yang 2 kancing atasnya terbuka.

Jean menarik sudut bibirnya, siapakah gerangan pangeran tampan itu? Di mana kuda putihnya? Kenapa malah memakai mobil hitam?

"Jean."

"Aww!" Jean tersentak saat sebuah suara tiba-tiba mengagetkannya.

Jean menoleh, menatap salah satu kakak laki-lakinya yang kini berada di dekatnya. Yohan Genta Atmaja.

"Astaga, Kak Yohan ngagetin aja." Jean memegangi dadanya yang masih berdebar kencang.

Yohan tertawa pelan melihat wajah Jean yang masih syok. "Lagian pintu kamu nggak terkunci, jadi aku langsung masuk aja."

Jean tak membalas. Ia hanya melirik sebal ke arah Yohan. Kalaupun pintunya tidak terkunci, ada baiknya untuk mengetuk terlebih dahulu sebelum masuk.

"Ngapain di sini?" tanya Yohan. Karena Jean tak kunjung menjawab, lelaki berusia 20 tahun itu pun lantas mengikuti arah pandang Jean. "Ohh, ternyata lagi ngelihatin Kak Zehan, ya?"

RETROUVAILLES ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang